TEORI – TEORI BELAJAR
(Makalah Ini Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata
Kuliah Belajar Dan Pembelajaran
IPS)
Dosen Penggampu: Adelina Yuristia, M.Pd
Disusun Oleh:
AINUL MARDIAH (0309161003)
ALFAYED MUHAMMAD
(0309161007)
ANIDA SRI WAHYUNI (0309163037)
DINAISYAH SIHOTANG
(030916205)
ELIN SURYANI (0309162022)
PEDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SUMATERA UTARA
MEDAN
T.A 2016/2017
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI........................................................................................................... 2
KATA PENGANTAR............................................................................................ 3
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang Masalah.............................................................................. 4
1.2 Rumusan
Masalah ....................................................................................... 4
1.3 Tujuan Penelitian......................................................................................... 5
1.4 Manfaat Penelitian....................................................................................... 5
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Teori........................................................................................... 6
2.2 Pengertian Belajar ....................................................................................... 6
2.3 Teori Behavioristik....................................................................................... 7
2.4 Aplikasi Teori Behavioristik Dalam Pembelajaran IPS................................ 9
2.5 Teori Kognitivistik....................................................................................... 11
2.6 Aplikasi Teori Kognitivistik Dalam Pembelajaran IPS................................ 12
2.7 Teori Konstruktivistik.................................................................................. 12
2.8 Aplikasi Teori Konstruktivistik Dalam Pembelajaran IPS........................... 14
2.9 Teori Humanistik......................................................................................... 15
2.10 Aplikasi Teori Humanistik Dalam Pembelajaran IPS................................ 16
2.11 Teori Sibernetik.......................................................................................... 17
2.12 Aplikasi Teori Sibernetik Dalam Pembelajaran IPS................................... 18
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan............................................................................................... 19
3.2 Saran ........................................................................................................ 19
BAB IV DAFTAR PUSTAKA.......................................................................... 20
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum
Wr.Wb
Puji syukur senantiasa
selalu kita panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan limpahan rahmat,
taufik dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah
ini. Shalawat
serta salam tak lupa kita curahkan kepada Nabi Muhammad SAW yang telah
menunjukkan jalan kebaikan dan kebenaran di dunia dan akhirat kepada umat
manusia.
Makalah ini disusun guna
memenuhi tugas mata kuliah Belajar Dan Pembelajaran IPS dan juga untuk khalayak
ramai sebagai bahan penambah ilmu pengetahuan serta informasi yang semoga
bermanfaat. Di dalam
makalah ini kami
menguraikan mengenai pemahaman mengenai teori-teori belajar dan aspek yang
menyertainya.
Dengan adanya makalah ini, penyusun mengucapkan
terimakasih kepada
1. Adelina Yuristia,M.Pd selaku dosen pembimbing mata kuliah
Belajar dan Pembelajaran IPS.
2. Orang
tua yang selalu memberikan nasihat dan motivasi agar selalu semangat.
3. Dan
semua pihak yang telah membantu dalam proses penyusunan makalah ini.
Sudah sepantasnya mereka mendapatkan ucapan terimakasih, dan penyusun
mendoakan semoga semua amal baik mereka akan mendapat balasan pahala dari Allah
Subhannawataala.
Peribahasa “Tidak ada gading yang
tak retak”. Dengan hati terbuka penyusun akan menerima kritik dan saran untuk
perbaikan atas kekurangan dalam menyusun makalah ini. Semoga makalah ini
bermanfaat bagi pembaca. Amin
Wa’alaikumsalam Wr.Wb Medan, 14 Maret 2018
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Di dalam proses belajar dan mengajar ada berbagai kendala. Kendala
tersebut bisa berupa kondisi pembelajaran yang membosankan, siswa yang kurang
memperhatikan dan tidak mau mendengarkan penjelasan gurunya,serta
anak didik yang bandel. Bagi guru semua peristiwa tersebut adalah peistiwa yang
sangat menjengkelkan,sehingga guru menganggap kelas tersebut menjadi kelas yang
bandel,sulit di diurus dan lain sebagainya.
Guru yang demikian tidak bisa dikatakan sebagai guru yang bijak
karena hal-hal yang membosankan pada proses pembelajaran dikelas dipicu oleh
guru tersebut yang tidak mampu mengkondisikan kelas senyaman mungkin
bagi siswanya disaat proses belajar dilaksanakan.
Ketika mengajar
guru tidak berusaha mencari informasi,apakah materi yang telah diajarkannya
telah dipahami siswa atau belum.Ketika proses belajar dan pembelajaran guru
tidak berusaha mengajak siswa untuk berpikir.
Komunikasi terjadi hanya pada satu arah,yaitu dari guru kesiswa.Guru
berpikir bahwa materi pelajaran lebih penting daripada mengembangkan kemampuan berpikir
peserta didik.Lalu guru menganggap peserta didik sebagai tong kosong yang harus
diisi dengan sesuatu yang dianggap penting.Hal-hal demikian adalah kekeliruan
guru dalam mengajar.Oleh karena itu makalah yang membahas mengenai teori
belajar ini disusun agar para pendidik mampu mengetahui dan memahami secara
teoritis perubahan perilaku peserta didik dalam proses belajar dan pembelajaran
sehingga proses belajar tersebut bisa berjaalan secara maksimal berdasarkan
tujuan awal pembelajaran itu sendiri.
B.
Rumusan
Masalah
1.
Apakah pengertian teori belajar
2.
Macam-macam teori belajar
3.
Bagaimanakah teori belajar behavioristik serta
pengaplikasiannya dalam pembelajaran IPS
4.
Bagaimanakah teori belajar kognitivisme dan
pengaplikasiannya dalam pembelajaran IPS
5.
Bagaimanakah teori belajar humanisme dan
pengaplikasiannya dalam pembelajaran IPS
C. Tujuan
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah
untuk menyelesaikan tugas kelompok dalam mata kuliah belajar dan pembelajaran
IPS dan segala aspeknya, seperti :
1.
Mengetahui pengertian teori belajar
2.
Mengetahui Macam-macam teori belajar
3.
Mengetahui teori belajar behavioristik serta
pengaplikasiannya dalam pembelajaran IPS
4.
Mengetahui teori belajar kognitivisme dan
pengaplikasiannya dalam pembelajaran IPS
5.
Mengetahui teori belajar humanisme dan pengaplikasiannya
dalam pembelajaran IPS
D. Manfaat Penulisan
Manfaat dari penulisan makalah ini adalah
menambah pengetahuan kita mengenai teori belajar behaviorisme, teori belajar
Kognitivisme, teori belajar Humanisme, teori belajar Konstruktivisme, dan teori
belajar Sibernetik serta pengaplikasiannya pada pelajaran IPS
BAB II
PEMBAHASAN
2.1
Pengertian
Teori
Teori adalah
serangkaian bagian atau variabel, definisi, dan dalil yang saling berhubungan
yang menghadirkan sebuah pandangan sistematis mengenai fenomena dengan
menentukan hubungan antar variabel, dengan maksud menjelaskan fenomena alamiah.
Labovitz dan Hagedorn mendefinisikan teori sebagai ide pemikiran “pemikiran
teoritis” yang mereka definisikan sebagai “menentukan” bagaimana dan mengapa
variable-variabel dan pernyataan hubungan dapat saling berhubungan.
Kata teori memiliki
arti yang berbeda-beda pada bidang-bidang pengetahuan yang berbeda pula tergantung pada metodologi dan konteks diskusi. Secara umum,
teori merupakan analisis hubungan antara fakta yang satu dengan fakta yang lain
pada sekumpulan fakta-fakta. Selain itu, berbeda dengan teorema, pernyataan teori umumnya hanya
diterima secara "sementara" dan bukan merupakan pernyataan akhir yang
konklusif. Hal ini mengindikasikan bahwa teori berasal dari penarikan
kesimpulan yang memiliki potensi kesalahan, berbeda dengan penarikan kesimpulan
pada pembuktian matematika.
Sedangkan secara lebih spesifik di dalam ilmu sosial, terdapat pula
teori sosial. Neuman mendefiniskan teori sosial adalah sebagai sebuah sistem
dari keterkaitan abstraksi atau ide-ide yang meringkas dan mengorganisasikan
pengetahuan tentang dunia sosial. Perlu diketahui bahwa teori berbeda dengan
idiologi, seorang peneliti kadang-kadang bias dalam membedakan teori dan
ideologi. Terdapat kesamaan di antara kedunya, tetapi jelas mereka berbeda.
Teori dapat merupakan bagian dari ideologi, tetapi ideologi bukan teori.
Contohnya adalah Aleniasi manusia adalah sebuah teori yang diungkapakan oleh
Karl Marx, tetapi Marxis atau Komunisme secara keseluruhan adalah sebuah
ideologi.
2.2 Pengertian Belajar
Belajar adalah proses sadar seorang individu untuk merubah perilaku
menjadi lebih baik. Menurut Skinner belajar adalah suatu perilaku pada saat
belajar,maka responnya menjadi lebih baik. Sebaliknya,bila ia tidak belajar
maka responya menurun. Dalam belajar ditemukan adanya ha-hal berikut.
1. Kesempatan terjadinya peristiwa yang menimbulkan respons peserta
didik.
2. Respon si peserta didik.
3. Konsekuensi yang bersifat menguatkan respon tersebut.Pemerkuat
terjadi pada stimulus yang menguatkan konsekuensi tersebut. Sebagai
ilustrasi,perilaku respon anak didik yang baik diberi hadiah,sedangkan perilaku
respon yang tidak baik diberi teguran atau hukuman.
Menurut Gagne,belajar adalah kegiatan yang kompleks.hasil belajar
berupa kapabilitas. Setelah belajar,orang memilki
pengetahuan,keterampilan,sikap,dan nilai. Timbulnya kapabilitas tersebut adalah
dari stimulasi yang berasal dari lingkungan dan proses kognitif yang dilakukan
oleh peserta didik. Dengan demikian ,belajar adalah seperangkat proses kognitif
yang mengubah sifat stimulasi lingkungan melalui pengolahan informasi menjadi
kapabilitas baru. Tiga komponen penting dalam belajar menrut Gagne,yaitu kondisi
internal,kondisi eksternal,dan hasil belajar.
2.3 Teori Behavioristik
Teori belajar behaviorisme merupakan teori belajar yang telah cukup
lama dianut oleh para pendidik. Teori ini dicetuskan oleh Gage dan Berliner
yang berisi tentang perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman. Teori
ini mengutamakan pengukuran, sebab pengukuran merupakan suatu hal penting untuk
melihat terjadi tidaknya perubahan tingkah laku. Teori behavioristik dengan
model hubungan stimulus responnya, mendudukkan orang yang belajar sebagai
individu yang pasif. Respon atau perilaku tertentu dengan menggunakan metode
pelatihan atau pembiasaan semata. Munculnya perilaku akan semakin kuat bila
diberikan penguatan dan akan menghilang bila dikenai hukuman.
Behaviorisme merupakan salah aliran psikologi yang memandang
individu hanya dari sisi fenomena jasmaniah, dan mengabaikan aspek – aspek
mental. Dengan kata lain, behaviorisme tidak mengakui adanya kecerdasan, bakat,
minat dan perasaan individu dalam suatu belajar. Peristiwa belajar semata-mata
melatih refleks-refleks sedemikian rupa sehingga menjadi kebiasaan yang
dikuasai individu. Dengan kata lain proses pembelajaran menurut teori
Behaviorisme adalah bahwa proses pembelajaran lebih menekankan pada proses
pemberian stimulus (rangsangan) dan rutinitas respon yang dilakukan oleh siswa.
Inti pembelajaran dalam pandangan behaviorisme terletak pada stimulus respon
(S-R).
Menurut teori behavioristik belajar adalah perubahan tingkah laku
sebagai hasil dari pengalaman. Belajar merupakan akibat adanya interaksi antara
stimulus dan respon. Seseorang dianggap telah belajar sesuatu jika dia dapat
menunjukkan perubahan perilakunya. Menurut teori ini dalam belajar yang penting
adalah input yang berupa stimulus dan output yang berupa respon. Stimulus
adalah apa saja yang diberikan guru kepada siswa, sedangkan respon berupa
reaksi atau tanggapan siswa terhadap stimulus yang diberikan oleh guru
tersebut. Proses yang terjadi antara stimulus dan respon tidak penting untuk
diperhatikan karena tidak dapat diamati dan tidak dapat diukur. Yang dapat
diamati adalah stimulus dan respon, oleh karena itu apa yang diberikan oleh
guru (stimulus) dan apa yang diterima oleh siswa (respon) harus dapat diamati
dan diukur. Teori ini mengutamakan pengukuran, sebab pengukuran merupakan suatu
hal penting untuk melihat terjadi atau tidaknya perubahan tingkah laku
tersebut.
Tujuan pembelajaran menurut teori behavioristik ditekankan pada
penambahan pengetahuan, sedangkan belajar sebagi aktivitas yang menuntut
pebelajar untuk mengungkapkan kembali pengetahuan yang sudah dipelajari dalam
bentuk laporan, kuis, atau tes. Penyajian isi atau materi pelajaran menekankan
pada ketrampian yang terisolasi atau akumulasi fakta mengikuti urutan dari
bagian ke keseluruhan. Pembelajaran mengikuti urutan kurikulum secara ketat,
sehingga aktivitas belajar lebih banyak didasarkan pada buku teks/buku wajib
dengan penekanan pada ketrampilan mengungkapkan kembali isi buku teks/buku
wajib tersebut. Pembelajaran dan evaluasi menekankan pada hasil belajar.
Evaluasi menekankan pada respon pasif, ketrampilan secara terpisah,
dan biasanya menggunakan paper and pencil test. Evaluasi hasil belajar menuntut
jawaban yang benar. Maksudnya bila siswa menjawab secara “benar” sesuai dengan
keinginan guru, hal ini menunjukkan bahwa siswa telah menyelesaikan tugas
belajarnya. Evaluasi belajar dipandang sebagi bagian yang terpisah dari
kegiatan pembelajaran, dan biasanya dilakukan setelah selesai kegiatan
pembelajaran. Teori ini menekankan evaluasi pada kemampuan siswa secara
individual
Prinsip-Prinsip
dalam Teori Behavioristik:
1. Obyek psikologi adalah tingkah laku.
2. Semua bentuk tingkah laku di kembalikan pada reflek.
3. Mementingkan pembentukan kebiasaan.
4. Perilaku nyata dan terukur memiliki makna tersendiri.
5. Aspek mental dari kesadaran yang tidak memiliki bentuk fisik harus
dihindari.
Tokoh-Tokoh
Aliran Behaviorisme
a. Edward
LeeThorndike
Menurutnya belajar merupakan proses interaksi antara stimulus dan
respon. Stimulus adalah apa yang merangsang terjadinya kegiatan belajar seperti
pikiran, perasaan atau hal-hal lain yang dapat ditangkap melalui alat indera.
Respon adalah reaksi yang dimunculkan peserta didik ketika belajar, juga dapat
berupa pikiran, perasaan, gerakan atau tindakan. teori ini sering disebut teori
koneksionisme.
b. John
Watson
Kajian tentang belajar disejajarkan dengan ilmu-ilmu lain seperti
Fisika atau Biologi yang berorientasi pada pengalaman empirik semata, yaitu
sejauh mana dapat diamati dan diukur. Belajar merupakan proses interaksi antara
stimulus dan respon, namun keduanya harus dapat diamati dan diukur.
c. Edwin Guthrie
Azas belajar Guthrie yang utama adalah hukum kontiguiti. Yaitu
gabungan stimulus-stimulus yang disertai suatu gerakan. Hukuman (punishment)
memegang peranan penting dalam proses belajar. Hukuman yang diberikan pada saat
yang tepat akan mampu mengubah tingkah laku seseorang.
d. Burrhus
Frederic Skinner
Konsep-konsep yang dikemukanan tentang belajar lebih mengungguli
konsep para tokoh sebelumnya. Respon yang diterima seseorang tidak sesederhana
konsep yang dikemukakan tokoh sebelumnya, karena stimulus-stimulus yang
diberikan akan saling berinteraksi dan interaksi antar stimulus itu akan
mempengaruhi respon yang dihasilkan. Respon yang diberikan ini memiliki
konsekuensi-konsekuensi. Konsekuensi-konsekuensi inilah yang nantinya
mempengaruhi munculnya perilaku.
2.4 Aplikasi Teori Behavioristik Dalam
Pembelajaran IPS
Aliran psikologi belajar yang sangat besar pengaruhnya terhadap arah
pengembangan teori dan praktek pendidikan dan pembelajaran hingga kini adalah
aliran behavioristik. Aliran ini menekankan pada terbentuknya perilaku yang
tampak sebagai hasil belajar. Teori behavioristik dengan model hubungan
stimulus responnya, mendudukkan orang yang belajar sebagai individu yang pasif.
Respon atau perilaku tertentu dengan menggunakan metode drill atau pembiasaan
semata. Munculnya perilaku akan semakin kuat bila diberikan reinforcement dan
akan menghilang bila dikenai hukuman.
Aplikasi teori behavioristik dalam kegiatan pembelajaran IPS
tergantung dari beberapa hal seperti: tujuan pembelajaran, sifat materi
pelajaran, karakteristik pelajar, media dan fasilitas pembelajaran yang
tersedia. Pembelajaran yang dirancang dan berpijak pada teori behavioristik
memandang bahwa pengetahuan adalah obyektif, pasti, tetap, tidak berubah.
Pengetahuan telah terstruktur dengan rapi, sehingga belajar adalah perolehan
pengetahuan, sedangkan mengajar adalah memindahkan pengetahuan (transfer of
knowledge) ke orang yang belajar atau pebelajar. Fungsi mind atau pikiran
adalah untuk menjiplak struktur pengetahuan yag sudah ada melalui proses
berpikir yang dapat dianalisis dan dipilah, sehingga makna yang dihasilkan dari
proses berpikir seperti ini ditentukan oleh karakteristik struktur pengetahuan
tersebut. Pebelajar diharapkan akan memiliki pemahaman yang sama terhadap
pengetahuan yang diajarkan. Artinya, apa yang dipahami oleh pengajar atau guru
itulah yang harus dipahami oleh murid.
Demikian halnya dalam pembelajaran, pebelajar dianggap sebagai objek
pasif yang selalu membutuhkan motivasi dan penguatan dari pendidik. Oleh karena
itu, para pendidik mengembangkan kurikulum yang terstruktur dengan menggunakan
standar-standar tertentu dalam proses pembelajaran yang harus dicapai oleh para
pebelajar. Begitu juga dalam proses evaluasi belajar pebelajar diukur hanya
pada hal-hal yang nyata dan dapat diamati sehingga hal-hal yang bersifat tidak
teramati kurang dijangkau dalam proses evaluasi.
Implikasi dari teori behavioristik dalam proses pembelajaran
dirasakan kurang memberikan ruang gerak yang bebas bagi pebelajar untuk
berkreasi, bereksperimentasi dan mengembangkan kemampuannya sendiri. Karena
sistem pembelajaran tersebut bersifat otomatis-mekanis dalam menghubungkan
stimulus dan respon sehingga terkesan seperti kinerja mesin atau robot.
Akibatnya pebelajar kurang mampu untuk berkembang sesuai dengan potensi yang
ada pada diri mereka.
Karena teori behavioristik memandang bahwa pengetahuan telah
terstruktur rapi dan teratur, maka pebelajar atau orang yang belajar harus
dihadapkan pada aturan-aturan yang jelas dan ditetapkan terlebih dulu secara
ketat. Pembiasaan dan disiplin menjadi sangat esensial dalam belajar, sehingga
pembelajaran lebih banyak dikaitkan dengan penegakan disiplin. Kegagalan atau
ketidakmampuan dalam penambahan pengetahuan dikategorikan sebagai kesalahan
yang perlu dihukum dan keberhasilan belajar atau kemampuan dikategorikan
sebagai bentuk perilaku yang pantas diberi hadiah. Demikian juga, ketaatan pada
aturan dipandang sebagai penentu keberhasilan belajar. Pebelajar atau peserta
didik adalah objek yang berperilaku sesuai dengan aturan, sehingga kontrol
belajar harus dipegang oleh sistem yang berada di luar diri pebelajar.
Tujuan pembelajaran menurut teori behavioristik ditekankan pada
penambahan pengetahuan, sedangkan belajar sebagi aktivitas “mimetic”, yang
menuntut pebelajar untuk mengungkapkan kembali pengetahuan yang sudah
dipelajari dalam bentuk laporan, kuis, atau tes. Penyajian isi atau materi
pelajaran menekankan pada ketrampian yang terisolasi atau akumulasi fakta
mengikuti urutan dari bagian ke keseluruhan. Pembelajaran mengikuti urutan
kurikulum secara ketat, sehingga aktivitas belajar lebih banyak didasarkan pada
buku teks/buku wajib dengan penekanan pada ketrampilan mengungkapkan kembali
isi buku teks/buku wajib tersebut. Pembelajaran dan evaluasi menekankan pada
hasil belajar.
Evaluasi
menekankan pada respon pasif, ketrampilan secara terpisah, dan biasanya
menggunakan paper and pencil test. Evaluasi hasil belajar menuntut jawaban yang
benar. Maksudnya bila pebelajar menjawab secara “benar” sesuai dengan keinginan
guru, hal ini menunjukkan bahwa pebelajar telah menyelesaikan tugas belajarnya.
Evaluasi belajar dipandang sebagi bagian yang terpisah dari kegiatan
pembelajaran, dan biasanya dilakukan setelah selesai kegiatan pembelajaran.
Teori ini menekankan evaluasi pada kemampuan pebelajar secara individual.
2.5 Teori Kognitivistik
Teori belajar kognitif berasal dari pandangan Kurt Lewin
(1890-1947), seorang Jerman yang kemudian beremigrasi ke Amerika Serikat.Teori
kognitivisme ini memiliki perspektif bahwa para peserta didik memproses
informasi dan pelajaran melalui upayanya mengorganisir,menyimpan,dan kemudian
menemukan hubungan antara pengetahuan yang baru dengan pengetahuan yang telah
ada. Teori ini menekankan pada bagaimana informasi diproses.
Karakteristik :
1. Belajar adalah proses mental bukan behavioral
2. Siswa aktif sebagai penyadur
3. Siswa belajar secara individu dengan pola deduktif dan induktif
4. Instrinsik motivation, sehingga tidak perlu stimulus
5. Siswa sebagai pelaku untuk menuntun penemuan
6. Guru memfasilitasi terjadinya proses insight.
Beberapa tokoh
dalam aliran kognitivisme :
a) Teori Gestalt
dari Wertheimer dkk
Menekankan pada kebermaknaan dan pengertian sehingga tidak
menimbulkan ambiguitas dalam proses pembelajaran.
b) Teori
Schemata Piaget
Teori ini mengatakan bahwa pengalaman kependidikan harus dibangun di
sekitar struktur kognitif siswa. Struktur kognitif ini bisa dilihat dari usia
serta budaya yang dimilik oleh siswa.
c) Teori Belajar
Sosial Bandura
Bandura mempercayai bahwa model akan mempunyai pengaruh yang paling
efektif apabila mereka dianggap atau dilihat sebagai orang yang mempunyai kehormatan,
kemampuan, status tinggi, dan juga kekuatan, sehingga dalam banyak hal seorang
guru bisa menjadi model yang paling berpengaruh.
d) Pengolahan
Informasi Norman
Norman melihat bahwa materi baru akan dipelajari dengan
menghubungkannya dengan sesuatu yang sudah diketahuinya, yang dalam teorinya di
sebut learning by analogy. Pengajaran yang efektif memerlukan guru yang
mengetahui struktur kognitif siswa.
Prinsip kognitif banyak dipakai di dunia pendidikan, khususnya
terlihat pada perancangan suatu sistem instruksional, prinsip-prinsip tersebut
antara lain:
1. Seseorang yang belajar akan lebih mampu mengingat dan memahami
sesuatu apabila pelajaran tersebut disusun berdasarkan pola dan logika tertentu
2. Penyusunan materi pelajaran harus dari sederhana ke kompleks
3. Belajar dengan memahami akan jauh lebih baik daripada dengan hanya
menghafal tanpa pengertian penyajian
2.6 Aplikasi Teori Kognitivistik Dalam
Pembelajaran IPS
Aplikasi teori belajar kognitif dalam
pembelajaran IPS, guru harus memahami bahwa siswa bukan sebagai orang dewasa
yang mudah dalam proses berpikirnya, anak usia pra sekolah dan awal sekolah
dasar belajar menggunakan benda-benda konkret, keaktifan siswa sangat
dipentingkan, guru menyusun materi dengan menggunakan pola atau logika tertentu
dari sederhana ke kompleks, guru menciptakan pembelajaran yang bermakna,
memperhatian perbedaan individual siswa untuk mencapai keberhasilan siswa.
2.7 Teori Konstruktivistik
Menurut cara pandang teori konstruksivisme belajar adalah proses
untuk membanguin pengetahuan melalui pengalaman nyata dari lapangan. Artinya
siswa akan cepat memiliki pengetahuan jika pengetahuan itu dibangu atas dasar
realitas yang ada di dalam masyarakat. Evaluasi pembelajaran. Dalam treori
kontruktivisme, evaluasi tidak hanya dimaksudkan untuk mengetahui kualitas
siswa dalam memahami materi dari guru. Evaluasi menjadi saran untuk mengetahui
kekurangan dan kelebihan proses pembelajaran.
Konstruktivisme sebagai deskripsi kognitif manusia seringkali
diasosiasikan dengan pendekatan paedagogi yang mempromosikan learning by doing.
Teori ini memberikan keaktifan terhadap manusia untuk belajar menemukan sendiri
kompetensi, pengetahuan atau teknologi, dan hal lain yang diperlakukan guna
mengembangkan dirinya sendiri.
Menurut asalnya, teori konstruktivime bukanlah teori pendidikan.
Teori ini berasal dari disiplin filsafat, khususnya filsafat ilmu. Pada tataran
filsafat, teori ini membahas mengenai bagaimana proses terbentuknya pengetahuan
manusia. Menurut teori ini pembentukan pengetahuan terjadi sebagai hasil
konstruksi manusia atas realitas yang dihadapinya. Dalam perkembangan kemudian,
teori ini mendapat pengaruh dari disiplin psikologi terutama psikologi kognitif
Piaget yang berhubungan dengan mekanisme psikologis yang mendorong terbentuknya
pengetahuan. Menurut kaum konstruktivis, belajar merupakan proses aktif siswa
mengkostruksi pengetahuan. Proses tersebut dicirikan oleh beberapa hal sebagai
berikut:
Belajar berarti
membentuk makna. Makna diciptakan siswa dari apa yang mereka lihat, dengar,
rasakan, dan alami. Konstruksi makna ini dipengaruhi oleh pengertian yang telah
ia punyai.
Konstruksi makna merupakan suatu proses yang berlangsung
terus-menerus seumur hidup. Belajar
bukan kegiatan mengumpulkan fakta melainkan lebih berorientasi pada
pengembangan berpikir dan pemikiran dengan cara membentuk pengertian yang baru.
Belajar bukanlah hasil dari perkembangan melainkan perkembangan itu sendiri.
Suatu perkembangan yang menuntun penemuan dan pengaturan kembali pemikiran
seseorang.
Proses belajar yang sebenarnya terjadi pada waktu skemata seseorang
dalam keraguan yang merangsang pemikiran lebih lanjut. Situasi disekuilibrium
merupakan situasi yang baik untuk belajar.Hasil belajar dipengaruhi oleh
pengalaman belajar dengan dunia fisik dan lingkungan siswa. Hasil belajar siswa
tergantung pada apa yang sudah diketahuinya.
Bagi kaum konstruktivis, belajar adalah suatu proses organik untuk
menemukan sesuatu, bukan suatu proses mekanis untuk mengumpulkan fakta. Dalam
konteks yang demikian, belajar yang bermakna terjadi melalui refleksi,
pemecahan konflik pengertian dan selalu terjadi pembaharuan terhadap pengertian
yang tidak lengkap.
Berdasarkan asumsi-asumsi tersebut dapat ditarik sebuah inferensi
bahwa menurut teori konstruktivisme belajar adalah proses mengkonstruksi
pengetahuan dengan cara mengabstraksi pengalaman sebagai hasil interaksi antara
siswa dengan realitas baik realitas pribadi, alam, maupun realitas sosial.
Proses konstruksi pengetahuan berlangsung secara pribadi maupun sosial. Proses
ini adalah proses yang aktif dan dinamis. Beberapa faktor seperti pengalaman,
pengetahuan awal, kemampuan kognitif dan lingkungan sangat berpengaruh dalam
proses konstruksi makna. Argumentasi para konstruktivis memperlihatkan bahwa
sebenarnya teori belajar konstrukvisme telah banyak mendapat pengaruh dari
psikologi kognitif, sehingga dalam batas tertentu aliran ini dapat disebut juga
neokognitif.
Walaupun mendapat pengaruh psikologi kognitif, namun harus diakui
bahwa stressing point teori ini bukan terletak pada berberapa konsep psikologi
kognitif yang diadopsinya (pengalaman, asimilasi, dan internalisasi).melainkan
pada konstuksi pengetahuan. Konstruksi pengetahuan yang dimaksudkan dalam
pandangan konstruktivisme yaitu pemaknaan realitas yang dilakukan setiap orang
ketika berinteraksi dengan lingkungan. Dalam konteks demikian, konstruksi atau
pemaknaan terhadap realitas adalah berlajar itu sendiri. Dengan asumsi seperti
ini, sebetulnya substansi konstrukvisme terletak pada pengakuan akan hekekat
manusia sebagai homo creator yang dapat mengkonstruksi realitasnya
sendiri.Adapun prinsip-prinsip teori belajar konstruktivistik adalah sebagai
berikut :
1.
Pengetahuan
dibangun oleh siswa sendiri
Pengetahuan
tidak dapat dipindahkan dari guru kemurid, kecuali hanya dengan keaktifan murid
sendiri untuk menalar. Murid
aktif megkontruksi secara terus menerus, sehingga selalu terjadi perubahan
konsep ilmiah
2.
Guru
sekedar membantu menyediakan saran dan situasi agar proses kontruksi berjalan lancar.
3.
Menghadapi
masalah yang relevan dengan siswa
4.
Struktur
pembalajaran seputar konsep utama pentingnya sebuah pertanyaan
5.
Mencari
dan menilai pendapat siswa
6.
Menyesuaikan
kurikulum untuk menanggapi anggapan siswa.
2.8 Aplikasi Teori Kontruktivistik Dalam Pembelajaran IPS
Pandangan kaum Kontruktivistik meyakinkan
bahwa tiap individu mempunyai modal dasar dalam pemikiran dan pengetahuan yang
akan dikembangkan dalam kegiatan pembelajaran. Tema yang diangkat mengenai
“Pengaruh Cuaca Terhadap Kehidupan Manusia”, hal ini dapat dilihat dengan
membandingkan pengalaman siswa sehari – hari sebagai contoh mengapa orang
memakai kain yang tipis pada waktu panas dan sebaliknya, serta berbagai contoh
lainnya mengenai hal ini.
Guna lebih memberikan warna dalam proses
pembelajaran, metode pembelajaran dibuat agar anak dapat meluapkan sebagian
besar ide – ide dan pengalamannya terutama dalam diskusi kelas dan metode
demonstrasi.
2.9 Teori Humanistik
Teori belajar ini berusaha memahami perilaku belajar dari sudut
pandang pelakunya, bukan dari sudut pandang pengamatnya. Tujuan utama para
pendidik adalah membantu peserta didik untuk mengembangkan dirinya, yaitu
membantu masing-masing individu untuk mengenal diri mereka sendiri sebagai
manusia yang unik dan membantu dalam mewujudkan potensi-potensi yang ada dalam
diri mereka.
Dalam teori belajar humanistik proses belajar harus berhulu dan
bermuara pada manusia itu sendiri. Meskipun teori ini sangat menekankan
pentingya isi dari proses belajar, dalam kenyataan teori ini lebih banyak
berbicara tentang pendidikan dan proses belajar dalam bentuknya yang paling
ideal. Dengan kata lain, teori ini lebih tertarik pada ide belajar dalam
bentuknya yang paling ideal dari pada belajar seperti apa adanya, seperti apa
yang bisa kita amati dalam dunia keseharian.. Teori apapun dapat dimanfaatkan
asal tujuan untuk “memanusiakan manusia” (mencapai aktualisasi diri dan
sebagainya) dapat tercapai.
Dalam teori belajar humanistik, belajar dianggap berhasil jika si
pelajar memahami lingkungannya dan dirinya sendiri. Peserta didik dalam proses
belajarnya harus berusaha agar lambat laun ia mampu mencapai aktualisasi diri
dengan sebaik-baiknya. Teori belajar ini berusaha memahami perilaku belajar
dari sudut pandang pelakunya, bukan dari sudut pandang pengamatnya..
Selanjutnya Gagne dan Briggs mengatakan bahwa pendekatan humanistik adalah
pengembangan nilai-nilai dan sikap pribadi yang dikehendaki secara sosial dan
pemerolehan pengetahuan yang luas tentang sejarah, sastra, dan pengolahan
strategi berpikir produktif Pendekatan sistem bisa dapat di lakukan sehingga
para peserta didik dapat memilih suatu rencana pelajaran agar mereka dapat
mencurahkan waktu mereka bagi bermacam-macam tujuan belajar atau sejumlah
pelajaran yang akan dipelajari atau jenis-jenis pemecahan masalah dan
aktifitas-aktifitas kreatif yang mungkin dilakukan.pembatasan praktis dalam
pemilihan hal-hal itu mungkin di tentukan oleh keterbatasan bahan-bahan
pelajaran dan keadaan tetapi dalam pendekatan sistem itu sendiri tidak ada yang
membatasi keanekaragaman pendidikan ini.Tokoh utama teori humanistik adalah C.
Rogger dan
Arthur Comb.
Tujuan utama para pendidik adalah membantu si peserta didik. untuk
mengembangkan dirinya, yaitu membantu masing-masing individu untuk
mengenal diri mereka sendiri sebagai manusia yang unik dan membantu dalam
mewujudkan potensi-potensi yang ada dalam diri mereka.
Jadi, teori
belajar humanistik adalah suatu teori dalam pembelajaran yang mengedepankan
bagaimana memanusiakan manusia serta peserta didik mampu mengembangkan potensi
dirinya.
Beberapa prinsip
Teori belajar Humanistik:
1.
Manusia mempunyai belajar alami
2.
Belajar signifikan terjadi apabila materi plajaran dirasakan murid mempuyai
relevansi dengan maksud tertentu
3.
Belajar yang menyangkut perubahan di dalam persepsi mengenai dirinya.
4.
Tugas belajar yang mengancam diri ialah lebih mudah dirasarkan bila ancaman itu
kecil
5.
Bila bancaman itu rendah terdapat pangalaman peserta didik dalam memperoleh
cara.
6.
Belajar yang bermakna diperolaeh jika peserta didik melakukannya
7.
Belajar lancer jika peserta didik dilibatkan dalam proses belajar
8.
Belajar yang melibatkan peserta didik seutuhnya dapat memberi hasil yang
mendalam
9.
Kepercayaan pada diri pada peserta didik ditumbuhkan dengan membiasakan untuk
mawas diri
10.
Belajar sosial adalah belajar mengenai proses belajar.
2.10 Aplikasi
Teori Humanistik Dalam Pembelajaran IPS
Aplikasi teori humanistik lebih menunjuk pada ruh atau spirit selama
proses pembelajaran yang mewarnai metode-metode yang diterapkan. Peran guru
dalam pembelajaran humanistik adalah menjadi fasilitator bagi para siswa
sedangkan guru memberikan motivasi, kesadaran mengenai makna belajar dalam
kehidupan siswa. Guru memfasilitasi pengalaman belajar kepada siswa dan
mendampingi siswa untuk memperoleh tujuan pembelajaran.
Siswa berperan sebagai pelaku utama
(student center) yang memaknai proses pengalaman belajarnya sendiri. Diharapkan
siswa memahami potensi diri , mengembangkan potensi dirinya secara positif dan
meminimalkan potensi diri yang bersifat negatif.
Tujuan
pembelajaran lebih kepada proses belajarnya daripada hasil belajar. Adapun
proses yang umumnya dilalui adalah :
1.
Merumuskan
tujuan belajar yang jelas
2.
Mengusahakan
partisipasi aktif siswa melalui kontrak belajar yang bersifat jelas , jujur dan
positif.
3.
Mendorong
siswa untuk mengembangkan kesanggupan siswa untuk belajar atas inisiatif
sendiri
4.
Mendorong
siswa untuk peka berpikir kritis, memaknai proses pembelajaran secara mandiri
5.
Siswa di
dorong untuk bebas mengemukakan pendapat, memilih pilihannya sendiri,
melakukkan apa yang diinginkan dan menanggung resiko dariperilaku yang
ditunjukkan.
6.
Guru menerima siswa apa adanya, berusaha
memahami jalan pikiran siswa, tidak menilai secara normatif tetapi mendorong
siswa untuk bertanggungjawab atas segala resiko perbuatan atau proses
belajarnya.
7.
Memberikan
kesempatan murid untuk maju sesuai dengan kecepatannya
8.
Evaluasi
diberikan secara individual berdasarkan perolehan prestasi siswa
Pembelajaran berdasarkan teori humanistik ini cocok untuk diterapkan pada materi-materi
pembelajaran yang bersifat pembentukan kepribadian, hati nurani, perubahan
sikap, dan analisis terhadap fenomena sosial. Indikator dari keberhasilan
aplikasi ini adalah siswa merasa senang bergairah, berinisiatif dalam belajar
dan terjaadi perubahan pola pikir, perilaku dan sikap atas kemauan sendiri.
Siswa diharapkan menjadi manusia yang bebas, berani, tidak terikat
oleh pendapat orang lain dan mengatur pribadinya sendiri secara
bertanggungjawab tanpa mengurangi hak-hak orang lain atau melanggar aturan ,
norma , disiplin atau etika yang berlaku.
2.11 Teori Sibernetik
Menurut teori sibernetik, belajar adalah pengolahan
informasi. Seolah-olah teori ini mempunyai kesamaan dengan teori kognitif yaitu
mementingkan proses belajar dari pada hasil belajar. Proses belajar memang
penting dalam teori sibernetik, namun yang lebih penting lagi adalah sistem
informasi yang diproses yang akan dipelajari siswa. Informasi inilah yang akan
menentukan proses. Begaimana proses balajar akan berlangsung, sangat ditentukan
oleh sistem informasi yang dipelajari.
Asumsi lain
dari teori sibernetik adalah bahwa tidak ada satu proses belajarpun yang ideal
untuk segala situasi, dan yang cocok untuk semua siswa. Sebab cara belajar
sangat ditentukan oleh sistem informasi. Sebuah informasi mungkin akan
dipelajari oleh seorang siswa dengan satu macam proses belajar, dan informasi
yang sama mungkin akan dipelajari siswa lain melalui proses belajar yang
berbeda.
Teori belajar
pengolahan informasi termasuk dalam lingkup teori kognitif yang mengemukakan
bahwa belajar adalah proses internal yang tidak dapat diamati secara langsung
dan merupakan perubahan kemampuan yang terikat pada situasi tertentu. Namun
memori kerja manusia mempunyai kapasitas yang terbatas. Menurut Gagne, untuk
mengurangi muatan memori kerja bentuk pengetahuan yang dipelajari Briggs
mempreskripsikan adanya 1). Kapabilitas belajar, 2). Peristiwa pembelajaran,
dan 3). Pengorganisasian/urutan pembelajaran.
Aplikasi teori sibernetik dalam
kegiatan pembelajaran yang dikemukakan oleh Suciati dan Prasetya Irawan baik
diterapkan dengan langkah-langkah sebagai berikut:
1.
Menetukan
tujuan-tujuan pembelajaran
2.
Menentukan
materi pembelajaran
3.
Mengkaji
sistem informasi yang terkandung dalam materi pelajaran
4.
Menentukan
pendekatan belajar yang sesuai dengan sistem informasi tersebut.
2.12 Aplikasi
Teori Sibernetik Dalam Pembelajaran IPS
1. Menentukan tujuan-tujuan instruksional IPS.
2. Menentukan metode pelajaran IPS.
3. Mengkaji sistem informasi yang terkandung dalam
materi IPS.
4.Menentukan pendekatan belajar yang sesuai dengan
sistem informasi itu (apakah algoritmik ataukah heuristik).
5. Menyusun materi pelajaran IPS dalam urutan yang
sesuai dengan sistem informasinya.
6. Menyajikan materi IPS dan membimbing siswa belajar dengan pola yang
sesuai dengan urutan materi pelajaran.
BAB III
PENUTUP
1.Kesimpulan
Dari deskripsi yang dikemukakan pada
pembahasan, dapat disimpulkan bahwa Teori belajar adalah suatu teori yang
di dalamnya terdapat tata cara pengaplikasikan kegiatan belajar mengajar antara
guru dan siswa, perancangan metode pembelajaran yang akan dilaksanakan di kelas
maupun di luar kelas. Namun teori belajar ini tidak-lah semudah yang dikira, dalam
prosesnya teori belajar ini membutuhkan berbagai sumber sarana yang dapat
menunjang, seperti : lingkungan siswa, kondisi psikologi siswa, perbedaan
tingkat kecerdasan siswa. Semua unsur ini dapat dijadikan bahan acuan untuk
menciptakan suatu model teori belajar yang dianggap cocok, tidak perlu terpaku
dengan kurikulum yang ada asalkan tujuan dari teori belajar ini sama dengan
tujuan pendidikan. Teori – teori pembelajaran
tersebut menjelaskan apa itu belajar dan bagaimana mana belajar itu terjadi.
Teori Behavioristik merupakan teori yang menyatakan bahwa belajar adalah
perubahan dalam tingkah laku sebagai akibat dari interaksi antar stimulus dan
respon. Dalam pandangan Piaget, belajar yang sebenarnya bukanlah sesuatu
yang diturunkan oleh guru, melainkan sesuatu yang berasal dari dalam diri anak
sendiri. Belajar merupakan sebuah proses penyelidikan dan penemuan spontan.
Berkaitan dengan belajar, Piaget membangun teorinya berdasarkan pada konsep
Skema yaitu, stuktur mental atau kognitif yang menyebabkan seseorang secara
intelektual beradaptasi dan mengoordinasikan lingkungan sekitarnya. Skema pada
prinsipnya tidak statis melainkan selalu mengalami perkembangan sejalan dengan
perkembangan kognitif manusia. Model pembelajaran konstruktivisme adalah salah satu pandangan
tentang proses pembelajaran yang menyatakan bahwa dalam proses belajar
(perolehan pengetahuan) diawali dengan terjadinya konflik kognitif. Konflik
kognitif ini hanya dapat diatasi melalui pengetahuan akan dibangun sendiri oleh
anak melalui pengalamannya dari hasil interaksi dengan lingkungannya. Menurut
teori humanistik belajar dianggap berhasil jika si pelajar memahami
lingkungannya dan dirinya sendiri. Peserta didik dalam proses belajarnya harus
berusaha agar lambat laun ia mampu mencapai aktualisasi diri dengan
sebaik-baiknya. Teori belajar ini berusaha memahami perilaku belajar dari sudut
pandang pelakunya, bukan dari sudut pandang pengamatnya.
3.2 Saran
Demikian makalah
yang telah diselesaikan oleh penulis. Semoga makalah ini bisa bermanfaat bagi
semua kalangan khususnya para pendidik serta calon pendidik.Untuk memperbaiki
kualitas,maka penulis mengharapkan kritik dan saran agar makalah ini menjadi
lebih baik.
DAFTAR PUSTAKA
Budiningsih, Asri. 2012. Belajar
Dan Pembelajaran. Jakarta: Pt Rineka Cipta
Dimyati,Mudjiono.2009.Belajar
Dan Pembelajaran.Jakarta:Rineka Cipta
Nurochim. 2013. Perencanaan
Pembelajaran Ilmu-Ilmu Sosial. Jakarta: Pt Raja Grafindo Persada
Sanjaya, Wina. 2008. Kurikulum
Dan Pembelajaran: Teori Dan Praktik Pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group
Yaumi, Muhammad. 2013. Prinsip-Prinsip
Desain Pembelajaran. Jakarta: Kencana Prenada Media Group
Tidak ada komentar:
Posting Komentar