Jumat, 24 Mei 2019

TEORI – TEORI BELAJAR


TEORI – TEORI BELAJAR
(Makalah Ini Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Belajar Dan Pembelajaran IPS)
Dosen Penggampu: Adelina Yuristia, M.Pd
Disusun Oleh:
 






AINUL MARDIAH (0309161003)
ALFAYED MUHAMMAD (0309161007)
ANIDA SRI WAHYUNI (0309163037)
DINAISYAH SIHOTANG (030916205)
ELIN SURYANI (0309162022)
Description: djhdcsolk.jpg
 







PEDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SUMATERA UTARA
MEDAN
T.A 2016/2017

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI........................................................................................................... 2
KATA PENGANTAR............................................................................................ 3
BAB I PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang Masalah.............................................................................. 4
1.2  Rumusan Masalah ....................................................................................... 4
1.3  Tujuan Penelitian......................................................................................... 5
1.4  Manfaat Penelitian....................................................................................... 5
BAB II PEMBAHASAN
2.1  Pengertian Teori........................................................................................... 6
2.2  Pengertian Belajar ....................................................................................... 6
2.3  Teori Behavioristik....................................................................................... 7
2.4 Aplikasi Teori Behavioristik Dalam Pembelajaran IPS................................ 9
2.5 Teori Kognitivistik....................................................................................... 11
2.6 Aplikasi Teori Kognitivistik Dalam Pembelajaran IPS................................ 12
2.7 Teori Konstruktivistik.................................................................................. 12
2.8 Aplikasi Teori Konstruktivistik Dalam Pembelajaran IPS........................... 14
2.9 Teori Humanistik......................................................................................... 15
2.10 Aplikasi Teori Humanistik Dalam Pembelajaran IPS................................ 16
2.11 Teori Sibernetik.......................................................................................... 17
2.12 Aplikasi Teori Sibernetik Dalam Pembelajaran IPS................................... 18
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan............................................................................................... 19
3.2 Saran ........................................................................................................ 19
BAB IV DAFTAR PUSTAKA.......................................................................... 20






KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr.Wb

Puji syukur senantiasa selalu kita panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan limpahan rahmat, taufik dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini. Shalawat serta salam tak lupa kita curahkan kepada Nabi Muhammad SAW yang telah menunjukkan jalan kebaikan dan kebenaran di dunia dan akhirat kepada umat manusia.

Makalah ini disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Belajar Dan Pembelajaran IPS dan juga untuk khalayak ramai sebagai bahan penambah ilmu pengetahuan serta informasi yang semoga bermanfaat. Di dalam makalah ini kami menguraikan mengenai pemahaman mengenai teori-teori belajar dan aspek yang menyertainya.
Dengan adanya makalah ini, penyusun mengucapkan terimakasih kepada
1.     Adelina Yuristia,M.Pd selaku dosen pembimbing mata kuliah Belajar dan Pembelajaran IPS.
2.      Orang tua yang selalu memberikan nasihat dan motivasi agar selalu semangat.
3.      Dan semua pihak yang telah membantu dalam proses penyusunan makalah ini.
        Sudah sepantasnya mereka mendapatkan ucapan terimakasih, dan penyusun mendoakan semoga semua amal baik mereka akan mendapat balasan pahala dari Allah Subhannawataala.
        Peribahasa  “Tidak ada gading yang tak retak”. Dengan hati terbuka penyusun akan menerima kritik dan saran untuk perbaikan atas kekurangan dalam menyusun makalah ini. Semoga makalah ini bermanfaat bagi pembaca. Amin

Wa’alaikumsalam Wr.Wb                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                       Medan, 14 Maret 2018
                                                                                                                      

                                                                       
                                                                                                            Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang

Di dalam proses belajar dan mengajar ada berbagai kendala. Kendala tersebut bisa berupa kondisi pembelajaran yang membosankan, siswa yang kurang memperhatikan  dan tidak mau mendengarkan penjelasan gurunya,serta anak didik yang bandel. Bagi guru semua peristiwa tersebut adalah peistiwa yang sangat menjengkelkan,sehingga guru menganggap kelas tersebut menjadi kelas yang bandel,sulit di diurus dan lain sebagainya.
Guru yang demikian tidak bisa dikatakan sebagai guru yang bijak karena hal-hal yang membosankan pada proses pembelajaran dikelas dipicu oleh guru tersebut yang tidak mampu mengkondisikan  kelas senyaman mungkin bagi siswanya disaat proses belajar dilaksanakan.
Ketika mengajar guru tidak berusaha mencari informasi,apakah materi yang telah diajarkannya telah dipahami siswa atau belum.Ketika proses belajar dan pembelajaran guru tidak berusaha mengajak siswa untuk berpikir.
Komunikasi terjadi hanya pada satu arah,yaitu dari guru kesiswa.Guru berpikir bahwa materi pelajaran lebih penting daripada mengembangkan kemampuan berpikir peserta didik.Lalu guru menganggap peserta didik sebagai tong kosong yang harus diisi dengan sesuatu yang dianggap penting.Hal-hal demikian adalah kekeliruan guru dalam mengajar.Oleh karena itu makalah yang membahas mengenai teori belajar ini disusun agar para pendidik mampu mengetahui dan memahami secara teoritis perubahan perilaku peserta didik dalam proses belajar dan pembelajaran sehingga proses belajar tersebut bisa berjaalan secara maksimal berdasarkan tujuan awal pembelajaran itu sendiri.

B.     Rumusan Masalah
1.      Apakah pengertian teori belajar
2.      Macam-macam teori belajar
3.      Bagaimanakah teori belajar behavioristik serta pengaplikasiannya dalam pembelajaran IPS
4.      Bagaimanakah teori belajar kognitivisme dan pengaplikasiannya dalam pembelajaran IPS
5.      Bagaimanakah teori belajar humanisme dan pengaplikasiannya dalam pembelajaran IPS
C. Tujuan
     Tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk menyelesaikan tugas kelompok dalam mata kuliah belajar dan pembelajaran IPS dan segala aspeknya, seperti :
1.      Mengetahui pengertian teori belajar
2.      Mengetahui Macam-macam teori belajar
3.      Mengetahui teori belajar behavioristik serta pengaplikasiannya dalam pembelajaran IPS
4.      Mengetahui teori belajar kognitivisme dan pengaplikasiannya dalam pembelajaran IPS
5.      Mengetahui teori belajar humanisme dan pengaplikasiannya dalam pembelajaran IPS

D. Manfaat Penulisan
     Manfaat dari penulisan makalah ini adalah menambah pengetahuan kita mengenai teori belajar behaviorisme, teori belajar Kognitivisme, teori belajar Humanisme, teori belajar Konstruktivisme, dan teori belajar Sibernetik serta pengaplikasiannya pada pelajaran IPS


















BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Teori           
            Teori adalah serangkaian bagian atau variabel, definisi, dan dalil yang saling berhubungan yang menghadirkan sebuah pandangan sistematis mengenai fenomena dengan menentukan hubungan antar variabel, dengan maksud menjelaskan fenomena alamiah. Labovitz dan Hagedorn mendefinisikan teori sebagai ide pemikiran “pemikiran teoritis” yang mereka definisikan sebagai “menentukan” bagaimana dan mengapa variable-variabel dan pernyataan hubungan dapat saling berhubungan.
Kata teori memiliki arti yang berbeda-beda pada bidang-bidang pengetahuan yang berbeda pula tergantung pada metodologi dan konteks diskusi. Secara umum, teori merupakan analisis hubungan antara fakta yang satu dengan fakta yang lain pada sekumpulan fakta-fakta. Selain itu, berbeda dengan teorema, pernyataan teori umumnya hanya diterima secara "sementara" dan bukan merupakan pernyataan akhir yang konklusif. Hal ini mengindikasikan bahwa teori berasal dari penarikan kesimpulan yang memiliki potensi kesalahan, berbeda dengan penarikan kesimpulan pada pembuktian matematika.
Sedangkan secara lebih spesifik di dalam ilmu sosial, terdapat pula teori sosial. Neuman mendefiniskan teori sosial adalah sebagai sebuah sistem dari keterkaitan abstraksi atau ide-ide yang meringkas dan mengorganisasikan pengetahuan tentang dunia sosial. Perlu diketahui bahwa teori berbeda dengan idiologi, seorang peneliti kadang-kadang bias dalam membedakan teori dan ideologi. Terdapat kesamaan di antara kedunya, tetapi jelas mereka berbeda. Teori dapat merupakan bagian dari ideologi, tetapi ideologi bukan teori. Contohnya adalah Aleniasi manusia adalah sebuah teori yang diungkapakan oleh Karl Marx, tetapi Marxis atau Komunisme secara keseluruhan adalah sebuah ideologi.

2.2 Pengertian Belajar
Belajar adalah proses sadar seorang individu untuk merubah perilaku menjadi lebih baik. Menurut Skinner belajar adalah suatu perilaku pada saat belajar,maka responnya menjadi lebih baik. Sebaliknya,bila ia tidak belajar maka responya menurun. Dalam belajar ditemukan adanya ha-hal berikut.
1.      Kesempatan terjadinya peristiwa yang menimbulkan respons peserta didik.
2.      Respon si peserta didik.
3.      Konsekuensi yang bersifat menguatkan respon tersebut.Pemerkuat terjadi pada stimulus yang menguatkan konsekuensi tersebut. Sebagai ilustrasi,perilaku respon anak didik yang baik diberi hadiah,sedangkan perilaku respon yang tidak baik diberi teguran atau hukuman.
Menurut Gagne,belajar adalah kegiatan yang kompleks.hasil belajar berupa kapabilitas. Setelah belajar,orang memilki pengetahuan,keterampilan,sikap,dan nilai. Timbulnya kapabilitas tersebut adalah dari stimulasi yang berasal dari lingkungan dan proses kognitif yang dilakukan oleh peserta didik. Dengan demikian ,belajar adalah seperangkat proses kognitif yang mengubah sifat stimulasi lingkungan melalui pengolahan informasi menjadi kapabilitas baru. Tiga komponen penting dalam belajar menrut Gagne,yaitu kondisi internal,kondisi eksternal,dan hasil belajar.

2.3 Teori Behavioristik
Teori belajar behaviorisme merupakan teori belajar yang telah cukup lama dianut oleh para pendidik. Teori ini dicetuskan oleh Gage dan Berliner yang berisi tentang perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman. Teori ini mengutamakan pengukuran, sebab pengukuran merupakan suatu hal penting untuk melihat terjadi tidaknya perubahan tingkah laku. Teori behavioristik dengan model hubungan stimulus responnya, mendudukkan orang yang belajar sebagai individu yang pasif. Respon atau perilaku tertentu dengan menggunakan metode pelatihan atau pembiasaan semata. Munculnya perilaku akan semakin kuat bila diberikan penguatan dan akan menghilang bila dikenai hukuman.
Behaviorisme merupakan salah aliran psikologi yang memandang individu hanya dari sisi fenomena jasmaniah, dan mengabaikan aspek – aspek mental. Dengan kata lain, behaviorisme tidak mengakui adanya kecerdasan, bakat, minat dan perasaan individu dalam suatu belajar. Peristiwa belajar semata-mata melatih refleks-refleks sedemikian rupa sehingga menjadi kebiasaan yang dikuasai individu. Dengan kata lain proses pembelajaran menurut teori Behaviorisme adalah bahwa proses pembelajaran lebih menekankan pada proses pemberian stimulus (rangsangan) dan rutinitas respon yang dilakukan oleh siswa. Inti pembelajaran dalam pandangan behaviorisme terletak pada stimulus respon (S-R).
Menurut teori behavioristik belajar adalah perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman. Belajar merupakan akibat adanya interaksi antara stimulus dan respon. Seseorang dianggap telah belajar sesuatu jika dia dapat menunjukkan perubahan perilakunya. Menurut teori ini dalam belajar yang penting adalah input yang berupa stimulus dan output yang berupa respon. Stimulus adalah apa saja yang diberikan guru kepada siswa, sedangkan respon berupa reaksi atau tanggapan siswa terhadap stimulus yang diberikan oleh guru tersebut. Proses yang terjadi antara stimulus dan respon tidak penting untuk diperhatikan karena tidak dapat diamati dan tidak dapat diukur. Yang dapat diamati adalah stimulus dan respon, oleh karena itu apa yang diberikan oleh guru (stimulus) dan apa yang diterima oleh siswa (respon) harus dapat diamati dan diukur. Teori ini mengutamakan pengukuran, sebab pengukuran merupakan suatu hal penting untuk melihat terjadi atau tidaknya perubahan tingkah laku tersebut.
Tujuan pembelajaran menurut teori behavioristik ditekankan pada penambahan pengetahuan, sedangkan belajar sebagi aktivitas yang menuntut pebelajar untuk mengungkapkan kembali pengetahuan yang sudah dipelajari dalam bentuk laporan, kuis, atau tes. Penyajian isi atau materi pelajaran menekankan pada ketrampian yang terisolasi atau akumulasi fakta mengikuti urutan dari bagian ke keseluruhan. Pembelajaran mengikuti urutan kurikulum secara ketat, sehingga aktivitas belajar lebih banyak didasarkan pada buku teks/buku wajib dengan penekanan pada ketrampilan mengungkapkan kembali isi buku teks/buku wajib tersebut. Pembelajaran dan evaluasi menekankan pada hasil belajar.
Evaluasi menekankan pada respon pasif, ketrampilan secara terpisah, dan biasanya menggunakan paper and pencil test. Evaluasi hasil belajar menuntut jawaban yang benar. Maksudnya bila siswa menjawab secara “benar” sesuai dengan keinginan guru, hal ini menunjukkan bahwa siswa telah menyelesaikan tugas belajarnya. Evaluasi belajar dipandang sebagi bagian yang terpisah dari kegiatan pembelajaran, dan biasanya dilakukan setelah selesai kegiatan pembelajaran. Teori ini menekankan evaluasi pada kemampuan siswa secara individual
Prinsip-Prinsip dalam Teori Behavioristik:
1.      Obyek psikologi adalah tingkah laku.
2.      Semua bentuk tingkah laku di kembalikan pada reflek.
3.      Mementingkan pembentukan kebiasaan.
4.      Perilaku nyata dan terukur memiliki makna tersendiri.
5.      Aspek mental dari kesadaran yang tidak memiliki bentuk fisik harus dihindari.

Tokoh-Tokoh Aliran Behaviorisme
a. Edward LeeThorndike
Menurutnya belajar merupakan proses interaksi antara stimulus dan respon. Stimulus adalah apa yang merangsang terjadinya kegiatan belajar seperti pikiran, perasaan atau hal-hal lain yang dapat ditangkap melalui alat indera. Respon adalah reaksi yang dimunculkan peserta didik ketika belajar, juga dapat berupa pikiran, perasaan, gerakan atau tindakan. teori ini sering disebut teori koneksionisme.
b. John Watson
Kajian tentang belajar disejajarkan dengan ilmu-ilmu lain seperti Fisika atau Biologi yang berorientasi pada pengalaman empirik semata, yaitu sejauh mana dapat diamati dan diukur. Belajar merupakan proses interaksi antara stimulus dan respon, namun keduanya harus dapat diamati dan diukur.
c. Edwin Guthrie
Azas belajar Guthrie yang utama adalah hukum kontiguiti. Yaitu gabungan stimulus-stimulus yang disertai suatu gerakan. Hukuman (punishment) memegang peranan penting dalam proses belajar. Hukuman yang diberikan pada saat yang tepat akan mampu mengubah tingkah laku seseorang.
d. Burrhus Frederic Skinner
Konsep-konsep yang dikemukanan tentang belajar lebih mengungguli konsep para tokoh sebelumnya. Respon yang diterima seseorang tidak sesederhana konsep yang dikemukakan tokoh sebelumnya, karena stimulus-stimulus yang diberikan akan saling berinteraksi dan interaksi antar stimulus itu akan mempengaruhi respon yang dihasilkan. Respon yang diberikan ini memiliki konsekuensi-konsekuensi. Konsekuensi-konsekuensi inilah yang nantinya mempengaruhi munculnya perilaku.

2.4  Aplikasi Teori Behavioristik Dalam Pembelajaran IPS
Aliran psikologi belajar yang sangat besar pengaruhnya terhadap arah pengembangan teori dan praktek pendidikan dan pembelajaran hingga kini adalah aliran behavioristik. Aliran ini menekankan pada terbentuknya perilaku yang tampak sebagai hasil belajar. Teori behavioristik dengan model hubungan stimulus responnya, mendudukkan orang yang belajar sebagai individu yang pasif. Respon atau perilaku tertentu dengan menggunakan metode drill atau pembiasaan semata. Munculnya perilaku akan semakin kuat bila diberikan reinforcement dan akan menghilang bila dikenai hukuman.
Aplikasi teori behavioristik dalam kegiatan pembelajaran  IPS tergantung dari beberapa hal seperti: tujuan pembelajaran, sifat materi pelajaran, karakteristik pelajar, media dan fasilitas pembelajaran yang tersedia. Pembelajaran yang dirancang dan berpijak pada teori behavioristik memandang bahwa pengetahuan adalah obyektif, pasti, tetap, tidak berubah. Pengetahuan telah terstruktur dengan rapi, sehingga belajar adalah perolehan pengetahuan, sedangkan mengajar adalah memindahkan pengetahuan (transfer of knowledge) ke orang yang belajar atau pebelajar. Fungsi mind atau pikiran adalah untuk menjiplak struktur pengetahuan yag sudah ada melalui proses berpikir yang dapat dianalisis dan dipilah, sehingga makna yang dihasilkan dari proses berpikir seperti ini ditentukan oleh karakteristik struktur pengetahuan tersebut. Pebelajar diharapkan akan memiliki pemahaman yang sama terhadap pengetahuan yang diajarkan. Artinya, apa yang dipahami oleh pengajar atau guru itulah yang harus dipahami oleh murid.
Demikian halnya dalam pembelajaran, pebelajar dianggap sebagai objek pasif yang selalu membutuhkan motivasi dan penguatan dari pendidik. Oleh karena itu, para pendidik mengembangkan kurikulum yang terstruktur dengan menggunakan standar-standar tertentu dalam proses pembelajaran yang harus dicapai oleh para pebelajar. Begitu juga dalam proses evaluasi belajar pebelajar diukur hanya pada hal-hal yang nyata dan dapat diamati sehingga hal-hal yang bersifat tidak teramati kurang dijangkau dalam proses evaluasi.
Implikasi dari teori behavioristik dalam proses pembelajaran dirasakan kurang memberikan ruang gerak yang bebas bagi pebelajar untuk berkreasi, bereksperimentasi dan mengembangkan kemampuannya sendiri. Karena sistem pembelajaran tersebut bersifat otomatis-mekanis dalam menghubungkan stimulus dan respon sehingga terkesan seperti kinerja mesin atau robot. Akibatnya pebelajar kurang mampu untuk berkembang sesuai dengan potensi yang ada pada diri mereka.
Karena teori behavioristik memandang bahwa pengetahuan telah terstruktur rapi dan teratur, maka pebelajar atau orang yang belajar harus dihadapkan pada aturan-aturan yang jelas dan ditetapkan terlebih dulu secara ketat. Pembiasaan dan disiplin menjadi sangat esensial dalam belajar, sehingga pembelajaran lebih banyak dikaitkan dengan penegakan disiplin. Kegagalan atau ketidakmampuan dalam penambahan pengetahuan dikategorikan sebagai kesalahan yang perlu dihukum dan keberhasilan belajar atau kemampuan dikategorikan sebagai bentuk perilaku yang pantas diberi hadiah. Demikian juga, ketaatan pada aturan dipandang sebagai penentu keberhasilan belajar. Pebelajar atau peserta didik adalah objek yang berperilaku sesuai dengan aturan, sehingga kontrol belajar harus dipegang oleh sistem yang berada di luar diri pebelajar.
Tujuan pembelajaran menurut teori behavioristik ditekankan pada penambahan pengetahuan, sedangkan belajar sebagi aktivitas “mimetic”, yang menuntut pebelajar untuk mengungkapkan kembali pengetahuan yang sudah dipelajari dalam bentuk laporan, kuis, atau tes. Penyajian isi atau materi pelajaran menekankan pada ketrampian yang terisolasi atau akumulasi fakta mengikuti urutan dari bagian ke keseluruhan. Pembelajaran mengikuti urutan kurikulum secara ketat, sehingga aktivitas belajar lebih banyak didasarkan pada buku teks/buku wajib dengan penekanan pada ketrampilan mengungkapkan kembali isi buku teks/buku wajib tersebut. Pembelajaran dan evaluasi menekankan pada hasil belajar.
Evaluasi menekankan pada respon pasif, ketrampilan secara terpisah, dan biasanya menggunakan paper and pencil test. Evaluasi hasil belajar menuntut jawaban yang benar. Maksudnya bila pebelajar menjawab secara “benar” sesuai dengan keinginan guru, hal ini menunjukkan bahwa pebelajar telah menyelesaikan tugas belajarnya. Evaluasi belajar dipandang sebagi bagian yang terpisah dari kegiatan pembelajaran, dan biasanya dilakukan setelah selesai kegiatan pembelajaran. Teori ini menekankan evaluasi pada kemampuan pebelajar secara individual.

2.5 Teori Kognitivistik
Teori belajar kognitif berasal dari pandangan Kurt Lewin (1890-1947), seorang Jerman yang kemudian beremigrasi ke Amerika Serikat.Teori kognitivisme ini memiliki perspektif bahwa para peserta didik memproses informasi dan pelajaran melalui upayanya mengorganisir,menyimpan,dan kemudian menemukan hubungan antara pengetahuan yang baru dengan pengetahuan yang telah ada. Teori ini menekankan pada bagaimana informasi diproses.
Karakteristik :
1.    Belajar adalah proses mental bukan behavioral
2.    Siswa aktif sebagai penyadur
3.    Siswa belajar secara individu dengan pola deduktif dan induktif
4.    Instrinsik motivation, sehingga tidak perlu stimulus
5.    Siswa sebagai pelaku untuk menuntun penemuan
6.    Guru memfasilitasi terjadinya proses insight.
Beberapa tokoh dalam aliran kognitivisme :
a) Teori Gestalt dari Wertheimer dkk
Menekankan pada kebermaknaan dan pengertian sehingga tidak menimbulkan ambiguitas dalam proses pembelajaran.
b) Teori Schemata Piaget
Teori ini mengatakan bahwa pengalaman kependidikan harus dibangun di sekitar struktur kognitif siswa. Struktur kognitif ini bisa dilihat dari usia serta budaya yang dimilik oleh siswa.
c) Teori Belajar Sosial Bandura
Bandura mempercayai bahwa model akan mempunyai pengaruh yang paling efektif apabila mereka dianggap atau dilihat sebagai orang yang mempunyai kehormatan, kemampuan, status tinggi, dan juga kekuatan, sehingga dalam banyak hal seorang guru bisa menjadi model yang paling berpengaruh.
d) Pengolahan Informasi Norman
Norman melihat bahwa materi baru akan dipelajari dengan menghubungkannya dengan sesuatu yang sudah diketahuinya, yang dalam teorinya di sebut learning by analogy. Pengajaran yang efektif memerlukan guru yang mengetahui struktur kognitif siswa.
Prinsip kognitif banyak dipakai di dunia pendidikan, khususnya terlihat pada perancangan suatu sistem instruksional, prinsip-prinsip tersebut antara lain:
1.      Seseorang yang belajar akan lebih mampu mengingat dan memahami sesuatu apabila pelajaran tersebut disusun berdasarkan pola dan logika tertentu
2.      Penyusunan materi pelajaran harus dari sederhana ke kompleks
3.      Belajar dengan memahami akan jauh lebih baik daripada dengan hanya menghafal tanpa pengertian penyajian

2.6  Aplikasi Teori Kognitivistik Dalam Pembelajaran IPS
Aplikasi teori belajar kognitif dalam pembelajaran IPS, guru harus memahami bahwa siswa bukan sebagai orang dewasa yang mudah dalam proses berpikirnya, anak usia pra sekolah dan awal sekolah dasar belajar menggunakan benda-benda konkret, keaktifan siswa sangat dipentingkan, guru menyusun materi dengan menggunakan pola atau logika tertentu dari sederhana ke kompleks, guru menciptakan pembelajaran yang bermakna, memperhatian perbedaan individual siswa untuk mencapai keberhasilan siswa.

2.7 Teori Konstruktivistik
Menurut cara pandang teori konstruksivisme belajar adalah proses untuk membanguin pengetahuan melalui pengalaman nyata dari lapangan. Artinya siswa akan cepat memiliki pengetahuan jika pengetahuan itu dibangu atas dasar realitas yang ada di dalam masyarakat. Evaluasi pembelajaran. Dalam treori kontruktivisme, evaluasi tidak hanya dimaksudkan untuk mengetahui kualitas siswa dalam memahami materi dari guru. Evaluasi menjadi saran untuk mengetahui kekurangan dan kelebihan proses pembelajaran.
Konstruktivisme sebagai deskripsi kognitif manusia seringkali diasosiasikan dengan pendekatan paedagogi yang mempromosikan learning by doing. Teori ini memberikan keaktifan terhadap manusia untuk belajar menemukan sendiri kompetensi, pengetahuan atau teknologi, dan hal lain yang diperlakukan guna mengembangkan dirinya sendiri.
Menurut asalnya, teori konstruktivime bukanlah teori pendidikan. Teori ini berasal dari disiplin filsafat, khususnya filsafat ilmu. Pada tataran filsafat, teori ini membahas mengenai bagaimana proses terbentuknya pengetahuan manusia. Menurut teori ini pembentukan pengetahuan terjadi sebagai hasil konstruksi manusia atas realitas yang dihadapinya. Dalam perkembangan kemudian, teori ini mendapat pengaruh dari disiplin psikologi terutama psikologi kognitif Piaget yang berhubungan dengan mekanisme psikologis yang mendorong terbentuknya pengetahuan. Menurut kaum konstruktivis, belajar merupakan proses aktif siswa mengkostruksi pengetahuan. Proses tersebut dicirikan oleh beberapa hal sebagai berikut:
Belajar berarti membentuk makna. Makna diciptakan siswa dari apa yang mereka lihat, dengar, rasakan, dan alami. Konstruksi makna ini dipengaruhi oleh pengertian yang telah ia punyai.
Konstruksi makna merupakan suatu proses yang berlangsung terus-menerus seumur hidup. Belajar bukan kegiatan mengumpulkan fakta melainkan lebih berorientasi pada pengembangan berpikir dan pemikiran dengan cara membentuk pengertian yang baru. Belajar bukanlah hasil dari perkembangan melainkan perkembangan itu sendiri. Suatu perkembangan yang menuntun penemuan dan pengaturan kembali pemikiran seseorang.
Proses belajar yang sebenarnya terjadi pada waktu skemata seseorang dalam keraguan yang merangsang pemikiran lebih lanjut. Situasi disekuilibrium merupakan situasi yang baik untuk belajar.Hasil belajar dipengaruhi oleh pengalaman belajar dengan dunia fisik dan lingkungan siswa. Hasil belajar siswa tergantung pada apa yang sudah diketahuinya.
Bagi kaum konstruktivis, belajar adalah suatu proses organik untuk menemukan sesuatu, bukan suatu proses mekanis untuk mengumpulkan fakta. Dalam konteks yang demikian, belajar yang bermakna terjadi melalui refleksi, pemecahan konflik pengertian dan selalu terjadi pembaharuan terhadap pengertian yang tidak lengkap.
Berdasarkan asumsi-asumsi tersebut dapat ditarik sebuah inferensi bahwa menurut teori konstruktivisme belajar adalah proses mengkonstruksi pengetahuan dengan cara mengabstraksi pengalaman sebagai hasil interaksi antara siswa dengan realitas baik realitas pribadi, alam, maupun realitas sosial. Proses konstruksi pengetahuan berlangsung secara pribadi maupun sosial. Proses ini adalah proses yang aktif dan dinamis. Beberapa faktor seperti pengalaman, pengetahuan awal, kemampuan kognitif dan lingkungan sangat berpengaruh dalam proses konstruksi makna. Argumentasi para konstruktivis memperlihatkan bahwa sebenarnya teori belajar konstrukvisme telah banyak mendapat pengaruh dari psikologi kognitif, sehingga dalam batas tertentu aliran ini dapat disebut juga neokognitif.
Walaupun mendapat pengaruh psikologi kognitif, namun harus diakui bahwa stressing point teori ini bukan terletak pada berberapa konsep psikologi kognitif yang diadopsinya (pengalaman, asimilasi, dan internalisasi).melainkan pada konstuksi pengetahuan. Konstruksi pengetahuan yang dimaksudkan dalam pandangan konstruktivisme yaitu pemaknaan realitas yang dilakukan setiap orang ketika berinteraksi dengan lingkungan. Dalam konteks demikian, konstruksi atau pemaknaan terhadap realitas adalah berlajar itu sendiri. Dengan asumsi seperti ini, sebetulnya substansi konstrukvisme terletak pada pengakuan akan hekekat manusia sebagai homo creator yang dapat mengkonstruksi realitasnya sendiri.Adapun prinsip-prinsip teori belajar konstruktivistik adalah sebagai berikut :
1.      Pengetahuan dibangun oleh siswa sendiri
Pengetahuan tidak dapat dipindahkan dari guru kemurid, kecuali hanya dengan keaktifan murid sendiri untuk menalar. Murid aktif megkontruksi secara terus menerus, sehingga selalu terjadi perubahan konsep ilmiah
2.      Guru sekedar membantu menyediakan saran dan situasi agar proses kontruksi berjalan lancar.
3.      Menghadapi masalah yang relevan dengan siswa
4.      Struktur pembalajaran seputar konsep utama pentingnya sebuah pertanyaan
5.      Mencari dan menilai pendapat siswa
6.      Menyesuaikan kurikulum untuk menanggapi anggapan siswa.

2.8  Aplikasi Teori Kontruktivistik Dalam Pembelajaran IPS
Pandangan kaum Kontruktivistik meyakinkan bahwa tiap individu mempunyai modal dasar dalam pemikiran dan pengetahuan yang akan dikembangkan dalam kegiatan pembelajaran. Tema yang diangkat mengenai “Pengaruh Cuaca Terhadap Kehidupan Manusia”, hal ini dapat dilihat dengan membandingkan pengalaman siswa sehari – hari sebagai contoh mengapa orang memakai kain yang tipis pada waktu panas dan sebaliknya, serta berbagai contoh lainnya mengenai hal ini.
Guna lebih memberikan warna dalam proses pembelajaran, metode pembelajaran dibuat agar anak dapat meluapkan sebagian besar ide – ide dan pengalamannya terutama dalam diskusi kelas dan metode demonstrasi.



2.9 Teori Humanistik
Teori belajar ini berusaha memahami perilaku belajar dari sudut pandang pelakunya, bukan dari sudut pandang pengamatnya. Tujuan utama para pendidik adalah membantu peserta didik untuk mengembangkan dirinya, yaitu membantu masing-masing individu untuk mengenal diri mereka sendiri sebagai manusia yang unik dan membantu dalam mewujudkan potensi-potensi yang ada dalam diri mereka.
Dalam teori belajar humanistik proses belajar harus berhulu dan bermuara pada manusia itu sendiri. Meskipun teori ini sangat menekankan pentingya isi dari proses belajar, dalam kenyataan teori ini lebih banyak berbicara tentang pendidikan dan proses belajar dalam bentuknya yang paling ideal. Dengan kata lain, teori ini lebih tertarik pada ide belajar dalam bentuknya yang paling ideal dari pada belajar seperti apa adanya, seperti apa yang bisa kita amati dalam dunia keseharian.. Teori apapun dapat dimanfaatkan asal tujuan untuk “memanusiakan manusia” (mencapai aktualisasi diri dan sebagainya) dapat tercapai.
Dalam teori belajar humanistik, belajar dianggap berhasil jika si pelajar memahami lingkungannya dan dirinya sendiri. Peserta didik dalam proses belajarnya harus berusaha agar lambat laun ia mampu mencapai aktualisasi diri dengan sebaik-baiknya. Teori belajar ini berusaha memahami perilaku belajar dari sudut pandang pelakunya, bukan dari sudut pandang pengamatnya..
            Selanjutnya Gagne dan Briggs mengatakan bahwa pendekatan humanistik adalah pengembangan nilai-nilai dan sikap pribadi yang dikehendaki secara sosial dan pemerolehan pengetahuan yang luas tentang sejarah, sastra, dan pengolahan strategi berpikir produktif Pendekatan sistem bisa dapat di lakukan sehingga para peserta didik dapat memilih suatu rencana pelajaran agar mereka dapat mencurahkan waktu mereka bagi bermacam-macam tujuan belajar atau sejumlah pelajaran yang akan dipelajari atau jenis-jenis pemecahan masalah dan aktifitas-aktifitas kreatif yang mungkin dilakukan.pembatasan praktis dalam pemilihan hal-hal itu mungkin di tentukan oleh keterbatasan bahan-bahan pelajaran dan keadaan tetapi dalam pendekatan sistem itu sendiri tidak ada yang membatasi keanekaragaman pendidikan ini.Tokoh utama teori humanistik adalah C. Rogger  dan Arthur Comb.
Tujuan utama para pendidik adalah membantu si peserta didik.  untuk mengembangkan dirinya,  yaitu membantu masing-masing individu untuk mengenal diri mereka sendiri sebagai manusia yang unik dan membantu dalam mewujudkan potensi-potensi yang ada dalam diri mereka.
Jadi, teori belajar humanistik adalah suatu teori dalam pembelajaran yang mengedepankan bagaimana memanusiakan manusia serta peserta didik mampu mengembangkan potensi dirinya.
Beberapa prinsip Teori belajar Humanistik:
1.    Manusia mempunyai belajar alami
2.    Belajar signifikan terjadi apabila materi plajaran dirasakan murid mempuyai relevansi dengan maksud tertentu
3.    Belajar yang menyangkut perubahan di dalam persepsi mengenai dirinya.
4.    Tugas belajar yang mengancam diri ialah lebih mudah dirasarkan bila ancaman itu kecil
5.    Bila bancaman itu rendah terdapat pangalaman peserta didik dalam memperoleh cara.
6.    Belajar yang bermakna diperolaeh jika peserta didik melakukannya
7.    Belajar lancer jika peserta didik dilibatkan dalam proses belajar
8.    Belajar yang melibatkan peserta didik seutuhnya dapat memberi hasil yang mendalam
9.    Kepercayaan pada diri pada peserta didik ditumbuhkan dengan membiasakan untuk mawas diri
10.  Belajar sosial adalah belajar mengenai proses belajar.

2.10  Aplikasi Teori Humanistik Dalam Pembelajaran IPS
Aplikasi teori humanistik lebih menunjuk pada ruh atau spirit selama proses pembelajaran yang mewarnai metode-metode yang diterapkan. Peran guru dalam pembelajaran humanistik adalah menjadi fasilitator bagi para siswa sedangkan guru memberikan motivasi, kesadaran mengenai makna belajar dalam kehidupan siswa. Guru memfasilitasi pengalaman belajar kepada siswa dan mendampingi siswa untuk memperoleh tujuan pembelajaran.
            Siswa berperan sebagai pelaku utama (student center) yang memaknai proses pengalaman belajarnya sendiri. Diharapkan siswa memahami potensi diri , mengembangkan potensi dirinya secara positif dan meminimalkan potensi diri yang bersifat negatif.
Tujuan pembelajaran lebih kepada proses belajarnya daripada hasil belajar. Adapun proses yang umumnya dilalui adalah :
1.      Merumuskan tujuan belajar yang jelas
2.      Mengusahakan partisipasi aktif siswa melalui kontrak belajar yang bersifat jelas , jujur dan positif.
3.      Mendorong siswa untuk mengembangkan kesanggupan siswa untuk belajar atas inisiatif sendiri
4.      Mendorong siswa untuk peka berpikir kritis, memaknai proses pembelajaran secara mandiri
5.      Siswa di dorong untuk bebas mengemukakan pendapat, memilih pilihannya sendiri, melakukkan apa yang diinginkan dan menanggung resiko dariperilaku yang ditunjukkan.
6.       Guru menerima siswa apa adanya, berusaha memahami jalan pikiran siswa, tidak menilai secara normatif tetapi mendorong siswa untuk bertanggungjawab atas segala resiko perbuatan atau proses belajarnya.
7.      Memberikan kesempatan murid untuk maju sesuai dengan kecepatannya
8.      Evaluasi diberikan secara individual berdasarkan perolehan prestasi siswa
Pembelajaran berdasarkan teori humanistik ini cocok untuk diterapkan pada materi-materi pembelajaran yang bersifat pembentukan kepribadian, hati nurani, perubahan sikap, dan analisis terhadap fenomena sosial. Indikator dari keberhasilan aplikasi ini adalah siswa merasa senang bergairah, berinisiatif dalam belajar dan terjaadi perubahan pola pikir, perilaku dan sikap atas kemauan sendiri.
Siswa diharapkan menjadi manusia yang bebas, berani, tidak terikat oleh pendapat orang lain dan mengatur pribadinya sendiri secara bertanggungjawab tanpa mengurangi hak-hak orang lain atau melanggar aturan , norma , disiplin atau etika yang berlaku.

2.11 Teori Sibernetik
Menurut teori sibernetik, belajar adalah pengolahan informasi. Seolah-olah teori ini mempunyai kesamaan dengan teori kognitif yaitu mementingkan proses belajar dari pada hasil belajar. Proses belajar memang penting dalam teori sibernetik, namun yang lebih penting lagi adalah sistem informasi yang diproses yang akan dipelajari siswa. Informasi inilah yang akan menentukan proses. Begaimana proses balajar akan berlangsung, sangat ditentukan oleh sistem informasi yang dipelajari.
Asumsi lain dari teori sibernetik adalah bahwa tidak ada satu proses belajarpun yang ideal untuk segala situasi, dan yang cocok untuk semua siswa. Sebab cara belajar sangat ditentukan oleh sistem informasi. Sebuah informasi mungkin akan dipelajari oleh seorang siswa dengan satu macam proses belajar, dan informasi yang sama mungkin akan dipelajari siswa lain melalui proses belajar yang berbeda.
Teori belajar pengolahan informasi termasuk dalam lingkup teori kognitif yang mengemukakan bahwa belajar adalah proses internal yang tidak dapat diamati secara langsung dan merupakan perubahan kemampuan yang terikat pada situasi tertentu. Namun memori kerja manusia mempunyai kapasitas yang terbatas. Menurut Gagne, untuk mengurangi muatan memori kerja bentuk pengetahuan yang dipelajari Briggs mempreskripsikan adanya 1). Kapabilitas belajar, 2). Peristiwa pembelajaran, dan 3). Pengorganisasian/urutan pembelajaran.
Aplikasi teori sibernetik dalam kegiatan pembelajaran yang dikemukakan oleh Suciati dan Prasetya Irawan baik diterapkan dengan langkah-langkah sebagai berikut:
1.      Menetukan tujuan-tujuan pembelajaran
2.      Menentukan materi pembelajaran
3.      Mengkaji sistem informasi yang terkandung dalam materi pelajaran
4.      Menentukan pendekatan belajar yang sesuai dengan sistem informasi tersebut.

2.12  Aplikasi Teori Sibernetik Dalam Pembelajaran IPS
1. Menentukan tujuan-tujuan instruksional IPS.
2. Menentukan metode pelajaran IPS.
3. Mengkaji sistem informasi yang terkandung dalam materi IPS.
4.Menentukan pendekatan belajar yang sesuai dengan sistem informasi itu (apakah algoritmik ataukah heuristik).
5. Menyusun materi pelajaran IPS dalam urutan yang sesuai dengan sistem informasinya.
6. Menyajikan materi IPS dan membimbing siswa belajar dengan pola yang sesuai dengan urutan materi pelajaran.








     BAB III
PENUTUP
1.Kesimpulan
             Dari deskripsi yang dikemukakan pada pembahasan, dapat disimpulkan bahwa Teori belajar adalah suatu teori yang di dalamnya terdapat tata cara pengaplikasikan kegiatan belajar mengajar antara guru dan siswa, perancangan metode pembelajaran yang akan dilaksanakan di kelas maupun di luar kelas. Namun teori belajar ini tidak-lah semudah yang dikira, dalam prosesnya teori belajar ini membutuhkan berbagai sumber sarana yang dapat menunjang, seperti : lingkungan siswa, kondisi psikologi siswa, perbedaan tingkat kecerdasan siswa. Semua unsur ini dapat dijadikan bahan acuan untuk menciptakan suatu model teori belajar yang dianggap cocok, tidak perlu terpaku dengan kurikulum yang ada asalkan tujuan dari teori belajar ini sama dengan tujuan pendidikan. Teori – teori pembelajaran tersebut menjelaskan apa itu belajar dan bagaimana mana belajar itu terjadi. Teori Behavioristik merupakan teori yang menyatakan bahwa belajar adalah perubahan dalam tingkah laku sebagai akibat dari interaksi antar stimulus dan respon. Dalam pandangan Piaget, belajar yang sebenarnya bukanlah sesuatu yang diturunkan oleh guru, melainkan sesuatu yang berasal dari dalam diri anak sendiri. Belajar merupakan sebuah proses penyelidikan dan penemuan spontan. Berkaitan dengan belajar, Piaget membangun teorinya berdasarkan pada konsep Skema yaitu, stuktur mental atau kognitif yang menyebabkan seseorang secara intelektual beradaptasi dan mengoordinasikan lingkungan sekitarnya. Skema pada prinsipnya tidak statis melainkan selalu mengalami perkembangan sejalan dengan perkembangan kognitif manusia. Model pembelajaran konstruktivisme adalah salah satu pandangan tentang proses pembelajaran yang menyatakan bahwa dalam proses belajar (perolehan pengetahuan) diawali dengan terjadinya konflik kognitif. Konflik kognitif ini hanya dapat diatasi melalui pengetahuan akan dibangun sendiri oleh anak melalui pengalamannya dari hasil interaksi dengan lingkungannya. Menurut teori humanistik belajar dianggap berhasil jika si pelajar memahami lingkungannya dan dirinya sendiri. Peserta didik dalam proses belajarnya harus berusaha agar lambat laun ia mampu mencapai aktualisasi diri dengan sebaik-baiknya. Teori belajar ini berusaha memahami perilaku belajar dari sudut pandang pelakunya, bukan dari sudut pandang pengamatnya.

3.2 Saran     
Demikian makalah yang telah diselesaikan oleh penulis. Semoga makalah ini bisa bermanfaat bagi semua kalangan khususnya para pendidik serta calon pendidik.Untuk memperbaiki kualitas,maka penulis mengharapkan kritik dan saran agar makalah ini menjadi lebih baik.




DAFTAR PUSTAKA

Budiningsih, Asri. 2012. Belajar Dan Pembelajaran. Jakarta: Pt Rineka Cipta
Dimyati,Mudjiono.2009.Belajar Dan Pembelajaran.Jakarta:Rineka Cipta
Nurochim. 2013. Perencanaan Pembelajaran Ilmu-Ilmu Sosial. Jakarta: Pt Raja Grafindo Persada
Sanjaya, Wina. 2008. Kurikulum Dan Pembelajaran: Teori Dan Praktik Pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group
Yaumi, Muhammad. 2013. Prinsip-Prinsip Desain Pembelajaran. Jakarta: Kencana Prenada Media Group










































































Tidak ada komentar:

Posting Komentar