Jumat, 11 Januari 2019

laporan mini riset inovasi pembelajaran



LAPORAN MINI RISET
PELAKSANAAN MODEL-MODEL PEMBELAJARAN INOVATIF PADA MATA PELAJARAN SEJARAH  IPS DI MTS CERDAS MURNI TEMBUNG
(Mini Riset ini Disusun Untuk Memenuhi Tugas  Mata Kuliah Inovasi Pembelajaran IPS)
Dosen Pengampu:  Eka Yusnaldi, M.Pd
Disusun Oleh:
Kelompok 7:
Imam Khatami                          (0309163066)
Indriani Safitri                           (0309162045)
                        Siti Aminah                                (0309162046)


djhdcsolk.jpg
 






PEDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUMATERA UTARA
MEDAN
T.A 2018-2019
KATA PENGANTAR
Segala puji hanya milik Allah SWT. Shalawat dan salam selalu tercurahkan kepada Rasulullah SAW. Berkat limpahan dan rahmat-Nya penyusun mampu menyelesaikan tugas makalah ini guna memenuhi tugas mata kuliah Agama Islam.
Agama sebagai sistem kepercayaan dalam kehidupan umat manusia dapat dikaji melalui berbagai sudut pandang. Islam sebagai agama yang telah berkembang selama empat belas abad lebih menyimpan banyak masalah yang perlu diteliti, baik itu menyangkut ajaran dan pemikiran keagamaan maupun realitas sosial, politik, ekonomi dan budaya.
Dalam penyusunan tugas atau materi ini, tidak sedikit hambatan yang penulis hadapi. Namun penulis menyadari bahwa kelancaran dalam penyusunan materi ini tidak lain berkat bantuan, dorongan, dan bimbingan orang tua, sehingga kendala-kendala yang penulis hadapi teratasi.
Tugas ini telah kami susun dengan maksimal. Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar saya dapat memperbaiki tugas ini.
Harapan kami agar tugas ini dapat bermanfaat untuk para mahasiswa khususnya Mahasiswa pendidikan Ips. Segala kritik dan saran yang membangun sangat kami apresiasi guna meningkatkan ilmu pengetahuan dalam menyelesaikan tugas lainnya. Atas perhatiannya kami ucapkan terima kasih.

Wassalam, 19 November 2018
Penulis

KELOMPOK 2


DAFTAR ISI
HALAMAN DEPAN.......................................................................................................... 1
KATA PENGANTAR........................................................................................................ 2
DAFTAR ISI........................................................................................................................ 3
BAB I PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang Masalah...........................................................................................................................                 4
1.2   Rumusan Masalah...............................................................................................             5
1.3  Tujuan Penelitian.................................................................................................             6
1.4  Manfaat Penelitian...............................................................................................             6
BAB II KAJIAN TEORI
2.2  Model-Model Pembelajaran Inovatif...................................................................             8
2.2 Pembelajaran Sejarah di MTS .............................................................................             12
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Lokasi Penelitian..................................................................................................             15
3.2 Desain Penelitian.................................................................................................             16
3.3  Sumber Data Penelitian......................................................................................             16
3.4 Teknik Pengumpulan Data............................................................................................... 17
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Gambaran Umum MTS Cerdas Murni.................................................................             18
4.1      Model-Model Pembelajaran Inovatif dan Implementasinya di MTS Cerdas Murni      20
4.2      Kendala dalam Penerapan Model Pembelajaran Inovatif..................................             22
BAB V PENUTUP
5.1  Kesimpulan.......................................................................................................... ........... 24
5.2  Saran................................................................................................................................ 25
DAFTAR PUSTAKA


BAB I
PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
Zaman terus berkembang pesat, berbagai kemajuan dan kemutakhiran teknologi turut mengikuti setiap laju perkembangan zaman dan semua itu berdampak pada perubahan gaya hidup manusia, termasuk dalam bidang pendidikan. Manusia membutuhkan pendidikan dalam kehidupannya. Pengertian pendidikan menurut Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 tahun 2003 adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual, keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlaq mulia serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara. Melalui pendidikan, manusia diharapkan mengetahui kelebihan dan potensi yang dimiliki sehingga dapat meningkatkan kualitas hidupnya.
Sejarah merupakan salah satu mata pelajaran yang diajarkan disekolah. Sejarah mempelajari tentang peristiwa yang terjadi pada masa lampau. Sejarah mempunyai arti yang sangat strategis dalam pembentukan watak dan peradaban bangsa yang bermartabat serta dalam pembentukan manusia Indonesia yang mempunyai rasa kebanggaan dan cinta Tanah Air. “Sejarah adalah dasar bagi terbinanya identitas nasional yang merupakan salah satu modal utama dalam kita membangun bangsa kita masa kini maupun dimasa yang akan datang” (Widya, 1989: 7). Salah satu kutipan yang paling terkenal mengenai sejarah dan pentingnya kita belajar mengenai sejarah ditulis oleh seorang filsuf dari Spanyol, George Santayana, yaitu: "Mereka yang tidak mengenal masa lalunya, dikutuk untuk mengulanginya". Atas dasar nilai guna yang dimilikinya, maka sejarah perlu diberikan kepada seluruh siswa di sekolah (dari SD sampai SMA) dalam bentuk mata pelajaran.
Pentingnya sejarah untuk diajarkan kepada siswa berbanding terbalik dengan keinginan sebagian besar siswa untuk mempelajarinya. Ketertarikan siswa terhadap pelajaran sejarah rendah, bahkan sejarah dianggap sebagai salah satu mata pelajaran yang tidak menarik dan hanya dianggap sebagai pengantar tidur. Tidak jarang ada murid yang tidur, bermain sendiri, bercakap-cakap dengan temannya bahkan ada juga yang mengerjakan tugas dari pelajaran lain ketika jam pelajaran sejarah dimulai. “Pelajaran sejarah dirasakan murid hanyalah mengulangi hal-hal yang sama dari tingkat SD sampai perguruan tinggi. Model serta teknik pengajarannya juga dari itu ke itu saja” (Widya, 1989: 1).
Menurut Piaget dalam Uno Hamzah dan Umar Masri (2007) yang dikutip oleh Uno (2011): Selama ini guru telah banyak melakukan inovasi dalam perencanaan pembelajaran untuk membantu guru dan siswa dalam mengkreasi, menata dan mengorganisasi pembelajaran sehingga diharapkan pembelajaran sejarah dapat dilaksanakan secara optimal. Namun, bagaimana merencanakan metode dan model pembelajaran yang dapat membangkitkan motivasi siswa itu sendiri masih sangat jarang dilaksanakan. Dalam hal ini, praktik-praktik pembelajaran cenderung masih mengabaikan gagasan, konsep dan kemampuan berpikir siswa. Aktivitas guru lebih menonjol daripada siswa dan terbatas pada hafalan semata.
Pembelajaran masih bersifat ekspositoris, sehingga belum mampu membangkitkan budaya belajar “Learning how to learn” pada diri siswa. Hal ini disebabkan masih dianut asumsi bahwa siswa dalam keadaan “pikiran kosong” (Blank mind) atau tabularasa. Sejalan dengan theory Absorption oleh Thorndike dan Skinner, yakni “peserta didik dianggap sebagai kertas putih atau gelas kosong”. Di samping hal tersebut, guru kurang memahami karakterisik peserta didik. Padahal, sejak lahir peserta didik sudah mengalami tahap-tahap perkembangan kognitif. “Model pembelajaran yang bersifat satu arah di mana guru menjadi sumber pengetahuan utama dalam kegiatan pembelajaran menjadi sangat sulit untuk dirubah”. Selanjutnya “Pembelajaran sejarah saat ini mengakibatkan peran siswa sebagai pelaku sejarah pada zamannya menjadi terabaikan. Pengalaman-pengalaman yang telah dimiliki oleh siswa sebelumnya atau lingkungan sosialnya tidak dijadikan bahan pelajaran di kelas, sehingga menempatkan siswa sebagai peserta pembelajaran sejarah yang pasif” (Martanto dkk. 2009:10).
MTS Cerdas Murni adalah sekolah mempunyai sebuah misi untuk mengembangkan model-model pembelajaran inovatif demi terciptanya proses belajar mengajar yang optimal. Berdasarkan latar belakang tersebut, peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian mengenai “Implementasi Model-Model Pembelajaran Inovatif pada Mata Pelajaran Sejarah di Cerdas Murni.


1.2  Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, permasalahan yang dikaji dalam penelitian ini adalah:
1.      Bagaimanakah implementasi model-model pembelajaran inovatif dalam pembelajaran sejarah di MTS Cerdas Murni?
2.      Apa sajakah kendala yang ditemui guru dalam pembelajaran sejarah dengan menggunakan model-model pembelajaran inovatif?
3.      Bagaimanakah motivasi belajar siswa dengan menggunakan model-model inovatif dalam pembelajaran sejarah?

1.3  Tujuan Penelitian
Sesuai dengan permasalahan yang dihadapi, tujuan dari penelitian yang dilaksanakan ini adalah:
1.      Untuk mengetahui implementasi model-model pembelajaran inovatif dalam pembelajaran sejarah di MTS Cerdas Murni.
2.      Untuk mengetahui kendala-kendala yang ditemui guru dalam pembelajaran sejarah dengan menggunakan model-model pembelajaran inovatif.
3.      Untuk mengetahui motivasi belajar siswa dengan menggunakan model-model inovatif dalam pembelajaran sejarah.

1.4  Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan mempunyai manfaat bagi berbagai pihak, diantaranya adalah sebagai berikut:
1.      Manfaat Teoretis
a.       Dapat memberikan masukan dalam pengembangan ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan implementasi model pembelajaran inovatif.
b.      Sebagai bahan referensi untuk mengkaji permasalahan yang sama dengan obyek yang lebih luas.
c.       Dapat dijadikan sumber informasi bagi semua pihak yang ingin mengetahui implementasi model-model pembelajaran inovatif yang dapat menumbuhkan motivasi belajar sejarah siswa di MTS Cerdas Murni.


2.      Manfaat Praktis
a.       Bagi Sekolah
Dapat digunakan sebagai masukan bagi pihak sekolah mengenai implementasi model-model pembelajaran inovatif serta bagaimana motivasi belajar siswa dengan menggunakan model-model pembelajaran inovatif tersebut.
b.      Bagi Guru
Dapat memberikan informasi mengenai bagaimana motivasi belajar siswa dengan menggunakan model-model pembelajaran inovatif serta memberikan masukan berkenaan dengan kendala yang dialami ketika melakukan pembelajaran dengan menggunakan model-model pembelajaran inovatif.
c.       Bagi Siswa
Dapat memberikan informasi tentang model-model pembelajaran inovatif dalam pembelajaran sejarah sehingga dapat menumbuhkan motivasi mereka dalam belajar.
d.      Bagi peneliti
ü  Memperoleh pengalaman dan pengetahuan yang tidak diperoleh di bangku kuliah.
ü  Sebagai pengetahuan dan acuan tentang model-model pembelajaran inovatifdalam pembelajaran inovatif di sekolah.















BAB II
KAJIAN TEORI
2.1 Model-Model Pembelajaran Inovatif
Menurut Winataputra (2001) dalam Sugiyanto (2010: 3), model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu, dan berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para pengajar dalam merencanakan dan melaksanakan aktivitas pembelajaran. Sedangkan inovatif adalah sesuatu yang baru dan berbeda dengan pelaksanaan pada umumnya.
Jadi, model pembelajaran inovatif adalah kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar dengan metode pembelajaran yang baru dan berbeda dengan pembelajaran pada umumnya (model konvensional) untuk mencapai tujuan belajar tertentu.
Ada banyak model atau strategi pembelajaran yang dikembangkan oleh para ahli dalam usaha mengoptimalkan motivasi serta hasil belajar siswa. Diantaranya adalah model pembelajaran Kontekstual, model pembelajaran Kooperatif, model pembelajaran Quantum, model pembelajaran Terpadu, Pembelajaran Berbasis Masalah (PBL) (Sugiyanto, 2010: 3).

2.1.1     Model Pembelajaran Kontekstual (CTL)
Menurut Sugiyanto (2010: 5) CTL adalah konsep pembelajaran yang mendorong guru untuk menghubungkan antara materi yang diajarkan dan situasi dunia nyata siswa. CTL adalah konstruktivisme yaitu filosofi belajar yang menekankan bahwa belajar yang menekankan bahwa belajar tidak hanya sekedar menghafal. Siswa harus mengkonstruksikan pengetahuan di benak mereka sendiri. Menurut Sardiman (2011: 223), motto dalam pembelajaran kontekstual yaitu students learn best by actively constructing their own understanding. Maksudnya, cara belajar terbaik adalah siswa mengkonstruksikan sendiri secara aktif pemahamannya.
Pembelajaran berbasis CTL menurut (Sanjaya, 2004) melibatkan tujuh komponen utama pembelajaran, yaitu: konstruktivisme (Construktivism), menemukan (Inquiry), bertanya (Questioning), masyarakat belajar (Learning Community), pemodelan (Modelling), refleksi (Reflection), dan penilaian sebenarnya (Authentic Assesment) (Sugiyanto, 2010: 17).
2.1.2     Model Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang secara sadar dan sengaja mengembangkan interaksi yang silih asuh untuk menghindari ketersinggungan dan kesalahpahaman yang dapat menimbulkan permusuhan, sebagai latihan hidup di masyarakat (Sugiyanto, 2010: 40). Selanjutnya Lie (2004: 27) yang dikutip oleh Sugiyanto mengatakan bahwa,
“Pembelajaran kooperatif menciptakan interaksi yang asah, asih dan asuh sehingga tercipta masyarakat belajar (Learning Community). Siswa tidak hanya belajar dari guru, tetapi juga dari sesama siswa. Pembelajaran kooperatif adalah suatu sistem yang didalamnya terdapat elemen-elemen yang saling terkait. Elemen-elemen itu adalah (1) saling ketergantungan positif (2) interaksi tatap muka (3) akuntabilitas individual dan (4) keterampilan untuk menjalin hubungan antar pribadi atau keterampilan sosial yang secara sengaja diajarkan”.
Jadi, model pembelajaran kooperatif merupakan pendekatan pembelajaran yang berfokus pada penggunaan kelompok kecil siswa untuk bekerja sama dalam memaksimalkan kondisi belajar untuk mencapai tujuan belajar.
Pembelajaran kooperatif memberikan kesempatan bagi siswa untuk mengembangkan kemampuannya dalam kegiatan pembelajaran. Hal ini dikarenakan dalam pembelajaran kooperatif, siswa dituntut untuk aktif dalam belajar melalui kegiatan kerjasama kelompok.

2.1.3     Model Pembelajaran Quantum
Menurut Sugiyanto (2010: 7) Quantum learning mengonsep tentang “menata pentas: lingkungan belajar yang tepat.” Penataan lingkungan ditujukan kepada upaya membangun dan mempertahankan sikap positif. Sikap positif merupakan aset penting untuk belajar. Peserta didik quantum dikondisikan ke dalam lingkungan belajar yang optimal baik secara fisik maupun mental.
Penataan lingkungan belajar ini dibagi dua yaitu: lingkungan mikro dan lingkungan makro. Lingkungan mikro ialah tempat peserta didik melakukan proses belajar (bekerja dan berkreasi). Dalam pengajaran umumnya di ruang-ruang pendidikan di Indonesia, lebih baik memfokuskan perhatian kepada penataan lingkungan formal dan terstruktur seperti: meja, kursi, tempat khusus, dan tempat belajar yang teratur. Target penataannya ialah menciptakan suasana yang menimbulkan kenyamanan dan rasa santai.
Lingkungan makro ialah “dunia yang luas.” Peserta didik diminta untuk menciptakan ruang belajar di masyarakat. Mereka diminta untuk memperluas lingkup pengaruh dan kekuatan pribadi, berinteraksi sosial ke lingkungan masyarakat yang diminatinya.
Dengan demikian, quantum learning berfokus pada hubungan dinamis dalam lingkungan kelas-interaksi yang mendirikan landasan dan kerangka untuk belajar. Quantum learning merupakan penerapan cara belajar baru yang lebih melihat kemampuan siswa berdasarkan kelebihan atau kecerdasan yang dimilikinya.

2.1.4  Model Pembelajaran Terpadu
Pembelajaran terpadu merupakan suatu pendekatan dalam pembelajaran yang secara sengaja mengaitkan beberapa aspek baik dalam intra mata pelajaran maupun antar mata pelajaran. pembelajaran terpadu merupakan pendekatan belajar mengajar yang melibatkan beberapa bidang studi misalnya IPS terpadu.
Dalam operasional pembelajaran, ada lima langkah bentuk perencanaan pembelajaran terpadu, yaitu: (1) pemetaan kompetensi dasar (2) penentuan tema (3) penjabaran KD kedalam indikator (4) pengembangan Silabi (5) penyusunan skenario pembelajaran (Sugiyanto, 2010: 9).
Secara umum prinsip pembelajaran terpadu dapat diklasifikasikan menjadi:
A.    Prinsip penggalian tema Artinya tema-tema yang saling tumpang tindih dan ada keterkaitan menjadi target utama dalam pembelajaran. Dalam penggalian tema tersebut hendaknya memperhatikan beberapa persyaratan, yaitu:
1.      Tema hendaknya tidak terlalu luas, namun dengan mudah dapat digunakan untuk memadukan banyak mata pelajaran.
2.      Tema harus bermakna, maksudnya ialah tema yang dipilih untuk dikaji harus memberikan bekal bagi siswa untuk belajar selanjutnya.
3.      Tema harus disesuaikan dengan tingkat perkembangan psikologis anak.
4.      Tema dikembangkan harus mewadahi sebagian besar minat anak.
5.      Tema yang dipilih hendaknya mempertimbangkan peristiwa-peristiwa otentik yang terjadi di dalam rentang waktu belajar.
6.      Tema yang dipilih hendaknya mempertimbangkan kurikulum yang berlaku serta harapan masyarakat (asas relevansi).
7.      Tema yang dipilih hendaknya juga mempertimbangkan ketersediaan sumber belajar (Sugiyanto, 2010: 128).
B.     Prinsip pengelolaan pembelajaran Pengelolaan pembelajaran dapat optimal apabila guru mampu menempatkan dirinya dalam keseluruhan proses. Artinya guru harus mampu menempatkan diri sebagai fasilitator dan mediator dalam proses pembelajaran (Sugiyanto, 2010: 129).
C.     Prinsip evaluasi Evaluasi pada dasarnya menjadi fokus dalam setiap kegiatan. Untuk melaksanakan evaluasi dalam pembelajaran terpadu, maka diperlukan beberapa langkah-langkah positif antara lain:
1.      Memberi kesempatan kepada siswa untuk melakukan evaluasi diri (self evaluational assesment) disamping bentuk evaluasi lainnya.
2.      Guru perlu mengajak para siswa untuk mengevaluasi perolehan belajar yang telah dicapai berdasarkan kriteria keberhasilan pencapaian tujuan yang akan dicapai (Sugiyanto, 2010: 130).
D.    Prinsip reaksi Guru harus bereaksi terhadap aksi siswa dalam semua peristiwa serta tidak mengarahkan aspek yang sempit melainkan ke suatu kesatuan yang utuh dan bermakna (Sugiyanto, 2010: 130).

2.1.5 Pembelajaran Berbasis Masalah
Pembelajaran berbasis masalah adalah pendekatan pembelajaran yang menggunakan masalah autentik sebagai sumber belajar, sehingga peserta didik dilatih berpikir tingkat tinggi dan mengembangkan kepribadian lewat masalah dalam kehidupan sehari-hari. Menurut Dewey (dalam Ibrahim 2005: 19) belajar berdasarkan masalah adalah imteraksi antara stimulus dan respons, merupakan hubungan antara dua arah, yaitu belajar dan lingkungan (Uno, 2011: 112).
Menurut Amir (2009: 12) PBM memiliki ciri-ciri seperti (Tan, 2003; Wee & Kek, 2002) pembelajaran dimulai dengan pemberian ‘masalah’, biasanya ‘masalah’ memiliki konteks dengan dunia nyata, pembelajar secara berkelompok aktif merumuskan masalah dan mengientifikasi kesenjangan pengetahuan mereka, mempelajari dan dan mencari sendiri materi yang terkait dengan ‘masalah’ dan melaporkan solusi dari ‘masalah’. Sementara pendidik lebih banyak memfasilitasi.
Ada lima tahapan dalam pembelajaran model PBM yang utama, yaitu: (1) orientasi tentang permasalahan (2) mengorganisasikan diri untuk meneliti (3) investigasi mandiri dan kelompok (4) pengembangan ide dan mempresentasikanlaporan hasil penyelidikan (5) menganalisis dan mengevaluasi proses mengatasi masalah (Sugiyanto, 2010: 10).
Model pembelajaran berbasis masalah yaitu guru memberikan sebuah masalah kepada siswa dan siswa diminta untuk menyelesaikan masalah tersebut. Dengan hal ini siswa akan menemukan jawabannya sendiri dan akan membuat sesuatu yang mereka temukan lebih melekat dalam ingatan mereka.
Pembelajaran inovatif dilakukan untuk mengoptimalkan pencapaian semua hasil belajar dan mengakomodasi sebanyak-banyaknya perbedaan siswa. Dengan demikian, implementasi pembelajaran inovatif selalu multimetode, multimedia, berpusat pada siswa, dilakukan secara alami, dan memberikan peluang siswa mengalami sendiri.
Kriteria Model inovatif:
a.       Menyenangkan
b.      Berbeda dengan metode konvensional
c.       Berpusat pada siswa
d.      Hubungan antara guru dan siswa menjadi hubungan yang saling belajar dan saling membangun.
e.       Keadaan kelas aktif artinya siswa aktif bertanya, mempertanyakan, dan juga mengemukakan gagasannya (pembelajaran aktif)

2.2  Pembelajaran Sejarah Di MTS
Pembelajaran pada hakekatnya merupakan proses interaksi antara peserta didik dengan lingkunganya, sehingga terjadi perubahan perilaku kearah yang lebih baik. Menurut Brings yang dikutip oleh Sugandi (2004: 10), secara umum pengertian pembelajaran adalah seperangkat peristiwa yang mempengaruhi si pelajar sedemikian rupa sehingga si pelajar tersebut memperoleh kemudahan dalam berinteraksi dengan lingkungannya. Senada dengan pengertian pembelajaran tersebut (Darsono, 2000: 24) menegaskan bahwa pembelajaran adalah suatu kegiatan yang dilakukan oleh guru sedemikian rupa, sehingga tingkah laku siswa berubah kearah yang lebih baik. Pembelajaran dilakukan secara sadar dan sengaja.
Jadi, dari berbagai pengertian para ahli dapat disimpulkan bahwa pembelajaran adalah seperangkat peristiwa sebagai wahana bagi guru memberikan materi pelajaran dengan sedemikian rupa sehingga siswa lebih mudah mengorganisasikannya menjadi pola yang bermakna serta memperoleh kemudahan dalam berinteraksi dengan lingkungannya.
Menurut Darsono (2000: 25) ciri-ciri pembelajaran adalah (1) pembelajaran dilakukan secara sadar dan direncanakan secara sistematis, (2) pembelajaran dapat menumbuhkan perhatian dan motivasi siswa dalam belajar, (3) pembelajaran dapat menyediakan bahan belajar yang menarik dan menantang bagi siswa, (4) pembelajajaran dapat menggunakan alat bantu belajar yang tepat dan menyenangkan bagi siswa, serta (5) pembelajaran dapat membuat siswa siap menerima pelajaran, baik secara fisik maupun psikologis.
Istilah sejarah menurut para ahli berasal dari bahasa arab syajarah yang artinya pohon atau silsilah. Sejarah mempelajari tentang peristiwa yang terjadi pada masa lampau (Hariyono, 1995: 51).
Jadi, pembelajaran sejarah adalah seperangkat peristiwa sebagai wahana bagi guru memberikan materi pelajaran mengenai masa lampau dengan sedemikian rupa sehingga siswa lebih mudah mengorganisasikannya menjadi pola yang bermakna serta memperoleh kemudahan dalam berinteraksi dengan lingkungannya sehingga tingkah laku siswa dapat berubah menjadi lebih baik.
Kebehasilan belajar siswa dipengaruhi oleh beberapa faktor. Faktor yang terpenting adalah guru, siswa, serta sarana dan prasarana. Di antara faktor-faktor tersebut, guru merupakan faktor yang secara langsung bertanggungjawab atas keberhasilan proses pembelajaran yang dikembangkan, khususnya di kelas. Peran guru dalam membimbing dan memotivasi siswa guna mencapai tujuan belajarnya merupakan hal utama yang harus diperhatikan. Guru Sejarah dapat mengembangkan metode dan model pembelajaran sejarah sehingga proses dan efektivitas pencapaian tujuan pembelajarannya dapat berjalan dengan baik.

2.3  Motivasi Belajar
Motivasi dan belajar merupakan dua hal yang saling mempengaruhi Belajar adalah perubahan tingkah laku secara relatif permanen dan secara potensial terjadi sebagai hasil dari praktik atau penguatan (reinforced practice) yang dilandasi tujuan untuk mencapai tujuan tertentu. Menurut Hamalik (2011) motivasi adalah perubahan energi dalam diri (pribadi) seseorang yang ditandai dengan timbulnya perasaan dan reaksi untuk mencapai tujuan. Sedangkan menurut Mc. Donald (Sardiman, 2011: 73), motivasi adalah perubahan energy dalam diri seseorang yang ditandai dengan munculnya feeling dan didahului dengan tanggapan terhadap adanya tujuan.
Jadi, motivasi belajar adalah perubahan energi serta tingkah laku dalam diri (pribadi) seseorang yang ditandai dengan timbulnya perasaan (feeling) dan reaksi untuk mencapai tujuan tertentu.
Motivasi ditandai dengan timbulnya perasaan affective arousal. Mula-mula merupakan ketegangan psikologis, lalu merupakan suasana emosi. Suasana emosi ini menimbulkan kelakuan yang bermotif. Perubahan ini mungkin bisa dan mungkin juga tidak, kita hanya dapat melihatnya dalam perbuatan. Seorang terlibat dalam suatu diskusi, karena dia merasa tertarik pada masalah yang akan dibicarakan maka suaranya akan timbul dan katakatanya dengan lancar dan cepat akan keluar. Motivasi juga ditandai dengan reaksi-reaksi untuk mencapai tujuan. Pribadi yang bermotivasi mengadakan respon-respon yang tertuju kearah suatu tujuan. Respon-respon itu berfungsi mengurangi ketegangan yang disebabkan oleh perubahan energi dalam dirinya. Setiap respon merupakan suatu langkah kearah mencapai tujuan (Hamalik, 2011: 158-159).
Motivasi belajar dapat timbul karena faktor intrinsik berupa hasrat dan keinginan berhasil dan dorongan kebutuhan belajar, harapan akan cita-cita. Sedangkan faktor ekstrinsiknya adalah adanya penghargaan, lingkungan belajar yang kondusif, dan keinginan belajar yang menarik. Tetapi harus diingat bahwa kedua faktor tersebut disebabkan oleh rangsangan tertentu, sehingga seseorang berkeinginan untuk melakukan aktivitas belajar yang lebih giat dan semangat.
Hakikat motivasi belajar adalah dorongan internal dan eksternal pada siswa-siswa yang sedang belajar untuk mengadakan perubahan tingkah laku pada umumnya dengan beberapa indikator atau unsur yang mendukung. Hal itu mempunyai peranan besar dalam keberhasilan seseorang dalam belajar. Indikator motivasi belajar dapat diklasifikasikan sebagai berikut: (1) adanya hasrat dan keinginan berhasil, (2) adanya dorongan dan kebutuhan dalam belajar (3) adanya harapan dan cita-cita masa depan (4) adanya penghargaan dalam belajar (5) adanya kegiatan yang menarik dalam belajar (6) adanya lingkungan belajar yang kondusif, sehingga memungkinkan seorang siswa dapat belajar dengan baik (Uno, 2011: 23).











BAB III
METODE PENELITIAN
3.1  Lokasi Penelitian
            Penelitian ini dilaksanakan di MTS Cerdas Murni yang beralamat di Jalan Beringin Pasar 7 No.33, Tembung, Percut Sei Tuan, Hutan, Percut Sei Tuan, Kabupaten Deli Serdang, Sumatera Utara 20371. MTS Cerdas Murni adalah salah satu sekolah yang mengembangkan model-model pembelajaran inovatif agar pembelajaran menyenangkan untuk siswa dan guru. Selain itu penggunaan model ini juga bertujuan untuk meningkatkan mutu pendidikan. Ini adalah salah satu cara agar mutu pendidikan di MTS Cerdas Murni sesuai dengan standar ISO (international standard organization). MTS Cerdas Murni berusaha mendapatkan sertifikat ISO sejak tahun 2009 dan baru mendapatkan sertifikat ini pada awal tahun 2017. “ISO yaitu sekumpulan standar sistem kualitas universal yang memberikan kerangka yang sama bagi jaminan kualitas yang dapat dipergunakan diseluruh dunia” (Tjiptono dan Diana, 2002).
Manfaat yang didapatkan oleh suatu organisasi/institusi (termasuk lembaga pendidikan) yang telah memperoleh sertifikasi ISO 9001: 2008 adalah kualitasnya diakui oleh dunia internasional dan diperolehnya suatu akses yang lebih besar untuk memasuki pasar luar negeri dalam hal membuka cabang institusi dan “pengeksporan” tenaga jasa pendidikan diluar negeri terutama Negara yang mensyaratkan dipenuhinya ISO 9001: 2008 serta memiliki kesesuaian (compatibility) dengan pemasok dari luar negeri. Manfaat tambahan lainnya yaitu proses yang dilakukan oleh organisasi untuk mencapai sertifikasi cenderung meningkatkan kualitas dan keragaman pekerjaan yang secara bersamaan juga meningkatkan produktivitas yang pada gilirannya dapat meningkatkan pula daya saing organisasi.

3.2 Desain Penelitian
Metode penelitian yang digunakan untuk mengkaji tentang implementasi model-model pembelajaran inovatif di MTS Cerdas Murni adalah metode kualitatif. Menurut Moleong (2010: 6) penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subyek penelitian, misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan dan lain-lain, secara holistik, dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan metode alamiah.
Metode penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat postpositivisme, digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek yang alamiah, (sebagai lawannya adalah eksperimen) dimana peneliti sebagai instrumen kunci, pengambilan sampel sumber data dilakukan secara purposive dan Snowball, teknik pengumpulan dengan triangulasi (gabungan), analisis data bersifat induktif/kualitatif, dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna daripada generalisasi (Sugiyono, 2010: 15).
3.3  Sumber Data Penelitian
Menurut Lofland dan Lofland (1984: 47) sumber data utama dalam penelitian kualitatif adalah kata-kata dan tindakan, selebihnya merupakan data tambahan seperti dokumen dan lain-lain (Moleong, 2010: 157). Dengan demikian, sumber data penelitian yang bersifat kualitatif ini adalah sebagai berikut:
1. Informan
Informan pada penelitian ini adalah guru  sejarah dan siswa di MTS Cerdas Murni dengan pertimbangan bahwa informan tersebut dianggap berhubungan langsung dengan masalah yang sedang diteliti sehingga akan memudahkan peneliti untuk memperoleh informasi.
Beberapa informan yang berhasil diwawancarai adalah Ibu Sri, yang mengampu mata pelajaran sejarah kelas IX. Ibu Sri berhasil diwawancarai 20 Novermber 2018.
Peneliti juga mewawancarai siswa di MTS Cerdas Murni. Siswa yang berhasil diwawancarai adalah Muhammad Imran, siswa kelas IX-2.
Arief berhasil diwawancarai tanggal 20 Novermber 2018 dan Siswa kedua yang berhasil diwawancarai pada tanggal 20 Novermber 2018 adalah Khairotin NiSA siswa kelas IX-3.
2. Aktivitas Pembelajaran
Aktivitas pembelajaran digunakan untuk mendapatkan informasi tentang implementasi model-model pembelajaran inovatif dalam pembelajaran sejarah dan motivasi siswa. Aktivitas pembelajaran dilihat dari aspek pelaksanaan atau proses pembelajaran dan antusias siswa pada saat pembelajaran. Secara khusus aktivitas pembelajaran yang diteliti adalah aktivitas pembelajaran dalam kelas, sesuai dengan jadwal dan alokasi waktu yang ditetapkan oleh sekolah.
3. Dokumen
Dokumen menjadi sumber data untuk mengetahui proses pembelajaran yang dilakukan guru dan siswa. Dokumen yang digunakan meliputi perangkat pembelajaran guru seperti silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP). Selain itu, dokumen seperti daftar nilai dan hasil evaluasi siswa juga dapat dijadikan sumber data penelitian
3.4 Teknik Pengumpulan Data
Karakteristik utama dalam penelitian kualitatif adalah sumber daya yang diperoleh dari lapangan (natural setting) sudah tentu data yang diperoleh dari lapangan harus lengkap, sehingga peneliti dalam waktu yang cukup lama berada dilapangan guna memperoleh gambaran proses yang komprehensif dan menyeluruh. Dengan kata lain peneliti berusaha melakukan pengamatan tentang proses belajar mengajar sejarah yang dilakukan oleh guru dan siswa yang berkompeten untuk menjawab semua pernyataan yang diajukan peneliti.
Untuk mengumpulkan data yang diperlukan dalam penelitian ini, penulis menggunakan beberapa metode yaitu :
1. Wawancara Mendalam (in depth interview)
Wawancara menurut Esterberg (2002) dalam Sugiyono (2010: 317) merupakan pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan ide melalui tanya jawab, sehingga dapat dikontruksikan makna dalam suatu topik tertentu. Wawancara menurut Hadi (2004: 217) adalah suatu proses tanya jawab lisan dalam mana dua orang atau lebih berhadap-hadapan secara fisik, yang satu dapat melihat muka yang lain dan mendengarkan suaranya dengan telinga. Wawancara merupakan alat pengumpul informasi langsung untuk berbagai jenis data sosial, baik yang terpendam (latent) maupun yang memanifes
.













BAB IV
HASIL PEMBAHASAN
4.1 Gambaran Umum MTS Cerdas Murni
4.1.1 Identitas Sekolah
1.      Nama Sekolah                            :Perguruan Islam SMP-MTs-SMA-SMK Cerdas Murni
2.      Alamat                                       :Jalan Beringin Pasar 7 No.33, Tembung, Percut Sei Tuan, Hutan, Percut Sei Tuan, Kabupaten Deli Serdang, Sumatera Utara 20371
3.      Kelurahan                                   : Tembung
4.      Kecamatan                                 : Percut Sei Tuan
5.      Kabupaten                                  : Deli Serdang
6.      Kota                                           : Medan
7.      Provinsi                                      : Sumatera Utara
8.      NPSN                                         10258039
9.      Status                                         Swasta
10.  Status Kepemilikan                    Yayasan
11.  Status Akreditasi                       : A
12.  Tahun Akreditasi                       : 2012
13.  SK Pendirian Sekolah                050/5288/BP/2006
14.  Tanggal SK Pendirian                2005-05-09
15.  SK Izin Operasional                   421/6951/PDM/2011
16.  Tanggal SK Izin Operasional : 2011-06-08
17.  Kebutuhan Khusus Dilayani : Tidak ada
18.  Nama Bank                                BNI
19.  Cabang KCP/Unit                      Medan
20.  Rekening Atas Nama                 SMA SWASTA CERDAS MURNI
21.  Luas Tanah Milik                       7200
22.  Status BOS                                Bersedia Menerima
23.  Waku Penyelenggaraan               Pagi
24.  Sertifikasi ISO                           Belum Bersertifikat
25.  Sumber Listrik                           PLN
26.  Daya Listrik                               1500
4.1.2        Letak Geografis
SMP-MTs-SMA-SMK Cerdas Murni yang beralamat Jalan Beringin Pasar 7 No.33, Tembung, Percut Sei Tuan, Hutan, Percut Sei Tuan, Kabupaten Deli Serdang, Sumatera Utara 20371
Dengan bagunan diatas tanah kurang lebih 7200 m2. Keadaan ini cukup baik, karena siswa mendapatkan ruang yang cukup memadai untuk mereka belajar dan melakukan kegiatan-kegiatan sekolah yang lain. Ketenangan lingkungan terjaga dengan baik karena pintu masuk sekolah memilki dua arah, satu arah untuk pintu keluar dan satunya lagi untuk pintu masuk sehingga siswa dan staf pendidik jalan masuk dan keluar teratur.
4.1.3        Sejarah Singkat
Sesuai dengan fakta sejarah bangsa Indonesia secara umum dan Masyarakat Sumatera Utara pada khususnya, selama 350 tahun dijajah oleh kolonialis Belanda kemudian oleh Bangsa Jepang selama 3,5 tahun sehingga berakhirnya perang Dunia II.
Akhirnya puncak perjuangan bangsa Indonesia ditandai dengan dikumandangkannya Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945.
Sebagai bangsa yang dijajah sebelum, kondisi social, ekonomi dan budaya serta kegamaan (kususnya masyarakat islam) sangat memprihatinkan akibat dari sarana pendidikan yang sangat minim Karena politik penjajah yang tetap menginginkan suburnya kebodohan.
Mengingat kurangya sarana pendidikan di Kabupaten Deli Serdang umumnya dan dikecamatan Percut Sei Tuan khususnya dimana tidak dapat menampung minat anak-anak usia sekolah, apalagi sekolah lanjutan umumnya berada dikota medan yang tentu akan menambah beban biaya transport bagi orang tua ditambah lagi kondisi ekonomi yang rendah yang sulit sekali bagi masyarakat dapat melanjutkan pendidikan anak-anak kejenjang yang lebih tinggi.
Maka pada awal tahun 2005 didirikanlah sebuah lembaga pendidikan Bapak H.Adlin dengan membebaskan tanah dimana diatasnya terdapat bangunan rumah di jalan beringin pasar VII tembung dengan biaya yang cukup besar, yang mulanya diperuntukkan untuk tingkat SMA pada pagi hari   dan Madrasah Diniyah pada sore hari. Pada tahun pelajaran 2006/2007 dibukalah tingkat SMA dengan nama SMA CERDAS MURNI berjumlah 106, Madrasah Diniyah dengan nama Madrasah Diniyah CERDAS MURNI dengan jumlah siswa 118 orang.
Selanjutnya dikembangkan pada tahun kedua T.P : 2008/2009 dengan membuka Madrasah Tsawiyah  (Mts) dengan jumlah siswa yang mendaftar sebanyak : 89 orang (44 Lk 45 Pr).
Sejalan dengan perkembangannya, maka masyarakat menuntut dan mengharap dibuka juga SMP, maka pada tanggal 18 Juli tahun pelajaran 2009 / 2010 ini dibuka tingkat SMP dengan jumlah murid sebanyak 71 Orang       (36 Lk 35 Pr) pada TP. 2011/2012 dibuka juga tingkat SMK untuk jurusan Teknik Komputer Jaringan, dengan jumlah siswa 64 Orang (35L/29P) dengan nomor izin operasional : 421/6251/PDM/2009
4.1.4        Visi dan Misi Sekolah
a.      Visi
Menjadi Sekolah Unggul dalam akhlak dan prestasi.
b.      Misi
1.      Mendidik Siswa bertaqwa kepada Allah SWT.
2.      Mendidik Siswa Peduli Lingkungan.
3.      Mengembangkan Bakat dan Kreatifitas siswa.
4.      Mengembangkan Siswa yang peduli Sains dan Teknologi.
5.      Mendidik Siswa berprestasi akademik dan Ekstrakurikuler.

4.2      Model-Model Pembelajaran Inovatif dan Implementasinya di MTS Cerdas Murni
MTS Cerdas Murni adalah salah satu sekolah yang mengembangkan model-model pembelajaran inovatif agar pembelajaran menyenangkan bagi siswa dan guru. Pembelajaran sendiri merupakan aktualisasi kurikulum yang menuntut aktifitas, kreatifitas dan kearifan pendidik dalam menciptakan dan menumbuhkan kegiatan peserta didik sesuai dengan rencana yang diprogramkan secara efektif dan menyenangkan. Suasana pembelajaran yang menyenangkan dapat tercipta salah satunya dengan menggunakan model pembelajaran inovatif oleh guru. Hal ini sesuai dengan pernyataaan Elisabeth (1993) yang dikutip oleh Uno (2011) bahwa “disinilah peran seorang guru, yaitu menciptakan suasana belajar di kelas atau di sekolah sebagai suasana yang menyenangkan”.
MTS Cerdas Murni mempunyai 2 guru sejarah yaitu:
1. Ibu Badrul Aini, M.Pd. yang mengajar kelas VII dan VIII
2. Ibu Sri Ningsih, S.Pd. yang mengajar kelas IX
Setiap guru mempunyai strategi masing-masing dalam penguasaan kelas yang mereka pegang. Biasanya di awal semester, para guru sejarah ini saling berdiskusi mengenai model pembelajaran yang akan mereka gunakan di kelas.
Model pembelajaran inovatif yang dilaksanakan oleh masing-masing guru sejarah di MTS Cerdas Murni diantaranya:
A.    Ibu Badrul Aini
Ibu Badrul Aini yang sering dipanggil ibu Badwul ini selalu menggunakan model pembelajaran yang berbeda seiring dengan materi pelajaran yang berbeda pula. Selain keterangan dari siswa, hal ini saya dapatkan sendiri ketika masuk ke kelas yang diampu oleh Ibu Badrul pada tanggal 11/20/2018. Pada hari itu, Ibu Badrul menggunakan model pembelajaran picture and picture dalam materi ‘jejak-jejak manusia purba’.
Model Pembelajaran picture and picture mengandalkan gambar sebagai media dalam proses pembelajaran. Model pembelajaran ini telah dimodifikasi oleh Ibu Wiwik sehingga berbeda dengnan model pembelajaran picture and picture pada umumnya.
Berdasarkan pengamatan (tanggal 11/20/2018) pelaksanaan model pembelajaran picture and picture yaitu, siswa dibagi kedalam beberapa kelompok. Setiap kelompok diberi tugas untuk mencari gambar fosil dan artefak serta keterangan dari gambar tersebut. Setiap gambar yang dihasilkan beserta keterangannya disusun dalam bentuk kartu yang dilaminating. Kartukartu tersebut kemudian dikumpulkan kepada guru. Guru kemudian menjelaskan aturan permainan, yaitu: siswa kelompok pertama diminta mengambil sebuah kartu dalam tumpukkan kartu yang paling atas. Siswa tersebut kemudian harus menjelaskan keterangan dari gambar yang ada pada kartu tersebut yang meliputi nama fosil/ artefak, tahun ditemukannya, siapa penemunya, tempat ditemukannya fosil/ artefak, serta ciri-cirinya. Jika siswa tidak dapat menjelaskan, siswa diminta untuk meletakkan kartunya dan mengambil satu kartu lagi untuk dijelaskan keterangannya. Jika siswa tidak bisa menjawab, siswa diminta mengambil kartu kembali. Begitu seterusnya sampai kartunya habis. Jika semua kartu sudah habis dan siswa belum bisa menjelaskan gambar yang ada, siswa tersebut dinyatakan gugur dan digantikan dengan teman yang lain dalam kelompok tersebut. Begitu seterusnya sampai semua anggota kelompok mendapat giliran untuk menjawab. Jika satu kelompok sudah selesai, digantikan dengan kelomkpok yang lain sesuai gilirannya.
Model picture and picture ini bertujuan agar siswa mengetahui bentuk-bentuk artefak dan fosil serta mengetahui jenis-jenisnya. Model ini berusaha menghadirkan benda nyata ke hadapan siswa meski hanya melalui sebuah gambar. Hal ini agar siswa tidak hanya membayangkan bentuk dari artefak dan juga fosil tetapi juga dapat melihatnya secara langsung sehingga meningkatkan daya ingat dan pemahaman siswa.
B.     Ibu Sri Ningsih
Berbeda dengan ibu Badrul, ibu Sri lebih memilih menggunakan model pembelajaran yang umum digunakan dalam pembelajaran yaitu model diskusi dan presentasi dengan menggunakan powerpoint. Sebagaimana ungkapan berikut ini,
“Saya berfikir lebih efektif menggunakan model presentasi dengan menggunakan powerpoint dan diskusi” (wawancara dengan Ibu Sri tanggal 11/20/2018).
        Dari kutipan diatas, terlihat bahwa meskipun model pembelajaran ini sudah umum dilaksanakan dan kurang terlihat adanya unsur inovasi di dalamnya, tetapi model pembelajaran ini memiliki beberapa keunggulan yaitu siswa bisa menerima materi pelajaran dengan tenang sehingga memudahkan guru dalam menyampaikan materi pelajaran secara tuntas. Sebagaimana yang diungkapkan oleh Ibu Suparti berikut ini,
“Ya dengan diskusi siswa bisa lebih tenang dan dapat terkondisikan sehingga materi pelajaran dapat disampaikan secara tuntas. Dengan model ini mereka juga dapat mengeluarkan pendapat mereka sehingga meningkatkan daya kritis serta meningkatkan pemahaman mereka” (Hasil wawancara dengan ibu Sri tanggal 11/20/2018).
Kutipan diatas menunjukkan bahwa Ibu Sri lebih senang menggunakan model pembelajaran seperti diskusi karena dapat meningkatkan daya kritis siswanya serta dapat meningkatkan pemahaman mereka mengenai materi pelajaran yang disampaikan. Selain itu, model pembelajaran ini dipilih karena ketika Ibu Sri menggunakan model pembelajaran inovatif, siswanya justru ramai dan mengganggu kelas di sebelahnya. Siswa menjadi kurang terkondisi dan justru bermain-main dikelas dengan dalih mengikuti aturan model pembelajaran yang digunakan. hal ini membuat guru sejarah berpikir ulang untuk menggunakan model pembelajaran yang baru.

4.3      Kendala dalam Penerapan Model Pembelajaran Inovatif
Penerapan model pembelajaran inovatif juga menghadapi berbagai macam kendala baik itu berasal dari guru maupun dari siswa itu sendiri. Tugas guru yang semakin berat dan tuntutan untuk menjadi guru yang professional serta kewajiban untuk mengajar 24 jam seminggu sebagai syarat sertifikasi menambah beban berat yang wajib dipikul seorang guru. Persiapan media dan perangkat lain yang memakan waktu membuat guru khusunya Ibu Suparti lebih memilih model pembelajaran yang umum serta efektif untuk digunakan yaitu diskusi dimana siswa dibagi kedalam beberapa kelompok dan setiap kelompok bergilliran menyampaikan materi dengan cara presentasi menggunakan powerpoint.
Sebagaimana yang diungkapkan berikut ini,
“Jika menggunakan model inovatif itu butuh persiapan yang sungguh-sungguh sehingga banyak memakan waktu mbak. Tugas guru kan tidak hanya mengajar mbak tapi juga membuat soal ulangan, mengoreksi soal ulangan, mengoreksi soal ujian, seminar, memberikan nilai tidak hanya dari aspek kognitif tetapi juga aspek afektif dan aspek psikomotorik. Belum lagi jika ada siswa yang remidi pekerjaan guru juga semakin bertambah mbak. Apalagi untuk sertifikasi seorang guru harus mengajar 24 jam dalam seminggu, ini menambah berat tugas seorang guru” (wawancara dengan Ibu Sri tanggal 20/11/2018).
“Dulu ketika awal-awal mengajar, saya juga menggunakan model pembelajaran yang berbeda seperti talking stick, snowball throwing, jigsaw, make a match, picture and picture, number head together, word square, dan lain-lain. Tetapi sekarang yang masih saya gunakan itu model debat yang lebih efisien dan siswa lebih terkondisi. Dari model ini juga dapat dilihat mana siswa yang aktif dan mana siswa yang kurang aktif, model ini juga cukup efektif untuk mengukur kemampuan siswa dalam memahami materi pelajaran mbak” (hasil wawancara dengan ibu Sri tanggal 20/11/2018).
Dari keterangan di atas, keterbatasan waktu dan tenaga membuat guru lebih memilih model pembelajaran yang praktis serta efektif untuk digunakan, meskipun yang digunakan hanya satu model untuk keseluruhan materi. Model pembelajaran yang itu-itu saja, cenderung membuat siswa kurang termotivasi dalam belajar.
Memilih model pembelajaran hendaknya juga memperhatikan kondisi kelas serta sifat materi ajar, tidak hanya memilih model pembelajaran secara acak. Bagaimanapun model pembelajaran berpengaruh terhadap motivasi siswa dimana motivasi tersebut sangat berpengaruh terhadap siswa dalam mengikuti kegiatan pembelajaran.





BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
1.      SMA Negeri 2 Ungaran telah mengimplementasikan model pembelajaran inovatif di kelas khususnya untuk mata pelajaran sejarah meskipun pelaksanaannya masih terbatas. Masih ada guru sejarah yang belum mengimplementasikan model pembelajaran inovatif secara nyata. Beberapa guru sejarah masih menggunakan model pembelajaran konvensional seperti ceramah dan diskusi dalam pembelajaran.
Guru sejarah kelas IX telah mengimplementasikan model pembelajaran yang bervariasi serta inovatif, diantaranya model pembelajaran guide note taking, crossword puzzle serta group invertigation. Guru kelas IX bahkan senantiasa mengembangkan serta memodifikasi model pembelajaran yang ada sehingga proses pembelajaran menjadi lebih menyenangkan dan membuat siswanya lebih semangat serta termotivasi dalam belajar sejarah.
Model yang dikembangkan diantaranya model pembelajaran picture and picture, snowball drilling dan Arisan. Guru menyadari bahwa kebanyakan siswa tidak tertarik dengan mata pelajaran sejarah, sehingga diperlukan kreativitas dalam penggunaan model pembelajaran yang inovatif untuk menumbuhkan motivasi siswa dalam belajar sejarah. Hal ini sesuai dengan pendapat Uno (2011: 311)
2.      Berdasarkan data penelitian yang dihasilkan, kendala yang dialami oleh guru dalam menggunakan model pembelajaran inovatif yaitu (a) kurangnya kreatifitas tenaga pendidik dalam memilih model pembelajaran yang tepat; (b) terbatasnya waktu dan tenaga untuk menyiapkan media yang dapat mendukung penggunaan model pembelajaran inovatif; (c) keyakinan guru bahwa model ceramah paling efektif untuk membuat siswa menguasai materi pelajaran; (d) padatnya materi sejarah dan terbatasnya jam pelajaran membuat guru berpikir ulang untuk mencoba menggunakan model pembelajaran yang baru; (e) peserta didik yang kurang memberikan respons positif terhadap pembelajaran sejarah serta suliltnya untuk dikendalikan ketika sedang menggunakan model inovatif; (f) guru cenderung menggunakan satu model dalam membelajarkan keseluruhan materi, tanpa mempertimbangkan karakteristik dari setiap topik materi yang disampaikan.
3.      Hasil penelitian dan pengamatan, menunjukkan bahwa motivasi siswa dalam belajar sejarah sangat dipengaruhi oleh model pembelajaran yang digunakan oleh guru. Motivasi siswa ketika menggunakan model pembelajaran inovatif sangat baik, terbukti dengan antusias ,semangat serta keaktifan mereka ketika mengikuti pelajaran sejarah. Sedangkan untuk siswa yang tidak merasakan model pembelajaran inovatif dan hanya mengikuti model pembelajaran yang sama di hampir seluruh topik pelajaran cenderung kurang semangat dan jenuh dalam mengikuti pelajaran sejarah.
5.2 Saran
1.      Guru hendaknya senantiasa mengembangkan model pembelajaran yang lebih inovatif lagi agar motivasi siswa dalam belajar sejarah juga semakin meningkat.
2.      Guru dapat memanfaatkan sarana dan prasarana yang disediakan sekolah untuk mendukung penggunaan model pembelajaran inovatif agar proses pembelajaran dapat berjalan secara lebih optimal
3.      Guru dapat meminta bantuan siswa untuk menyiapkan media pembelajaran sederhana yang diperlukan untuk mendukung penggunaan model pembelajaran inovatif sehingga dapat meringankan tugas guru terkait penyediaan media pembelajaran.
4.      Ketakutan guru untuk mencoba menggunakan model pembelajaran yang baru hendaknya dikurangi.
5.      Guru hendaknya belajar mengasah kreatifitasnya, khususnya dalam memilih dan menggunakan model pembelajaran yang tepat.













DAFTAR PUSTAKA
Darsono, Max, dkk. 2000. Belajar dan Pembelajaran. Semarang IKIP Semarang.
Hamalik, Oemar. 2011. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: PT. Bumi Aksara.
Hariyono. 1995. Mempelajari Sejarah secara Efektif. Jakarta: PT Dunia Pustaka Jaya.
Lie, Anita. 2010. Cooperative Learning. Jakarta: PT Gramedia.
Martanto, SD, dkk. 2009. ‘Pembelajaran Sejarah Berbasis Realitas Sosial Kontemporer Untuk Meningkatkan Minat Belajar Siswa’. PKM-GT. Semarang. Tidak Dipublikasikan
Sardiman. 2011. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Rajawali Pers.
Sugiyanto. 2010. Model-Model Pembelajaran Inovatif. Surakarta: Yuma Pustaka.
Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta.
Uno, Hamzah B. dan umar masri. 2007. Mengelola kecerdasan dalam pembelajaran. Gorontalo: Nurul jannah.
_______________,________________. 2011. Belajar dengan Pendekatan PAILKEM. Jakarta: Bumi Aksara..
Widya, I Gde. 1989. Dasar-dasar Pengembangan Strategi serta Metode Pengajaran Sejarah. Jakarta: Departemen pendidikan dan kebudayaan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar