LAPORAN MINI RISET
PELAKSANAAN MODEL-MODEL PEMBELAJARAN INOVATIF PADA MATA PELAJARAN
SEJARAH IPS DI MTS CERDAS MURNI TEMBUNG
(Mini Riset ini Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Inovasi Pembelajaran IPS)
Dosen Pengampu: Eka
Yusnaldi, M.Pd
Disusun Oleh:
Kelompok 7:
Imam Khatami (0309163066)
Indriani Safitri (0309162045)
Siti
Aminah (0309162046)
PEDIDIKAN
ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS
ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS
ISLAM NEGERI SUMATERA UTARA
MEDAN
T.A
2018-2019
KATA PENGANTAR
Segala puji
hanya milik Allah SWT. Shalawat dan salam selalu tercurahkan kepada Rasulullah
SAW. Berkat limpahan dan rahmat-Nya penyusun mampu menyelesaikan tugas makalah
ini guna memenuhi tugas mata kuliah Agama Islam.
Agama sebagai
sistem kepercayaan dalam kehidupan umat manusia dapat dikaji melalui berbagai
sudut pandang. Islam sebagai agama yang telah berkembang selama empat belas
abad lebih menyimpan banyak masalah yang perlu diteliti, baik itu menyangkut
ajaran dan pemikiran keagamaan maupun realitas sosial, politik, ekonomi dan
budaya.
Dalam
penyusunan tugas atau materi ini, tidak sedikit hambatan yang penulis hadapi.
Namun penulis menyadari bahwa kelancaran dalam penyusunan materi ini tidak lain
berkat bantuan, dorongan, dan bimbingan orang tua, sehingga kendala-kendala
yang penulis hadapi teratasi.
Tugas ini telah kami susun dengan maksimal.
Terlepas dari semua itu, kami
menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari segi susunan
kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka kami menerima segala
saran dan kritik dari pembaca agar saya dapat memperbaiki tugas ini.
Harapan kami agar tugas ini dapat bermanfaat
untuk para mahasiswa khususnya Mahasiswa pendidikan Ips. Segala kritik dan
saran yang membangun sangat kami
apresiasi guna meningkatkan ilmu pengetahuan dalam menyelesaikan
tugas lainnya. Atas perhatiannya kami
ucapkan
terima kasih.
Wassalam, 19 November 2018
Penulis
KELOMPOK 2
DAFTAR ISI
HALAMAN DEPAN.......................................................................................................... 1
KATA PENGANTAR........................................................................................................ 2
DAFTAR ISI........................................................................................................................ 3
BAB I PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Masalah........................................................................................................................... 4
1.2
Rumusan Masalah............................................................................................... 5
1.3
Tujuan Penelitian................................................................................................. 6
1.4
Manfaat Penelitian............................................................................................... 6
BAB II KAJIAN TEORI
2.2 Model-Model
Pembelajaran Inovatif................................................................... 8
2.2 Pembelajaran Sejarah di MTS ............................................................................. 12
BAB
III METODE PENELITIAN
3.1
Lokasi Penelitian.................................................................................................. 15
3.2 Desain Penelitian................................................................................................. 16
3.3 Sumber Data Penelitian...................................................................................... 16
3.4 Teknik Pengumpulan Data............................................................................................... 17
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Gambaran Umum MTS Cerdas Murni................................................................. 18
4.1
Model-Model Pembelajaran Inovatif dan Implementasinya di MTS Cerdas Murni 20
4.2 Kendala dalam Penerapan
Model Pembelajaran Inovatif.................................. 22
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan.......................................................................................................... ........... 24
5.2 Saran................................................................................................................................ 25
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
Zaman
terus berkembang pesat, berbagai kemajuan dan kemutakhiran teknologi turut
mengikuti setiap laju perkembangan zaman dan semua itu berdampak pada perubahan
gaya hidup manusia, termasuk dalam bidang pendidikan. Manusia membutuhkan
pendidikan dalam kehidupannya. Pengertian pendidikan menurut Undang-Undang
Sistem Pendidikan Nasional No. 20 tahun 2003 adalah usaha sadar dan terencana
untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik
secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual,
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlaq mulia serta
keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara. Melalui
pendidikan, manusia diharapkan mengetahui kelebihan dan potensi yang dimiliki
sehingga dapat meningkatkan kualitas hidupnya.
Sejarah
merupakan salah satu mata pelajaran yang diajarkan disekolah. Sejarah
mempelajari tentang peristiwa yang terjadi pada masa lampau. Sejarah mempunyai
arti yang sangat strategis dalam pembentukan watak dan peradaban bangsa yang
bermartabat serta dalam pembentukan manusia Indonesia yang mempunyai rasa
kebanggaan dan cinta Tanah Air. “Sejarah adalah dasar bagi terbinanya identitas
nasional yang merupakan salah satu modal utama dalam kita membangun bangsa kita masa kini maupun dimasa yang
akan datang” (Widya, 1989: 7). Salah satu kutipan yang paling terkenal mengenai
sejarah dan pentingnya kita belajar mengenai sejarah ditulis oleh seorang
filsuf dari Spanyol, George Santayana, yaitu: "Mereka yang tidak mengenal
masa lalunya, dikutuk untuk mengulanginya". Atas dasar nilai guna yang
dimilikinya, maka sejarah perlu diberikan kepada seluruh siswa di sekolah (dari
SD sampai SMA) dalam bentuk mata pelajaran.
Pentingnya
sejarah untuk diajarkan kepada siswa berbanding terbalik dengan keinginan
sebagian besar siswa untuk mempelajarinya. Ketertarikan siswa terhadap
pelajaran sejarah rendah, bahkan sejarah dianggap sebagai salah satu mata
pelajaran yang tidak menarik dan hanya dianggap sebagai pengantar tidur. Tidak
jarang ada murid yang tidur, bermain sendiri, bercakap-cakap dengan temannya
bahkan ada juga yang mengerjakan tugas dari pelajaran lain ketika jam pelajaran
sejarah dimulai. “Pelajaran sejarah dirasakan murid hanyalah mengulangi hal-hal
yang sama dari tingkat SD sampai perguruan tinggi. Model serta teknik
pengajarannya juga dari itu ke itu saja” (Widya, 1989: 1).
Menurut Piaget dalam
Uno Hamzah dan Umar Masri (2007) yang dikutip oleh Uno (2011): Selama ini guru
telah banyak melakukan inovasi dalam perencanaan pembelajaran untuk membantu
guru dan siswa dalam mengkreasi, menata dan mengorganisasi pembelajaran
sehingga diharapkan pembelajaran sejarah dapat dilaksanakan secara optimal.
Namun, bagaimana merencanakan metode dan model pembelajaran yang dapat membangkitkan
motivasi siswa itu sendiri masih sangat jarang dilaksanakan. Dalam hal ini,
praktik-praktik pembelajaran cenderung masih mengabaikan gagasan, konsep dan
kemampuan berpikir siswa. Aktivitas guru lebih menonjol daripada siswa dan
terbatas pada hafalan semata.
Pembelajaran masih
bersifat ekspositoris, sehingga belum mampu membangkitkan budaya belajar
“Learning how to learn” pada diri siswa. Hal ini disebabkan masih dianut asumsi
bahwa siswa dalam keadaan “pikiran kosong” (Blank mind) atau tabularasa.
Sejalan dengan theory Absorption oleh Thorndike dan Skinner, yakni “peserta
didik dianggap sebagai kertas putih atau gelas kosong”. Di samping hal
tersebut, guru kurang memahami
karakterisik peserta didik. Padahal, sejak lahir peserta didik sudah mengalami
tahap-tahap perkembangan kognitif. “Model pembelajaran yang bersifat satu arah
di mana guru menjadi sumber pengetahuan utama dalam kegiatan pembelajaran
menjadi sangat sulit untuk dirubah”. Selanjutnya “Pembelajaran sejarah saat ini
mengakibatkan peran siswa sebagai pelaku sejarah pada zamannya menjadi
terabaikan. Pengalaman-pengalaman yang telah dimiliki oleh siswa sebelumnya
atau lingkungan sosialnya tidak dijadikan bahan pelajaran di kelas, sehingga
menempatkan siswa sebagai peserta pembelajaran sejarah yang pasif” (Martanto
dkk. 2009:10).
MTS Cerdas Murni adalah
sekolah mempunyai sebuah misi untuk mengembangkan model-model pembelajaran
inovatif demi terciptanya proses belajar mengajar yang optimal. Berdasarkan
latar belakang tersebut, peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian mengenai
“Implementasi Model-Model Pembelajaran Inovatif pada Mata Pelajaran Sejarah di Cerdas Murni.
1.2 Rumusan
Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, permasalahan yang
dikaji dalam penelitian ini adalah:
1.
Bagaimanakah
implementasi model-model pembelajaran inovatif dalam pembelajaran sejarah di MTS Cerdas Murni?
2.
Apa
sajakah kendala yang ditemui guru dalam pembelajaran sejarah dengan menggunakan
model-model pembelajaran inovatif?
3.
Bagaimanakah
motivasi belajar siswa dengan menggunakan model-model inovatif dalam
pembelajaran sejarah?
1.3 Tujuan Penelitian
Sesuai
dengan permasalahan yang dihadapi, tujuan dari penelitian yang dilaksanakan ini
adalah:
1.
Untuk
mengetahui implementasi model-model pembelajaran inovatif dalam pembelajaran
sejarah di MTS
Cerdas Murni.
2.
Untuk
mengetahui kendala-kendala yang ditemui guru dalam pembelajaran sejarah dengan
menggunakan model-model pembelajaran inovatif.
3.
Untuk
mengetahui motivasi belajar siswa dengan menggunakan model-model inovatif dalam
pembelajaran sejarah.
1.4 Manfaat
Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan mempunyai manfaat
bagi berbagai pihak, diantaranya adalah sebagai berikut:
1.
Manfaat
Teoretis
a.
Dapat
memberikan masukan dalam pengembangan ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan
implementasi model pembelajaran inovatif.
b.
Sebagai
bahan referensi untuk mengkaji permasalahan yang sama dengan obyek yang lebih
luas.
c.
Dapat
dijadikan sumber informasi bagi semua pihak yang ingin mengetahui implementasi
model-model pembelajaran inovatif yang dapat menumbuhkan motivasi belajar
sejarah siswa di MTS
Cerdas Murni.
2.
Manfaat
Praktis
a.
Bagi
Sekolah
Dapat digunakan sebagai masukan bagi pihak sekolah
mengenai implementasi model-model pembelajaran inovatif serta bagaimana
motivasi belajar siswa dengan menggunakan model-model pembelajaran inovatif
tersebut.
b.
Bagi
Guru
Dapat memberikan informasi mengenai bagaimana
motivasi belajar siswa dengan menggunakan model-model pembelajaran inovatif
serta memberikan masukan berkenaan dengan kendala yang dialami ketika melakukan
pembelajaran dengan menggunakan model-model pembelajaran inovatif.
c.
Bagi
Siswa
Dapat memberikan informasi tentang model-model
pembelajaran inovatif dalam pembelajaran sejarah sehingga dapat menumbuhkan
motivasi mereka dalam belajar.
d.
Bagi
peneliti
ü
Memperoleh
pengalaman dan pengetahuan yang tidak diperoleh di bangku kuliah.
ü
Sebagai
pengetahuan dan acuan tentang model-model pembelajaran inovatifdalam
pembelajaran inovatif di sekolah.
BAB II
KAJIAN TEORI
2.1 Model-Model
Pembelajaran Inovatif
Menurut
Winataputra (2001) dalam Sugiyanto (2010: 3), model pembelajaran adalah
kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam
mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu,
dan berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para
pengajar dalam merencanakan dan melaksanakan aktivitas pembelajaran. Sedangkan
inovatif adalah sesuatu yang baru dan berbeda dengan pelaksanaan pada umumnya.
Jadi, model pembelajaran inovatif
adalah kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam
mengorganisasikan pengalaman belajar dengan metode pembelajaran yang baru dan
berbeda dengan pembelajaran pada umumnya (model konvensional) untuk mencapai
tujuan belajar tertentu.
Ada banyak model atau
strategi pembelajaran yang dikembangkan oleh para ahli dalam usaha
mengoptimalkan motivasi serta hasil belajar siswa. Diantaranya adalah model
pembelajaran Kontekstual, model pembelajaran Kooperatif, model pembelajaran
Quantum, model pembelajaran Terpadu, Pembelajaran Berbasis Masalah (PBL)
(Sugiyanto, 2010: 3).
2.1.1
Model
Pembelajaran Kontekstual (CTL)
Menurut
Sugiyanto (2010: 5) CTL adalah konsep pembelajaran yang mendorong guru untuk
menghubungkan antara materi yang diajarkan dan situasi dunia nyata siswa. CTL
adalah konstruktivisme yaitu filosofi belajar yang menekankan bahwa belajar
yang menekankan bahwa belajar tidak hanya sekedar menghafal. Siswa harus
mengkonstruksikan pengetahuan di benak mereka sendiri. Menurut Sardiman (2011:
223), motto dalam pembelajaran kontekstual yaitu students learn best by
actively constructing their own understanding. Maksudnya, cara belajar terbaik
adalah siswa mengkonstruksikan sendiri secara aktif pemahamannya.
Pembelajaran
berbasis CTL menurut (Sanjaya, 2004) melibatkan tujuh komponen utama
pembelajaran, yaitu: konstruktivisme (Construktivism), menemukan (Inquiry),
bertanya (Questioning), masyarakat belajar (Learning Community), pemodelan
(Modelling), refleksi (Reflection), dan penilaian sebenarnya (Authentic
Assesment) (Sugiyanto, 2010: 17).
2.1.2 Model
Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang
secara sadar dan sengaja mengembangkan interaksi yang silih asuh untuk
menghindari ketersinggungan dan kesalahpahaman yang dapat menimbulkan
permusuhan, sebagai latihan hidup di masyarakat (Sugiyanto, 2010: 40). Selanjutnya
Lie (2004: 27) yang dikutip oleh Sugiyanto mengatakan bahwa,
“Pembelajaran kooperatif menciptakan
interaksi yang asah, asih dan asuh sehingga tercipta masyarakat belajar
(Learning Community). Siswa tidak hanya belajar dari guru, tetapi juga dari
sesama siswa. Pembelajaran kooperatif adalah suatu sistem yang didalamnya
terdapat elemen-elemen yang saling terkait. Elemen-elemen itu adalah (1) saling
ketergantungan positif (2) interaksi tatap muka (3) akuntabilitas individual
dan (4) keterampilan untuk menjalin hubungan antar pribadi atau keterampilan
sosial yang secara sengaja diajarkan”.
Jadi, model pembelajaran kooperatif
merupakan pendekatan pembelajaran yang berfokus pada penggunaan kelompok kecil
siswa untuk bekerja sama dalam memaksimalkan kondisi belajar untuk mencapai
tujuan belajar.
Pembelajaran kooperatif memberikan
kesempatan bagi siswa untuk mengembangkan kemampuannya dalam kegiatan
pembelajaran. Hal ini dikarenakan dalam pembelajaran kooperatif, siswa dituntut
untuk aktif dalam belajar melalui kegiatan kerjasama kelompok.
2.1.3 Model Pembelajaran Quantum
Menurut Sugiyanto (2010: 7) Quantum
learning mengonsep tentang “menata pentas: lingkungan belajar yang tepat.”
Penataan lingkungan ditujukan kepada upaya membangun dan mempertahankan sikap positif.
Sikap positif merupakan aset penting untuk belajar. Peserta didik quantum
dikondisikan ke dalam lingkungan belajar yang optimal baik secara fisik maupun
mental.
Penataan lingkungan belajar ini dibagi
dua yaitu: lingkungan mikro dan lingkungan makro. Lingkungan mikro ialah tempat
peserta didik melakukan proses belajar (bekerja dan berkreasi). Dalam
pengajaran umumnya di ruang-ruang pendidikan di Indonesia, lebih baik
memfokuskan perhatian kepada penataan lingkungan formal dan terstruktur
seperti: meja, kursi, tempat khusus, dan tempat belajar yang teratur. Target
penataannya ialah menciptakan suasana yang menimbulkan kenyamanan dan rasa
santai.
Lingkungan makro ialah “dunia yang
luas.” Peserta didik diminta untuk menciptakan ruang belajar di masyarakat.
Mereka diminta untuk memperluas lingkup pengaruh dan kekuatan pribadi,
berinteraksi sosial ke lingkungan masyarakat yang diminatinya.
Dengan demikian, quantum learning
berfokus pada hubungan dinamis dalam lingkungan kelas-interaksi yang mendirikan
landasan dan kerangka untuk belajar. Quantum learning merupakan penerapan cara belajar baru yang lebih melihat
kemampuan siswa berdasarkan kelebihan atau kecerdasan yang dimilikinya.
2.1.4 Model
Pembelajaran Terpadu
Pembelajaran
terpadu merupakan suatu pendekatan dalam pembelajaran yang secara sengaja
mengaitkan beberapa aspek baik dalam intra mata pelajaran maupun antar mata
pelajaran. pembelajaran terpadu merupakan pendekatan belajar mengajar yang
melibatkan beberapa bidang studi misalnya IPS terpadu.
Dalam
operasional pembelajaran, ada lima langkah bentuk perencanaan pembelajaran
terpadu, yaitu: (1) pemetaan kompetensi dasar (2) penentuan tema (3) penjabaran
KD kedalam indikator (4) pengembangan Silabi (5) penyusunan skenario
pembelajaran (Sugiyanto, 2010: 9).
Secara
umum prinsip pembelajaran terpadu dapat diklasifikasikan menjadi:
A.
Prinsip penggalian tema
Artinya tema-tema yang saling tumpang tindih dan ada keterkaitan menjadi target
utama dalam pembelajaran. Dalam penggalian tema tersebut hendaknya memperhatikan
beberapa persyaratan, yaitu:
1.
Tema hendaknya tidak
terlalu luas, namun dengan mudah dapat digunakan untuk memadukan banyak mata
pelajaran.
2.
Tema harus bermakna,
maksudnya ialah tema yang dipilih untuk dikaji harus memberikan bekal bagi
siswa untuk belajar selanjutnya.
3.
Tema harus disesuaikan
dengan tingkat perkembangan psikologis anak.
4.
Tema dikembangkan harus
mewadahi sebagian besar minat anak.
5.
Tema yang dipilih
hendaknya mempertimbangkan peristiwa-peristiwa otentik yang terjadi di dalam
rentang waktu belajar.
6.
Tema yang dipilih
hendaknya mempertimbangkan
kurikulum yang berlaku serta harapan masyarakat (asas relevansi).
7.
Tema yang dipilih
hendaknya juga mempertimbangkan ketersediaan sumber belajar (Sugiyanto, 2010:
128).
B.
Prinsip pengelolaan
pembelajaran Pengelolaan pembelajaran dapat optimal apabila guru mampu
menempatkan dirinya dalam keseluruhan proses. Artinya guru harus mampu
menempatkan diri sebagai fasilitator dan mediator dalam proses pembelajaran
(Sugiyanto, 2010: 129).
C.
Prinsip evaluasi
Evaluasi pada dasarnya menjadi fokus dalam setiap kegiatan. Untuk melaksanakan
evaluasi dalam pembelajaran terpadu, maka diperlukan beberapa langkah-langkah
positif antara lain:
1.
Memberi kesempatan
kepada siswa untuk melakukan evaluasi diri (self evaluational assesment)
disamping bentuk evaluasi lainnya.
2.
Guru perlu mengajak para siswa untuk mengevaluasi
perolehan belajar yang telah dicapai berdasarkan kriteria keberhasilan
pencapaian tujuan yang akan dicapai (Sugiyanto, 2010: 130).
D.
Prinsip reaksi Guru harus bereaksi terhadap aksi siswa
dalam semua peristiwa serta tidak mengarahkan aspek yang sempit melainkan ke
suatu kesatuan yang utuh dan bermakna (Sugiyanto, 2010: 130).
2.1.5 Pembelajaran Berbasis Masalah
Pembelajaran
berbasis masalah adalah pendekatan pembelajaran yang menggunakan masalah
autentik sebagai sumber belajar, sehingga peserta didik dilatih berpikir
tingkat tinggi dan mengembangkan kepribadian lewat masalah dalam kehidupan
sehari-hari. Menurut Dewey (dalam Ibrahim 2005: 19) belajar berdasarkan masalah
adalah imteraksi antara stimulus dan respons, merupakan hubungan antara dua
arah, yaitu belajar dan lingkungan (Uno, 2011: 112).
Menurut
Amir (2009: 12) PBM memiliki ciri-ciri seperti (Tan, 2003; Wee & Kek, 2002)
pembelajaran dimulai dengan pemberian ‘masalah’, biasanya ‘masalah’ memiliki
konteks dengan dunia nyata, pembelajar secara berkelompok aktif merumuskan
masalah dan mengientifikasi kesenjangan pengetahuan mereka, mempelajari dan dan
mencari sendiri materi yang terkait dengan ‘masalah’ dan melaporkan solusi dari
‘masalah’. Sementara pendidik lebih banyak memfasilitasi.
Ada
lima tahapan dalam pembelajaran model PBM yang utama, yaitu: (1) orientasi
tentang permasalahan (2) mengorganisasikan diri untuk meneliti (3) investigasi
mandiri dan kelompok (4) pengembangan ide dan mempresentasikanlaporan hasil
penyelidikan (5) menganalisis dan mengevaluasi proses mengatasi masalah
(Sugiyanto, 2010: 10).
Model pembelajaran berbasis masalah
yaitu guru memberikan sebuah masalah kepada siswa dan siswa diminta untuk
menyelesaikan masalah tersebut. Dengan hal ini siswa akan menemukan jawabannya
sendiri dan akan membuat sesuatu yang mereka temukan lebih melekat dalam
ingatan mereka.
Pembelajaran inovatif dilakukan
untuk mengoptimalkan pencapaian semua hasil belajar dan mengakomodasi
sebanyak-banyaknya perbedaan siswa. Dengan demikian, implementasi pembelajaran
inovatif selalu multimetode, multimedia, berpusat pada siswa, dilakukan secara
alami, dan memberikan peluang siswa mengalami sendiri.
Kriteria Model inovatif:
a.
Menyenangkan
b.
Berbeda dengan metode konvensional
c.
Berpusat pada siswa
d.
Hubungan antara guru dan siswa menjadi hubungan yang
saling belajar dan saling membangun.
e.
Keadaan kelas aktif artinya siswa aktif bertanya,
mempertanyakan, dan juga mengemukakan gagasannya (pembelajaran aktif)
2.2 Pembelajaran
Sejarah Di MTS
Pembelajaran
pada hakekatnya merupakan proses interaksi antara peserta didik dengan
lingkunganya, sehingga terjadi perubahan perilaku kearah yang lebih baik.
Menurut Brings yang dikutip oleh Sugandi (2004: 10), secara umum pengertian
pembelajaran adalah seperangkat peristiwa yang mempengaruhi si pelajar
sedemikian rupa sehingga si pelajar tersebut memperoleh kemudahan dalam
berinteraksi dengan lingkungannya. Senada dengan pengertian pembelajaran
tersebut (Darsono, 2000: 24) menegaskan bahwa pembelajaran adalah suatu
kegiatan yang dilakukan oleh guru sedemikian rupa, sehingga tingkah laku siswa
berubah kearah yang lebih baik. Pembelajaran dilakukan secara sadar dan
sengaja.
Jadi, dari berbagai
pengertian para ahli dapat disimpulkan bahwa pembelajaran adalah seperangkat
peristiwa sebagai wahana bagi guru memberikan materi pelajaran dengan
sedemikian rupa sehingga siswa lebih mudah mengorganisasikannya menjadi pola
yang bermakna serta memperoleh kemudahan dalam berinteraksi dengan
lingkungannya.
Menurut Darsono (2000: 25)
ciri-ciri pembelajaran adalah (1) pembelajaran dilakukan secara sadar dan
direncanakan secara sistematis, (2) pembelajaran dapat menumbuhkan perhatian
dan motivasi siswa dalam belajar, (3) pembelajaran dapat menyediakan bahan
belajar yang menarik dan menantang bagi siswa, (4) pembelajajaran dapat
menggunakan alat bantu belajar yang tepat dan menyenangkan bagi siswa, serta
(5) pembelajaran dapat membuat siswa siap menerima pelajaran, baik secara fisik
maupun psikologis.
Istilah sejarah menurut para
ahli berasal dari bahasa arab syajarah yang artinya pohon atau silsilah.
Sejarah mempelajari tentang peristiwa yang terjadi pada masa lampau
(Hariyono, 1995: 51).
Jadi, pembelajaran sejarah
adalah seperangkat peristiwa sebagai wahana bagi guru memberikan materi
pelajaran mengenai masa lampau dengan sedemikian rupa sehingga siswa lebih
mudah mengorganisasikannya menjadi pola yang bermakna serta memperoleh
kemudahan dalam berinteraksi dengan lingkungannya sehingga tingkah laku siswa
dapat berubah menjadi lebih baik.
Kebehasilan belajar siswa
dipengaruhi oleh beberapa faktor. Faktor yang terpenting adalah guru, siswa,
serta sarana dan prasarana. Di antara faktor-faktor tersebut, guru merupakan
faktor yang secara langsung bertanggungjawab atas keberhasilan proses
pembelajaran yang dikembangkan, khususnya di kelas. Peran guru dalam membimbing
dan memotivasi siswa guna mencapai tujuan belajarnya merupakan hal utama yang
harus diperhatikan. Guru Sejarah dapat mengembangkan metode dan model
pembelajaran sejarah sehingga proses dan efektivitas pencapaian tujuan pembelajarannya
dapat berjalan dengan baik.
2.3 Motivasi
Belajar
Motivasi dan belajar
merupakan dua hal yang saling mempengaruhi Belajar adalah perubahan tingkah
laku secara relatif permanen dan secara potensial terjadi sebagai hasil dari
praktik atau penguatan (reinforced practice) yang dilandasi
tujuan untuk mencapai tujuan tertentu. Menurut Hamalik (2011) motivasi adalah
perubahan energi dalam diri (pribadi) seseorang yang ditandai dengan timbulnya
perasaan dan reaksi untuk mencapai tujuan. Sedangkan menurut Mc. Donald
(Sardiman, 2011: 73), motivasi adalah perubahan energy dalam diri seseorang
yang ditandai dengan munculnya feeling dan didahului dengan tanggapan
terhadap adanya tujuan.
Jadi, motivasi belajar
adalah perubahan energi serta tingkah laku dalam diri (pribadi) seseorang yang
ditandai dengan timbulnya perasaan (feeling) dan reaksi untuk mencapai
tujuan tertentu.
Motivasi ditandai dengan
timbulnya perasaan affective arousal. Mula-mula merupakan ketegangan
psikologis, lalu merupakan suasana emosi. Suasana emosi ini menimbulkan
kelakuan yang bermotif. Perubahan ini mungkin bisa dan mungkin juga tidak, kita
hanya dapat melihatnya dalam perbuatan. Seorang terlibat dalam suatu diskusi,
karena dia merasa tertarik pada masalah yang akan dibicarakan maka suaranya
akan timbul dan katakatanya dengan lancar dan cepat akan keluar. Motivasi juga
ditandai dengan reaksi-reaksi untuk mencapai tujuan. Pribadi yang bermotivasi
mengadakan respon-respon yang tertuju kearah suatu tujuan. Respon-respon itu
berfungsi mengurangi ketegangan yang disebabkan oleh perubahan energi dalam
dirinya. Setiap respon merupakan suatu langkah kearah mencapai tujuan (Hamalik,
2011: 158-159).
Motivasi belajar
dapat timbul karena faktor intrinsik berupa hasrat dan keinginan berhasil dan
dorongan kebutuhan belajar, harapan akan cita-cita. Sedangkan faktor
ekstrinsiknya adalah adanya penghargaan, lingkungan belajar yang kondusif, dan
keinginan belajar yang menarik. Tetapi harus diingat bahwa kedua faktor
tersebut disebabkan oleh rangsangan tertentu, sehingga seseorang berkeinginan
untuk melakukan aktivitas belajar yang lebih giat dan semangat.
Hakikat motivasi
belajar adalah dorongan internal dan eksternal pada siswa-siswa yang sedang
belajar untuk mengadakan perubahan tingkah laku pada umumnya dengan beberapa
indikator atau unsur yang mendukung. Hal itu mempunyai peranan besar dalam
keberhasilan seseorang dalam belajar. Indikator motivasi belajar dapat
diklasifikasikan sebagai berikut: (1) adanya hasrat dan keinginan berhasil, (2)
adanya dorongan dan kebutuhan dalam belajar (3) adanya harapan dan cita-cita
masa depan (4) adanya penghargaan dalam belajar (5) adanya kegiatan yang
menarik dalam belajar (6) adanya lingkungan belajar yang kondusif, sehingga
memungkinkan seorang siswa dapat belajar dengan baik (Uno, 2011: 23).
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di MTS
Cerdas Murni yang beralamat di Jalan Beringin Pasar 7 No.33, Tembung, Percut Sei Tuan,
Hutan, Percut Sei Tuan, Kabupaten Deli Serdang, Sumatera Utara 20371. MTS Cerdas Murni adalah salah satu sekolah yang
mengembangkan model-model pembelajaran inovatif agar pembelajaran menyenangkan
untuk siswa dan guru. Selain itu penggunaan model ini juga bertujuan untuk
meningkatkan mutu pendidikan. Ini adalah salah satu cara agar mutu pendidikan
di MTS Cerdas Murni sesuai dengan standar ISO (international standard
organization). MTS Cerdas Murni berusaha mendapatkan sertifikat ISO sejak
tahun 2009 dan baru mendapatkan sertifikat ini pada awal tahun 2017. “ISO yaitu
sekumpulan standar sistem kualitas universal yang memberikan kerangka yang sama
bagi jaminan kualitas yang dapat dipergunakan diseluruh dunia” (Tjiptono dan
Diana, 2002).
Manfaat yang didapatkan oleh suatu
organisasi/institusi (termasuk lembaga pendidikan) yang telah memperoleh sertifikasi
ISO 9001: 2008 adalah kualitasnya diakui oleh dunia internasional dan
diperolehnya suatu akses yang lebih besar untuk memasuki pasar luar negeri
dalam hal membuka cabang institusi dan “pengeksporan” tenaga jasa pendidikan
diluar negeri terutama Negara yang mensyaratkan dipenuhinya ISO 9001: 2008
serta memiliki kesesuaian (compatibility) dengan pemasok dari luar negeri.
Manfaat tambahan lainnya yaitu proses yang dilakukan oleh organisasi untuk
mencapai sertifikasi cenderung meningkatkan kualitas dan keragaman pekerjaan
yang secara bersamaan juga meningkatkan produktivitas yang pada gilirannya
dapat meningkatkan pula daya saing organisasi.
3.2 Desain Penelitian
Metode penelitian yang
digunakan untuk mengkaji tentang implementasi model-model pembelajaran inovatif
di MTS Cerdas Murni adalah metode kualitatif. Menurut Moleong (2010: 6)
penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena
tentang apa yang dialami oleh subyek penelitian, misalnya perilaku, persepsi,
motivasi, tindakan dan lain-lain, secara holistik, dan dengan cara deskripsi
dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan
dengan memanfaatkan metode alamiah.
Metode penelitian kualitatif
adalah metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat postpositivisme,
digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek yang alamiah, (sebagai lawannya
adalah eksperimen) dimana peneliti sebagai instrumen kunci, pengambilan sampel
sumber data dilakukan secara purposive dan Snowball, teknik
pengumpulan dengan triangulasi (gabungan), analisis data bersifat
induktif/kualitatif, dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna
daripada generalisasi (Sugiyono, 2010: 15).
3.3 Sumber Data Penelitian
Menurut Lofland dan Lofland
(1984: 47) sumber data utama dalam penelitian kualitatif adalah kata-kata dan
tindakan, selebihnya merupakan data tambahan seperti dokumen dan lain-lain
(Moleong, 2010: 157). Dengan demikian, sumber data penelitian yang bersifat
kualitatif ini adalah sebagai berikut:
1. Informan
Informan pada penelitian ini
adalah guru sejarah dan siswa di MTS
Cerdas Murni dengan pertimbangan bahwa informan tersebut dianggap berhubungan
langsung dengan masalah yang sedang diteliti sehingga akan memudahkan peneliti
untuk memperoleh informasi.
Beberapa informan yang
berhasil diwawancarai adalah Ibu Sri, yang mengampu mata pelajaran sejarah
kelas IX. Ibu Sri berhasil diwawancarai 20 Novermber 2018.
Peneliti juga mewawancarai
siswa di MTS Cerdas Murni. Siswa yang berhasil diwawancarai adalah Muhammad
Imran, siswa kelas IX-2.
Arief berhasil diwawancarai
tanggal 20 Novermber 2018 dan Siswa kedua yang berhasil diwawancarai pada
tanggal 20 Novermber 2018 adalah Khairotin NiSA siswa kelas IX-3.
2. Aktivitas Pembelajaran
Aktivitas pembelajaran
digunakan untuk mendapatkan informasi tentang implementasi model-model
pembelajaran inovatif dalam pembelajaran sejarah dan motivasi siswa. Aktivitas
pembelajaran dilihat dari aspek pelaksanaan atau proses pembelajaran dan
antusias siswa pada saat pembelajaran. Secara khusus aktivitas pembelajaran
yang diteliti adalah aktivitas pembelajaran dalam kelas, sesuai dengan jadwal
dan alokasi waktu yang ditetapkan oleh sekolah.
3. Dokumen
Dokumen menjadi sumber data
untuk mengetahui proses pembelajaran yang dilakukan guru dan siswa. Dokumen yang
digunakan meliputi perangkat pembelajaran guru seperti silabus dan rencana
pelaksanaan pembelajaran (RPP). Selain itu, dokumen seperti daftar nilai dan
hasil evaluasi siswa juga dapat dijadikan sumber data penelitian
3.4
Teknik Pengumpulan Data
Karakteristik utama dalam
penelitian kualitatif adalah sumber daya yang diperoleh dari lapangan (natural
setting) sudah tentu data yang diperoleh dari lapangan harus lengkap,
sehingga peneliti dalam waktu yang cukup lama berada dilapangan guna memperoleh
gambaran proses yang komprehensif dan menyeluruh. Dengan kata lain peneliti
berusaha melakukan pengamatan tentang proses belajar mengajar sejarah yang dilakukan
oleh guru dan siswa yang berkompeten untuk menjawab semua pernyataan yang
diajukan peneliti.
Untuk mengumpulkan data yang
diperlukan dalam penelitian ini, penulis menggunakan beberapa metode yaitu :
1. Wawancara Mendalam (in depth interview)
Wawancara menurut Esterberg
(2002) dalam Sugiyono (2010: 317) merupakan pertemuan dua orang untuk bertukar
informasi dan ide melalui tanya jawab, sehingga dapat dikontruksikan makna
dalam suatu topik tertentu. Wawancara menurut Hadi (2004: 217) adalah suatu
proses tanya jawab lisan dalam mana dua orang atau lebih berhadap-hadapan secara
fisik, yang satu dapat melihat muka yang lain dan mendengarkan suaranya dengan
telinga. Wawancara merupakan alat pengumpul informasi langsung untuk berbagai jenis
data sosial, baik yang terpendam (latent) maupun yang memanifes
.
BAB IV
HASIL PEMBAHASAN
4.1 Gambaran Umum MTS Cerdas Murni
4.1.1
Identitas
Sekolah
1. Nama
Sekolah :Perguruan
Islam SMP-MTs-SMA-SMK Cerdas Murni
2. Alamat :Jalan Beringin Pasar 7 No.33, Tembung,
Percut Sei Tuan, Hutan, Percut Sei Tuan, Kabupaten Deli Serdang, Sumatera Utara
20371
3. Kelurahan : Tembung
4. Kecamatan : Percut Sei
Tuan
5. Kabupaten : Deli Serdang
6. Kota :
Medan
7. Provinsi : Sumatera
Utara
8.
NPSN : 10258039
9.
Status : Swasta
10. Status
Kepemilikan : Yayasan
11. Status Akreditasi :
A
12. Tahun Akreditasi :
2012
13. SK Pendirian
Sekolah : 050/5288/BP/2006
14. Tanggal SK
Pendirian : 2005-05-09
15. SK Izin
Operasional : 421/6951/PDM/2011
16. Tanggal SK
Izin Operasional : 2011-06-08
17. Kebutuhan
Khusus Dilayani : Tidak ada
18. Nama Bank : BNI
19. Cabang
KCP/Unit : Medan
20. Rekening
Atas Nama : SMA SWASTA CERDAS MURNI
21. Luas Tanah
Milik : 7200
22. Status BOS : Bersedia Menerima
23. Waku
Penyelenggaraan : Pagi
24. Sertifikasi
ISO : Belum Bersertifikat
25. Sumber
Listrik : PLN
26. Daya Listrik
: 1500
4.1.2
Letak
Geografis
SMP-MTs-SMA-SMK
Cerdas Murni yang beralamat Jalan Beringin Pasar 7
No.33, Tembung, Percut Sei Tuan, Hutan, Percut Sei Tuan, Kabupaten Deli
Serdang, Sumatera Utara 20371
Dengan bagunan diatas tanah kurang lebih
7200 m2. Keadaan ini cukup baik, karena siswa mendapatkan ruang yang
cukup memadai untuk mereka belajar dan melakukan kegiatan-kegiatan sekolah yang
lain. Ketenangan lingkungan terjaga dengan baik karena pintu masuk sekolah
memilki dua arah, satu arah untuk pintu keluar dan satunya lagi untuk pintu
masuk sehingga siswa dan staf pendidik jalan masuk dan keluar teratur.
4.1.3
Sejarah
Singkat
Sesuai dengan fakta sejarah bangsa Indonesia secara umum dan
Masyarakat Sumatera Utara pada khususnya, selama 350 tahun dijajah oleh
kolonialis Belanda kemudian oleh Bangsa Jepang selama 3,5 tahun sehingga
berakhirnya perang Dunia II.
Akhirnya
puncak perjuangan bangsa Indonesia ditandai dengan dikumandangkannya Proklamasi
Kemerdekaan Republik Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945.
Sebagai bangsa yang dijajah sebelum, kondisi social, ekonomi
dan budaya serta kegamaan (kususnya masyarakat islam) sangat memprihatinkan
akibat dari sarana pendidikan yang sangat minim Karena politik penjajah yang
tetap menginginkan suburnya kebodohan.
Mengingat kurangya sarana pendidikan di Kabupaten Deli
Serdang umumnya dan dikecamatan Percut Sei Tuan khususnya dimana tidak dapat
menampung minat anak-anak usia sekolah, apalagi sekolah lanjutan umumnya berada
dikota medan yang tentu akan menambah beban biaya transport bagi orang tua
ditambah lagi kondisi ekonomi yang rendah yang sulit sekali bagi masyarakat dapat
melanjutkan pendidikan anak-anak kejenjang yang lebih tinggi.
Maka pada awal tahun 2005 didirikanlah sebuah lembaga
pendidikan Bapak H.Adlin dengan membebaskan tanah dimana diatasnya terdapat
bangunan rumah di jalan beringin pasar VII tembung dengan biaya yang cukup
besar, yang mulanya diperuntukkan untuk tingkat SMA pada pagi hari
dan Madrasah Diniyah pada sore hari. Pada tahun pelajaran 2006/2007
dibukalah tingkat SMA dengan nama SMA CERDAS MURNI berjumlah 106, Madrasah
Diniyah dengan nama Madrasah Diniyah CERDAS MURNI dengan jumlah siswa 118
orang.
Selanjutnya dikembangkan pada tahun kedua T.P : 2008/2009
dengan membuka Madrasah Tsawiyah (Mts) dengan jumlah siswa yang mendaftar
sebanyak : 89 orang (44 Lk 45 Pr).
Sejalan dengan perkembangannya, maka masyarakat menuntut dan
mengharap dibuka juga SMP, maka pada tanggal 18 Juli tahun pelajaran 2009 /
2010 ini dibuka tingkat SMP dengan jumlah murid sebanyak 71
Orang (36 Lk 35 Pr) pada TP. 2011/2012
dibuka juga tingkat SMK untuk jurusan Teknik Komputer Jaringan, dengan jumlah
siswa 64 Orang (35L/29P) dengan nomor izin operasional : 421/6251/PDM/2009
4.1.4
Visi
dan Misi Sekolah
a.
Visi
Menjadi Sekolah Unggul dalam akhlak dan prestasi.
b.
Misi
1.
Mendidik Siswa bertaqwa kepada Allah SWT.
2.
Mendidik Siswa Peduli Lingkungan.
3.
Mengembangkan Bakat dan Kreatifitas siswa.
4.
Mengembangkan Siswa yang peduli Sains dan Teknologi.
5.
Mendidik Siswa berprestasi akademik dan Ekstrakurikuler.
4.2 Model-Model Pembelajaran Inovatif dan Implementasinya di MTS Cerdas
Murni
MTS Cerdas Murni adalah
salah satu sekolah yang mengembangkan model-model pembelajaran inovatif agar
pembelajaran menyenangkan bagi siswa dan guru. Pembelajaran sendiri merupakan
aktualisasi kurikulum yang menuntut aktifitas, kreatifitas dan kearifan
pendidik dalam menciptakan dan menumbuhkan kegiatan peserta didik sesuai dengan
rencana yang diprogramkan secara efektif dan menyenangkan. Suasana pembelajaran
yang menyenangkan dapat tercipta salah satunya dengan menggunakan model
pembelajaran inovatif oleh guru. Hal ini sesuai dengan pernyataaan Elisabeth
(1993) yang dikutip oleh Uno (2011) bahwa “disinilah peran seorang guru, yaitu
menciptakan suasana belajar di kelas atau di sekolah sebagai suasana yang
menyenangkan”.
MTS Cerdas Murni mempunyai 2 guru sejarah yaitu:
1. Ibu Badrul Aini, M.Pd. yang mengajar
kelas VII dan VIII
2. Ibu Sri Ningsih, S.Pd. yang mengajar
kelas IX
Setiap guru
mempunyai strategi masing-masing dalam penguasaan kelas yang mereka pegang. Biasanya di awal semester, para guru sejarah ini
saling berdiskusi mengenai model pembelajaran
yang akan mereka gunakan di kelas.
Model pembelajaran inovatif yang dilaksanakan oleh masing-masing guru
sejarah di MTS Cerdas Murni diantaranya:
A.
Ibu Badrul Aini
Ibu Badrul Aini yang sering dipanggil ibu Badwul ini
selalu menggunakan model pembelajaran yang berbeda seiring dengan materi pelajaran
yang berbeda pula. Selain keterangan dari siswa, hal ini saya dapatkan sendiri
ketika masuk ke kelas yang diampu oleh Ibu Badrul pada tanggal 11/20/2018. Pada
hari itu, Ibu Badrul menggunakan model pembelajaran picture and picture dalam
materi ‘jejak-jejak manusia purba’.
Model Pembelajaran picture and picture mengandalkan
gambar sebagai media dalam proses pembelajaran. Model pembelajaran ini telah dimodifikasi
oleh Ibu Wiwik sehingga berbeda dengnan model pembelajaran picture and
picture pada umumnya.
Berdasarkan pengamatan (tanggal 11/20/2018)
pelaksanaan model pembelajaran picture and picture yaitu, siswa dibagi
kedalam beberapa kelompok. Setiap kelompok diberi tugas untuk mencari gambar
fosil dan artefak serta keterangan dari gambar tersebut. Setiap gambar yang
dihasilkan beserta keterangannya disusun dalam bentuk kartu yang dilaminating.
Kartukartu tersebut kemudian dikumpulkan kepada guru. Guru kemudian menjelaskan
aturan permainan, yaitu: siswa kelompok pertama diminta mengambil sebuah kartu
dalam tumpukkan kartu yang paling atas. Siswa tersebut kemudian harus
menjelaskan keterangan dari gambar yang ada pada kartu tersebut yang meliputi
nama fosil/ artefak, tahun ditemukannya, siapa penemunya, tempat ditemukannya
fosil/ artefak, serta ciri-cirinya. Jika siswa tidak dapat menjelaskan, siswa
diminta untuk meletakkan kartunya dan mengambil satu kartu lagi untuk
dijelaskan keterangannya. Jika siswa tidak bisa menjawab, siswa diminta
mengambil kartu kembali. Begitu seterusnya sampai kartunya habis. Jika semua
kartu sudah habis dan siswa belum bisa menjelaskan gambar yang ada, siswa
tersebut dinyatakan gugur dan digantikan dengan teman yang lain dalam kelompok
tersebut. Begitu seterusnya sampai semua anggota kelompok mendapat giliran
untuk menjawab. Jika satu kelompok sudah selesai, digantikan dengan kelomkpok yang
lain sesuai gilirannya.
Model picture and picture ini bertujuan agar
siswa mengetahui bentuk-bentuk artefak dan fosil serta mengetahui
jenis-jenisnya. Model ini berusaha menghadirkan benda nyata ke hadapan siswa
meski hanya melalui sebuah gambar. Hal ini agar siswa tidak hanya membayangkan
bentuk dari artefak dan juga fosil tetapi juga dapat melihatnya secara langsung
sehingga meningkatkan daya ingat dan pemahaman siswa.
B.
Ibu Sri Ningsih
Berbeda dengan ibu Badrul, ibu Sri lebih memilih
menggunakan model pembelajaran yang umum digunakan dalam pembelajaran yaitu
model diskusi dan presentasi dengan menggunakan powerpoint. Sebagaimana ungkapan
berikut ini,
“Saya
berfikir lebih efektif menggunakan model presentasi dengan menggunakan
powerpoint dan diskusi” (wawancara dengan Ibu Sri tanggal 11/20/2018).
Dari
kutipan diatas, terlihat bahwa meskipun model pembelajaran ini sudah umum
dilaksanakan dan kurang terlihat adanya unsur inovasi di dalamnya, tetapi model
pembelajaran ini memiliki beberapa keunggulan yaitu siswa bisa menerima materi
pelajaran dengan tenang sehingga memudahkan guru dalam menyampaikan materi
pelajaran secara tuntas. Sebagaimana yang diungkapkan oleh Ibu Suparti berikut
ini,
“Ya dengan diskusi siswa bisa lebih tenang dan dapat
terkondisikan sehingga materi pelajaran dapat disampaikan secara tuntas. Dengan
model ini mereka juga dapat mengeluarkan pendapat mereka sehingga meningkatkan
daya kritis serta meningkatkan pemahaman mereka” (Hasil wawancara dengan ibu Sri
tanggal 11/20/2018).
Kutipan diatas menunjukkan bahwa Ibu Sri lebih senang menggunakan
model pembelajaran seperti diskusi karena dapat meningkatkan daya kritis
siswanya serta dapat meningkatkan pemahaman mereka mengenai materi pelajaran
yang disampaikan. Selain itu, model pembelajaran ini dipilih karena ketika Ibu
Sri menggunakan model pembelajaran inovatif, siswanya justru ramai dan
mengganggu kelas di sebelahnya. Siswa menjadi kurang terkondisi dan justru
bermain-main dikelas dengan dalih mengikuti aturan model pembelajaran yang
digunakan. hal ini membuat guru sejarah berpikir ulang untuk menggunakan model
pembelajaran yang baru.
4.3
Kendala
dalam Penerapan Model Pembelajaran Inovatif
Penerapan model
pembelajaran inovatif juga menghadapi berbagai macam kendala baik itu berasal dari guru maupun dari siswa itu sendiri. Tugas
guru yang semakin berat dan tuntutan untuk menjadi
guru yang professional serta kewajiban untuk
mengajar 24 jam seminggu sebagai syarat sertifikasi menambah beban berat yang wajib dipikul seorang guru. Persiapan
media dan perangkat lain yang memakan waktu
membuat guru khusunya Ibu Suparti lebih memilih model
pembelajaran yang umum serta efektif untuk digunakan yaitu diskusi dimana siswa
dibagi kedalam beberapa kelompok dan setiap kelompok bergilliran menyampaikan
materi dengan cara presentasi menggunakan powerpoint.
Sebagaimana yang
diungkapkan berikut ini,
“Jika
menggunakan model inovatif itu butuh persiapan yang sungguh-sungguh sehingga
banyak memakan waktu mbak. Tugas guru kan tidak hanya mengajar mbak tapi juga
membuat soal ulangan, mengoreksi soal ulangan, mengoreksi soal ujian, seminar,
memberikan nilai tidak hanya dari aspek kognitif tetapi juga aspek afektif dan
aspek psikomotorik. Belum lagi jika ada siswa yang remidi pekerjaan guru juga
semakin bertambah mbak. Apalagi untuk sertifikasi seorang guru harus mengajar 24
jam dalam seminggu, ini menambah berat tugas seorang guru” (wawancara dengan
Ibu Sri tanggal 20/11/2018).
“Dulu ketika
awal-awal mengajar, saya juga menggunakan model pembelajaran yang berbeda
seperti talking stick, snowball throwing, jigsaw, make a match,
picture and picture, number head together, word square, dan
lain-lain. Tetapi sekarang yang masih saya gunakan itu model debat yang lebih
efisien dan siswa lebih terkondisi. Dari model ini juga dapat dilihat mana siswa yang aktif dan mana siswa
yang kurang aktif, model ini juga cukup
efektif untuk mengukur kemampuan siswa dalam memahami
materi pelajaran mbak” (hasil wawancara dengan ibu Sri
tanggal 20/11/2018).
Dari keterangan di atas,
keterbatasan waktu dan tenaga membuat guru lebih memilih model pembelajaran
yang praktis serta efektif untuk digunakan, meskipun yang digunakan hanya satu
model untuk keseluruhan materi. Model pembelajaran yang itu-itu saja, cenderung
membuat siswa kurang termotivasi dalam belajar.
Memilih model pembelajaran
hendaknya juga memperhatikan kondisi kelas serta sifat materi ajar, tidak hanya
memilih model pembelajaran secara acak. Bagaimanapun model pembelajaran
berpengaruh terhadap motivasi siswa dimana motivasi tersebut sangat berpengaruh
terhadap siswa dalam mengikuti kegiatan pembelajaran.
BAB V
PENUTUP
5.1
Kesimpulan
1.
SMA Negeri 2
Ungaran telah mengimplementasikan model pembelajaran inovatif di kelas
khususnya untuk mata pelajaran sejarah meskipun pelaksanaannya masih terbatas.
Masih ada guru sejarah yang belum mengimplementasikan model pembelajaran
inovatif secara nyata. Beberapa guru sejarah masih menggunakan model
pembelajaran konvensional seperti ceramah dan diskusi dalam pembelajaran.
Guru sejarah kelas IX telah mengimplementasikan model
pembelajaran yang bervariasi serta inovatif, diantaranya model pembelajaran guide
note taking, crossword puzzle serta group invertigation. Guru
kelas IX bahkan senantiasa mengembangkan serta memodifikasi model pembelajaran
yang ada sehingga proses pembelajaran menjadi lebih menyenangkan dan membuat siswanya
lebih semangat serta termotivasi dalam belajar sejarah.
Model yang dikembangkan diantaranya model pembelajaran
picture and picture, snowball drilling dan Arisan. Guru menyadari
bahwa kebanyakan siswa tidak tertarik dengan mata pelajaran sejarah, sehingga
diperlukan kreativitas dalam penggunaan model pembelajaran yang inovatif untuk
menumbuhkan motivasi siswa dalam belajar sejarah. Hal ini sesuai dengan
pendapat Uno (2011: 311)
2.
Berdasarkan data
penelitian yang dihasilkan, kendala yang dialami oleh guru dalam menggunakan
model pembelajaran inovatif yaitu (a) kurangnya kreatifitas tenaga pendidik
dalam memilih model pembelajaran yang tepat; (b) terbatasnya waktu dan tenaga
untuk menyiapkan media yang dapat mendukung penggunaan model pembelajaran inovatif;
(c) keyakinan guru bahwa model ceramah paling efektif untuk membuat siswa
menguasai materi pelajaran; (d) padatnya materi sejarah dan terbatasnya jam
pelajaran membuat guru berpikir ulang untuk mencoba menggunakan model
pembelajaran yang baru; (e) peserta didik yang kurang memberikan respons
positif terhadap pembelajaran sejarah serta suliltnya untuk dikendalikan ketika
sedang menggunakan model inovatif; (f) guru cenderung menggunakan satu model dalam
membelajarkan keseluruhan materi, tanpa mempertimbangkan karakteristik dari
setiap topik materi yang disampaikan.
3.
Hasil penelitian
dan pengamatan, menunjukkan bahwa motivasi siswa dalam belajar sejarah sangat
dipengaruhi oleh model pembelajaran yang digunakan oleh guru. Motivasi siswa
ketika menggunakan model pembelajaran inovatif sangat baik, terbukti dengan
antusias ,semangat serta keaktifan mereka ketika mengikuti pelajaran sejarah.
Sedangkan untuk siswa yang tidak merasakan model pembelajaran inovatif dan
hanya mengikuti model pembelajaran yang sama di hampir seluruh topik pelajaran
cenderung kurang semangat dan jenuh dalam mengikuti pelajaran sejarah.
5.2 Saran
1.
Guru hendaknya
senantiasa mengembangkan model pembelajaran yang lebih inovatif lagi agar
motivasi siswa dalam belajar sejarah juga semakin meningkat.
2.
Guru dapat
memanfaatkan sarana dan prasarana yang disediakan sekolah untuk mendukung
penggunaan model pembelajaran inovatif agar proses pembelajaran dapat berjalan
secara lebih optimal
3.
Guru dapat
meminta bantuan siswa untuk menyiapkan media pembelajaran sederhana yang
diperlukan untuk mendukung penggunaan model pembelajaran inovatif sehingga
dapat meringankan tugas guru terkait penyediaan media pembelajaran.
4.
Ketakutan guru
untuk mencoba menggunakan model pembelajaran yang baru hendaknya dikurangi.
5.
Guru hendaknya
belajar mengasah kreatifitasnya, khususnya dalam memilih dan menggunakan model
pembelajaran yang tepat.
DAFTAR PUSTAKA
Darsono, Max, dkk. 2000. Belajar dan Pembelajaran.
Semarang IKIP Semarang.
Hamalik, Oemar. 2011. Proses Belajar Mengajar. Jakarta:
PT. Bumi Aksara.
Hariyono. 1995. Mempelajari Sejarah secara Efektif.
Jakarta: PT Dunia Pustaka Jaya.
Lie, Anita. 2010. Cooperative Learning. Jakarta:
PT Gramedia.
Martanto, SD, dkk. 2009. ‘Pembelajaran Sejarah
Berbasis Realitas Sosial Kontemporer Untuk Meningkatkan Minat Belajar Siswa’. PKM-GT.
Semarang. Tidak Dipublikasikan
Sardiman. 2011. Interaksi dan Motivasi Belajar
Mengajar. Jakarta: Rajawali Pers.
Sugiyanto. 2010. Model-Model Pembelajaran Inovatif.
Surakarta: Yuma Pustaka.
Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung:
Alfabeta.
Uno, Hamzah B. dan umar masri. 2007. Mengelola
kecerdasan dalam pembelajaran. Gorontalo: Nurul jannah.
_______________,________________. 2011. Belajar
dengan Pendekatan PAILKEM. Jakarta: Bumi Aksara..
Widya, I Gde. 1989. Dasar-dasar Pengembangan
Strategi serta Metode Pengajaran Sejarah. Jakarta: Departemen pendidikan
dan kebudayaan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar