PRINSIP-PRINSIP DAN
KELEMAHAN SERTA KELEBIHAN PEMBELAJARAN TEPADU
(Makalah Ini Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata
Kuliah Pembelajaran Terpadu)
Dosen Penggampu: Dr. Rusydi Ananda, M.Pd
Disusun Oleh:
ELIN SURYANI (0309162022)
SITI RAHMAH (0309162048)
RAUDATUL ZANNAH
(0309162022)
PEDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SUMATERA UTARA
MEDAN
T.A 2016/2017
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI........................................................................................................... 2
KATA PENGANTAR............................................................................................ 3
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang Masalah.............................................................................. 4
1.2 Rumusan
Masalah ....................................................................................... 4
1.3 Tujuan Penelitian......................................................................................... 5
1.4 Manfaat Penelitian....................................................................................... 6
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Prinsip Pembelajaran Terpadu.................................................... 7
2.2 Prinsip Pembelajaran.................................................................................... 7
2.3 Prinsip Pembelajaran Terpadu...................................................................... 11
2.4 Kelebihan Pembelajaran Terpadu................................................................ 14
2.5 Kelemahan Pembelajaran Terpadu............................................................... 16
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan............................................................................................... 17
3.2 Saran ........................................................................................................ 17
BAB IV DAFTAR PUSTAKA.......................................................................... 28
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum
Wr.Wb
Puji syukur senantiasa
selalu kita panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan limpahan rahmat,
taufik dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah
ini. Shalawat
serta salam tak lupa kita curahkan kepada Nabi Muhammad SAW yang telah
menunjukkan jalan kebaikan dan kebenaran di dunia dan akhirat kepada umat
manusia.
Makalah ini disusun guna
memenuhi tugas mata kuliah Pembelajaran Terpadu dan juga untuk khalayak ramai
sebagai bahan penambah ilmu pengetahuan serta informasi yang semoga bermanfaat.
Di dalam
makalah ini kami
menguraikan mengenai prinsip-prinsip dan kelebihan serta kelemahan
pembelajaran terpadu dan aspek yang menyertainya.
Dengan adanya makalah ini, penyusun mengucapkan
terimakasih kepada
1. Dr. Rusydi Ananda, M.Pd selaku dosen pembimbing mata
kuliah Pmbelajaran Terpadu
2. Orang
tua yang selalu memberikan nasihat dan motivasi agar selalu semangat.
3. Dan
semua pihak yang telah membantu dalam proses penyusunan makalah ini.
Sudah sepantasnya mereka mendapatkan ucapan terimakasih, dan penyusun
mendoakan semoga semua amal baik mereka akan mendapat balasan pahala dari Allah
Subhannawataala.
Peribahasa “Tidak ada gading yang
tak retak”. Dengan hati terbuka penyusun akan menerima kritik dan saran untuk
perbaikan atas kekurangan dalam menyusun makalah ini. Semoga makalah ini
bermanfaat bagi pembaca. Amin
Wa’alaikumsalam Wr.Wb Medan, 26 Maret 2018
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Dewasa ini setiap satuan pendidikan secara bertahap harus
melaksanakan pengelolaan penyelenggaraan pendidikan sesuai dengan Peraturan
Pemerintah no. 19 tentang Standar Nasional Pendidikan (SNP). SNP adalah
kriteria minimal tentang sistem pendidikan di seluruh wilayah hukum Negara
Kesatuan Republik Indonesia. PP no. 19 ini memberikan arahan tentang delapan
standar nasional pendidikan, yang meliputi: (a) standar isi; (b) standar
proses; (c) standar kompetensi lulusan; (d) standar pendidik dan tenaga
kependidikan; (e) standar sarana dan prasarana; (f) standar pengelolaan; (g)
standar pembiayaan; dan (h) standar penilaian pendidikan.
Peserta didik yang berada pada sekolah dasar kelas satu, dua, dan
tiga berada pada rentangan usia dini. Pada usia tersebut seluruh aspek
perkembangan kecerdasan seperti IQ, EQ, dan SQ tumbuh dan berkembang sangat
luar biasa. Pada umumnya mereka masih melihat segala sesuatu sebagai satu
keutuhan (berpikir holistik) dan
memahami hubungan antara konsep secara sederhana. Proses pembelajaran masih
bergantung kepada objek-objek konkret dan pengalaman yang dialami secara
langsung.
Saat ini, pelaksanaan kegiatan pembelajaran di
SD kelas I – III untuk setiap mata pelajaran dilakukan secara terpisah,
misalnya IPA 2 jam pelajaran, IPS 2 jam pelajaran, dan Bahasa Indonesia 2
jam pelajaran. Dalam pelaksanaan kegiatannya dilakukan
secara murni mata pelajaran yaitu hanya mempelajari materi yang berhubungan
dengan mata pelajaran itu. Sesuai dengan tahapan perkembangan anak yang masih
melihat segala sesuatu sebagai suatu keutuhan (berpikir holistik), pembelajaran yang menyajikan mata pelajaran secara terpisah akan
menyebabkan kurang mengembangkan anak untuk berpikir holistik dan membuat kesulitan bagi peserta didik.
Selain itu, dengan pelaksanaan pembelajaran yang terpisah,
muncul permasalahan pada kelas rendah (I-III) antara lain adalah tingginya
angka mengulang kelas dan putus sekolah. Angka mengulang kelas dan angka putus
sekolah peserta didik kelas I SD jauh lebih tinggi dibandingkan dengan kelas
yang lain. Data tahun 1999/2000 memperlihatkan bahwa angka mengulang kelas satu
sebesar 11,6% sementara pada kelas dua 7,51%, kelas tiga 6,13%, kelas empat
4,64%, kelas lima 3,1%, dan kelas enam 0,37%. Pada tahun yang sama angka putus
sekolah kelas satu sebesar 4,22%, masih jauh lebih tinggi jika dibandingkan
dengan kelas dua 0,83%, kelas tiga 2,27%, kelas empat 2,71%, kelas lima 3,79%,
dan kelas enam 1,78%.
Angka nasional tersebut semakin memprihatinkan jika dilihat dari
data di masing-masing propinsi terutama yang hanya memiliki sedikit taman
kanak-kanak. Hal itu terjadi terutama di daerah terpencil. Pada saat ini hanya
sedikit peserta didik kelas satu sekolah dasar yang mengikuti pendidikan
prasekolah sebelumnya. Tahun 1999/2000 tercatat hanya 12,61% atau 1.583.467
peserta didik usia 4-6 tahun yang masuk taman Kanak-kanak, dan kurang dari 5 %
peserta didik berada pada pendidikan prasekolah lain.
Permasalahan tersebut menunjukkan bahwa kesiapan sekolah sebagian
besar peserta didik kelas awal sekolah dasar di Indonesia cukup rendah.
Sementara itu, hasil penelitian menunjukkan bahwa peserta didik yang telah
masuk taman kanak-kanak memiliki kesiapan bersekolah lebih baik dibandingkan
dengan peserta didik yang tidak mengikuti pendidikan taman kanak-kanak. Selain
itu, perbedaan pendekatan, model, dan prinsip-prinsip pembelajaran antara kelas
awal sekolah dasar dengan pendidikan pra-sekolah dapat juga menyebabkan peserta
didik yang telah mengikuti pendidikan pra-sekolah pun dapat saja mengulang
kelas atau bahkan putus sekolah.
Atas dasar pemikiran di atas dan dalam rangka implementasi Standar
Isi yang termuat dalam Standar Nasional Pendidikan, maka pembelajaran terpadu
sangat penting untuk dilaksanakan di tingkat sekolah dasar, agar pembelajaran
di kelas tidak monoton, menyenangkan serta bermakna bagi kehidupan peserta
didik.
B.
Rumusan
Masalah
1.
Apakah Pengertian Prinsip Pembelajaran Terpadu
2.
Bagaimanakah Prinsip Pembelajaran
3.
Bagaimanakah Prinsip Pembelajaran Terpadu
4.
Bagaimanakah Kelebihan Pembelajaran Terpadu
5.
Bagaimanakah Kelemahan Pembelajaran Terpadu
C. Tujuan
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah
untuk menyelesaikan tugas kelompok dalam mata kuliah belajar dan pembelajaran
IPS dan segala aspeknya, seperti :
1.
Mengetahui Pengertian Prinsip Pembelajaran Terpadu
2.
Mengetahui Prinsip Pembelajaran
3.
Mengetahui Prinsip Pembelajaran Terpadu
4.
Mengetahui Kelebihan Pembelajaran Terpadu
5.
Mengetahui Kelemahan Pembelajaran Terpadu
D. Manfaat Penulisan
Manfaat
dari penulisan makalah ini adalah menambah pengetahuan kita mengenai Pengertian Prinsip
Pembelajaran Terpadu, Prinsip Pembelajaran, Prinsip Pembelajaran Terpadu, Kelebihan
Pembelajaran Terpadu dan Kelemahan Pembelajaran Terpadu
BAB II
PEMBAHASAN
2.1
Pengertian Prinsip Pembelajaran
Terpadu
Kata prinsip dalam
Kamus Besar Bahasa Indonesia merupakan kebenaran yang menjadi pokok dasar
berpikir, berpijak, bertindak, dan sebagainya. Dalam pengertian lain
disebutkan bahwa prinsip adalah kebenaran umum yang sudah terbukti. Sedangkan
pembelajaran berasal dari kata dasar ajar, yang memiliki arti sebuah proses,
cara, dan perbuatan yang menjadikan orang atau makhluk hidup memiliki
pengetahuan. Sedangkan terpadu yaitu kumpulan dari berbagai disiplin
ilmu melalui pemaduan isi, keterampilan dan sikap. Dari pengertian tersebut
dapat disimpulkan bahwa prinsip pembelajaran terpadu adalah suatu
landasan, konsep dasar, dan sumber yang menjadikan proses belajar yang
terjadi antara pendidik dengan peserta didik lebih dinamis dan terarah sesuai
dengan tema yang sudah dipadukan antar berbagai interdisipliner.
2.2 Prinsip Pembelajaran
1.
Perhatian
Dan Motivasi
Perhatian dalam
pembelajaran mempunyai peranan yang sangat penting. Kenyataan menunjukkan bahwa
tanpa perhatian tidak mungkin terjadi pembelajaran baik dari pihak guru sebagai
pengajar maupun dari pihak peserta didik yang belajar. Perhatian peserta didik
akan timbul apabila bahan pelajaran yang dihadapinya sesuai dengan
kebutuhannya, apabila bahan pelajaran itu sebagai sesuatu yang dibutuhkan tentu
perhatian untuk mempelajarinya semakin kuat.
Secara psikologis,
apabila sudah berkonsentrasi (memusatkan perhatian) pada sesuatu maka segala
stimulus yang lainnya tidak diperlukan. Akibat dari keadaan ini kegiatan yang
dilakukan tentu akan sangat cermat dan berjalan baik. Bahkan akan lebih mudah
masuk ke dalam ingatan, tanggapan yang terang, kokoh dan lebih mudah untuk
diproduksikan.
Motivasi juga
mempunyai peran penting dalam kegiatan pembelajaran. Seseorang akan berhasil
dalam belajar kalau keinginan untuk belajar itu timbul dari dirinya. Motivasi
dalam hal ini meliputi dua hal: a) mengetahui apa yang akan dipelajari, b)
memahami mengapa hal tersebut patut dipelajari. Kedua hal ini sebagai unsur
motivasi yang menjadi dasar permulaan yang baik untuk belajar. Sebab tanpa
kedua unsur tersebut kegiatan pembelajaran sulit untuk berhasil.
Seseorang yang
mempunyai motivasi yang cukup besar sudah dapat berbuat tanpa motivasi dari
luar dirinya. Itulah yang disebut motivasi intrinsic, atau tenaga pendorong
yang sesuai dengan perbuatan yang dilakukan. Sebaliknya, bila motivasi
intrinsiknya kecil, maka dia perlu motivasi dari luar yang disebut ekstrinsik,
atau tenaga pendorong yang ada di luar. Motivasi ekstrinsik ini berasal dari
guru, orang tua, teman, buku-buku dan sebagainya. Kedua motivasi ini
dibutuhkan untuk keberhasilan proses pembelajaran, namun yang memegang peranan
penting adalah peserta didik itu sendiri yang dapat memotivasi dirinya yang
didukung oleh kepawaian seorang guru dalam merancang pembelajaran yang dapat
merangsang minat sehingga motivasi peserta didik dapat dibangkitkan.
Motivasi dapat
merupakan tujuan dan alat pembelajaran. Sebagai tujuan, motivasi merupakan
salah satu tujuan dalam mengajar, sebagai alat, motivasi merupakan salah satu
faktor seperti halnya intelegensia dan hasil belajar sebelumnya yang dapat
menentukan keberhasilan belajar peserta didik dari segi kognitif, afektif dan
psikomotor.
2. Keaktifan
Mengajar adalah
proses membimbing pengalaman belajar. Pengalaman tersebut diperoleh apabila
peserta didik mempunyai keaktifan untuk bereaksi terhadap lingkungannya.
Apabila seorang anak ingin memecahkan suatu persoalan dia harus dapat berpikir
sistematis atau menurut langkah-langkah tertentu, termasuk dia menginginkan
suatu keterampilan tentunya harus pula dapat menggerakan otot-ototnya untuk
mencapainya.
Termasuk dalam
pembelajaran, peserta didik harus selalu aktif. Mulai dari kegiatan fisik yang
mudah diamati sampai pada kegiatan psikis yang susah diamati. Dengan demikian
belajar yang berhasil harus melalui banyak aktifitas baik fisik maupun psikis.
Bukan hanya sekedar menghafal sejumlah rumus-rumus atau informasi taetapi
belajar harus berbuat, seperti membaca, mendengar, menulis, berlatih
keterampilan-keterampilan, dan sebagainya.
Prinsip aktifitas di
atas menurut pandangan psikologis bahwa segala pengetahuan harus diperoleh
melalui pengamatan dan pengalaman sendiri. Jiwa memiliki energy sendiri dan
dapat menjadi aktif karena didorong oleh kebutuhan-kebutuhan. Sadi, dalam
pembelajaran yang mengolah dan merencana adalah peserta didik dengan kemauan,
kemampuan, bakat dan latar belakang masing-masing, guru hanya merangsang
keaktifan peserta didik dengan menyajikan bahan
pelajaran.disengaja atau sekehendak, hal ini diperlukan motivasi.
3. Keterlibatan langsung
Prinsip keterlibatan
langsung merupakan hal yang penting dalam pembelajaran. Pembelajaran sebagai
aktifitas mengajar dan belajar, maka guru harus terlibat langsung begitu juga
peserta didik. Prinsip keterlibatan langsung ini mencakup keterlibatan langsung
secara fisik maupun non fisik. Prinsip ini diarahkan agar peserta didik merasa
dirinya penting dan berharga dalam kelas sehingga dia bisa menikmati jalannya
pembelajaran.
Edge Dale dalam
Dimyati mengatakan bahwa: “belajar yang baik adalah belajar melalui pengalaman
langsung”. Pembelajaran dengan pengalaman ini bukan sekedar duduk dalam kelas
ketika guru sedang menjalankan pelajaran, tetapi bagaimana peserta didik
terlibat langsung dalam proses pembelajaran tersebut. Kegiatan pembelajaran
yang ditetapkan guru berarti pengalaman belajar bagi peserta didik.
4. Pengulangan
Prinsip pembelajaran
yang menekankan pentingnya pengulangan yang barangkali paling tua seperti yang
dikemukakan oleh teori psikologi daya. Menurut teori ini bahwa belajar adalah
melihat daya-daya yang ada pada manusia yang terdiri dari daya mengamat,
menangkap, mengingat, menghayal, merasakan, berpikir dan sebagainya. Daya-daya
tersebut akan berkembang.
Teori lain yang
menekankan prinsip pengulangan adalah teori koneksionisme. Tokohnya yang
terkenal adalah Thorndike dengan teorinya yang terkenal pula yaitu “law of
exercise” bahwa belajar ialah pembentukan hubungan antara stimulus dan
respon, dan pengulangan terhadap pengalaman-pengalaman itu memperbesar
timbulnya respon benar. Selanjutnya teori dari phychology conditioning
respons sebagai perkembangan lebih lanjut dari teori konseksionisme
yang dimotori oleh Pavlov yang mengemukakan bahwa perilaku individu dapat
dikondisikan dan belajar merupakan upaya untuk mengkondisikan suatu perilaku
atau respons terhadap sesuatu. Begitu pula mengajar membentuk kebiasaan,
mengulang-ulang sesuatu perbuatan sehingga menjadi suatu kebiasaan dan
pembiasaan yang sesungguhnya, tetapi dapat juga oleh stimulus penyerta.
Ketiga teori di atas
menekankan pentingnya prinsip pengulangan dalam pembelajaran walaupun dengan
tujuan yang berbeda. Teori yang pertama menekankan pengulangan untuk melatih
daya-daya jiwa, sedangkan teori yang kedua dan ketiga menekankan pengulangan
untuk membentuk respons yang benar dan membentuk kebiasaan.
Meskipun
ketiga teori ini tidak dapat dipakai untuk menerangkan semua bentuk belajar,
tetapi masih dapat digunakan karena pengulangan masih relevan sebagai
dasar pembelajaran. Sebab, dalam pembelajaran masih sangat dibutuhkan
pengulangan-pengulangan atau latihan-latihan. Hubungan stimulus dan respons
akan bertambah erat kalau sering dipakai dan akan berkurang bahkan hilang sama
sekali jika jarang atau tidak pernah digunakan. Oleh karena itu, perlu banyak
latihan,
pengulangan, dan pembiasaan
5. Tantangan
Kuantzu dalam Azhar Arsyad
mengatakan”if you give a man fish, he will have a single meal. If you teach
him how to fish he will eat all his life”. Pernyataan Kuantzu ini senada
dengan prinsip pembelajaran yang berupa tantangan, karena peserta didik tidak
merasa tertantang bila hanya sekedar disuapi sehingga dirinya tinggal menelan
apa yang diberikan oleh guru. Sebab, tanpa tantangan peserta didik merasa masa
bodoh dan kurang kreatif sehingga tidak berkesan materi yang diterimanya.
Agar pada diri
peserta didik timbul motivasi yang kuat untuk mengatasi hambatan dengan baik, maka materi
pembelajaran juga harus menantang sehingga peserta didik bergairah untuk
mengatasinya.Hal ini sejalan dengan prinsip pembelajaran dengan salah satu
prinsip konsep contextual teaching and learning yaitu inkuiri. Di mana
dijelaskan bahwa inkuiri merupakan proses pembelajaran yang berdasarkan pada
pencarian dan penemuan melalui proses berpikir secara sistematis. Jadi, peserta
didik akan bersungguh-sungguh dalam menemukan masalahnya terlebih dahulu
kemudian menemukan sendiri jalan keluarganya.
6. Balikan dan penguatan
Prinsip pembelajaran yang berkaitan dengan balikan dan
penguatan, ditekankan oleh teori operant conditioning, yaitu law of
effect. Bahwa peserta didik akan belajar bersemangat
apabila mengaetahui dan mendapatkan hasil yang baik. Hasil yang baik merupakan
balikan yang menyenangkan dan berpengaruh baik bagi hasil usaha belajar
selanjutnya.
Namun dorongan belajar tidak saja oleh penguatan yang menyenangkan atau
penguatan positif, penguatan negatif pun dapat berpengaruh pada hasil belajar
selanjutnya.
Apabila peserta didik
memperoleh nilai yang baik dalam ulangan tentu dia akan belajar
bersungguh-sungguh untuk memperoleh nilai yang lebih baik untuk selanjutnya.
Karena nilai yang baik itu merupakan penguatan yang positif sebaliknya, bila
peserta didik memperoleh nilai yang kurang baik tentu dia merasa takut tidak
naik kelas, dia terdorong pula untuk lebih giat. Inilah yang disebut penguatan
negatif yang berarti bahwa peserta didik mencoba menghindar dari peristiwa yang
tidak menyenangkan.
Format sajian berupa
Tanya jawab, eksperimen, diskusi, metode penemuan sebagainya merupakan cara
pembelajaran yang memungkinkan terjadinya balikan dan penguatan. Balikan yang
diperoleh peserta didik setelah belajar dengan menggunakan metode-metode akan
menarik yang membuat peserta didik terdorong untuk belajar lebih bersemangat.[1] Jadi,
berdasarkan penjelasan diatas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa prinsip
pembelajaran terdiri dari beberapa poin yaitu:
1.
Perhatian Dan Motivasi, 2. Keaktifan, 3. Keterlibatan langsung, 4. Pengulangan,
5.Tantangan, dan 6. Balikan dan penguatan
2.3 Prinsip Pembelajaran Terpadu
Berikut ini dikemukakan pula prinsip-prinsip dalam pembelajaran terpadu
yaitu meliputi : 1) prinsip penggalian tema, 2) prinsip pelaksanaan
pembelajaran terpadu, 3) prinsip evaluasi dan 4) prinsip reaksi.
1.
Prinsip
penggalian tema antara lain :
a). Tema hendaknya
tidak terlalu luas, namun dengan mudah dapat digunakan memadukan banyak bidang
studi,
b). Tema harus
bermakna artinya bahwa tema yang dipilih untuk dikaji harus memberikan bekal
bagi siswa untuk belajar selanjutnya
c). Tema harus
disesuaikan dengan tingkat perkembangan psikologis anak.
d). Tema yang
dikembangkan harus mampu mewadahi sebagian besar minat anak,
e). Tema yang dipilih
hendaknya mempertimbangkan penstiwa-peristiwa otentik yang terjadi dalam
rentang waktu belajar,
f) Tema yang dipilih
hendaknya mempertimbangkan kurikulum yang berlaku, serta harapan dari
masyarakat,
g). Tema yang dipilih
hendaknya juga mempertimbangkan ketersediaan sumber belajar.
2. Prinsip pengelolaan pembelajaran:
a) guru hendaknya
jangan menjadi “single actor “ yang mendominasi pembicaraan dalam
proses belajar mengajar,
b) pemberian tanggung jawab individu dan kelompok harus
jelas dalam setiap tugas yang menuntut adanya kerjasarna kelompok,
c) guru perlu akomodatif terhadap ide-ide yang terkadang
sama sekali tidak terpikirkan dalam poses perencanaan.
3. Prinsip evaluatif adalah :
a). memberi
kesempatan kepada siswa untuk melakukan evaluasi diri di samping bentuk
evaluasi lainnya,
b) guru perlu
mengajak siswa untuk mengevaluasi perolehan belajar yang telah dicapai
berdasarkan kriteria keberhasilan pencapaian tujuan yang telah disepakati dalam
kontrak.
4. Prinsip
reaksi
Dampak pengiring yang penting bagi perilaku secara
sadar belum tersentuh oleh guru dalam kegiatan belajar mengajar. Karena itu,
guru dituntut agar mampu merencanakan dan melaksanakan pembelajaran sehingga
tercapai secara tuntas tujuan-tujuan pembelajaran. Guru harus bereaksi terhadap
reaksi siswa dalam semua “event “ yang tidak diarahkan ke aspek yang sempit
tetapi ke suatu kesatuan utuh dan bermakna.[2]
Sama halnya dengan Hernawan dan Resmini (2005:1:14)
menjelaskan beberapa prinsip yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan
pembelajaran terpadu yaitu: 1. Prinsip pada saat penggalian tema-tema, 2.
Prinsip pada pelaksanaan pembelajaran dan 3. Prinsip pelaksanaan penilaian.
1.
Prinsip pada saat penggalian tema-tema
Prinsip yang perlu
diperhatikan pada saat penggalian tema-tema adalah:
a). Tema hendaknya
tidak terlalu luas, namun dengan mudah dapat digunakan memadukan banyak bidang
studi,
b). Tema harus
bermakna artinya bahwa tema yang dipilih untuk dikaji harus memberikan bekal
bagi siswa untuk belajar selanjutnya
c). Tema harus
disesuaikan dengan tingkat perkembangan psikologis anak.
d). Tema yang
dikembangkan harus mampu mewadahi sebagian besar minat anak,
e). Tema yang dipilih
hendaknya mempertimbangkan penstiwa-peristiwa otentik yang terjadi dalam
rentang waktu belajar,
f) Tema yang dipilih
hendaknya mempertimbangkan kurikulum yang berlaku, serta harapan dari
masyarakat,
g). Tema yang dipilih
hendaknya juga mempertimbangkan ketersediaan sumber belajar.
2. Prinsip pada proses pelaksanaan
pembelajaran terpadu
a) guru hendaknya jangan menjadi “single actor “ yang
mendominasi pembicaraan dalam proses belajar mengajar,
b) pemberian tanggung jawab individu dan kelompok harus
jelas dalam setiap tugas yang menuntut adanya kerjasarna kelompok,
c) guru perlu akomodatif terhadap ide-ide yang terkadang
sama sekali tidak terpikirkan dalam poses perencanaan.
3. Prinsip dalam proses penilaian pembelajaran terpadu
a). Memberi kesempatan kepada siswa untuk melakukan
evaluasi diri di samping bentuk evaluasi lainnya,
b). Guru perlu
mengajak siswa untuk mengevaluasi perolehan belajar yang telah dicapai
berdasarkan kriteria keberhasilan pencapaian tujuan yang telah disepakati dalam
kontrak.[3]
Sementara itu prinsip pembelajran terpadu menurut Saud dkk (2006)
memaparkan sebagai berikut:
1.
Peserta didik tidak hanya terpakku pada pernyataan atau pokok bahasa
tertentu, sangat memungkinkan pembelajaran yang dikembangkan memuat pesan yang
“tersembunyi” penuh makna bagi peserta didik.
2.
Perlu dipertimbangkan mana yang perlu didahulukan dalam pemilihan topik
atau tema belajar, waktu belajar, serta penilaian kemajuan.
3.
Lingkungan belajar dikelas memberikan kebebasan bagi peserta didik untuk
berpikir dan berkreativitas
4.
Masyarakat sekitar membuka dan memberikan wawasan untuk pengembangan
pembelajaran di sekolah
5.
Peserta didik memperoleh sikap dan norma dari lingkungan masyarakat
termasuk rumah, sekolah dan panutannya, baik verbal maupun nonverbal.[4]
Jadi berdasarkan
penjelasan mengenai prinsip-prinsip pembelajaran terpadu dapat disimpulkan
bahwa prinsip pembelajaran terdiri dari beberapa hal yaitu
1.
Prinsip penggalian tema
2.
Prinsip pengelolaan pembelajaran
3.
Prinsip evaluasi
4.
Prinsip reaksi
5.
Prinsip proses penilaian pembelajaran terpadu.
2.4 Kelebihan
Pembelajaran Terpadu
Kelebihan pembelajaran terpadu dikemukakan oleh Tim
Pengembang PGSD (1996: 7-8). Adapun kelebihannya dijabarkan sebagai berikut.
a. Pengalaman
dan kegiatan belajar anak akan selalu relevan dengan tingkat perkembangan anak.
b. Kegiatan
dipilih sesuai dengan minat dan kebutuhan belajar anak.
c. Seluruh
kegiatan belajar lebih bermakna bagi anak sehingga hasil belajar akan dapat
bertahan lebih lama.
d. Menumbuh kembangkan anak dalam
berfikir.
e. Menyajikan
kegiatan yang bersifat pragmatis sesuai dengan permasalahan yang sering ditemui
dalam lingkungan anak.
f. Menumbuh
kembangkan keterampilan sosial anak seperti kerja sama, toleransi, komunikasi
dan respek terhadap gagasan orang lain.
Kelebihan pembelajaran terpadu juga diungkapkan
oleh Trianto (2011: 153) bahwa pembelajaran terpadu memiliki keuntungan yang
dapat dicapai sebagai berikut.
a. Siswa mudah
memusatkan perhatian pada suatu tema tertentu.
b. Siswa mampu
mempelajari pengetahuan dan mengembangkan berbagai kompetensi dasar antar isi
mata pelajaran dalam tema yang sama.
c. Pemahaman
materi pelajaran lebih mendalam dan berkesan.
d. Kompetensi
dasar dapat dikembangkan lebih baik dengan mengkaitkan mata pelajaran lain
dengan pengalaman pribadi siswa.
e. Lebih dapat merasakan manfaat dan makna
belajar karena materi disajikan dalam konteks tema yang jelas.
f. Siswa lebih bergairah belajar karena dapat berkomunikasi dalam situasi
nyata, untuk mengembangkan suatu
kemampuan dalam satu mata pelajaran sekaligus mempelajari matapelajaran lain.
g. Guru dapat menghemat waktu karena mata pelajaran yang disajikan secara
tematik dapat dipersiapkaan sekaligus dan diberikan dalam dua atau tiga
pertemuan, waktu selebihnya dapat digunakan untuk kegiatan remedial,
pemantapan, atau pengayaan materi. Alasan yang mendasari untuk meggunakan model
pembelajaran tematik bahwa dunia anak adalah nyata, proses pemahaman anak
terhadap suatu konsep dalam suatu peristiwa atau objek lebih terorganisasi,
pembelajaran lebih bermakna, memberi peluang siswa untuk mengembangkan
kemampuan diri, meperkuat kemampuan yang diperoleh dan efisiensi waktu.
Berdasarkan kajian di atas dapat ditegaskan bahwa pembelajaran tematik
dilakukan dengan maksud sebagai upaya untuk memperbaiki dan meningkatkan
kualitas pendidikan, terutama untuk mengimbangi padatnya kurikulum serta lebih
menekankan partisipasi/keterlibatan siswa dalam belajar
Kelebihan
tersebut didasari oleh beberapa alasan.
1. Materi
pelajaran menjadi dekat dengan kehidupan anak sehingga anak dengan mudah
memahami sekaligus melakukannya.
2. Siswa juga dengan mudah dapat mengaitkan
hubungan materi pelajaran di mata pelajaran yang satu dengan mata pelajaran
lainnya.
3. Dengan bekerja dalam kelompok, siswa juga dapat
mengembangkan kemampuan belajarnya dalam aspek afektif dan psikomotorik, selain
aspek kognitif.
4. Pembelajaran terpadu mengakomodir jenis
kecerdasan siswa.
5. Dengan pendekatan pembelajaran terpadu guru
dapat dengan mudah menggunakan belajar siswa aktif sebagai metode pembelajaran.
Dapat disimpulkan bahwa
kelebihan pembelajaran terpadu adalah:
1.
Pengalaman dan kegiatan
belajar peserta didik akan selalu relevan dengan tingkat perkembangan anak.
2.
Kegiatan yang dipilih dapat
disesuaikan dengan minat dan kebutuhan peserta didik.
3.
Seluruh kegiatan belajar
lebih bermakna bagi peserta didik sehingga hasil belajar akan dapat bertahan
lebih lama.
4.
Pembelajaran terpadu
menumbuhkembangkan keterampilan berpikir dan sosial peserta didik.
5.
Pembelajaran terpadu
menyajikan kegiatan yang bersifat pragmatis dengan permasalahan yang sering
ditemui dalam kehidupan/lingkungan riil peserta didik.
6.
Jika pembelajaran terpadu
dirancang bersama, dapat meningkatkan kerja sama antar guru bidang kajian
terkait, guru dengan peserta didik, peserta didik dengan peserta didik, peserta
didik/guru dengan nara sumber; sehingga belajar lebih menyenangkan, belajar
dalam situasi nyata, dan dalam konteks yang lebih bermakna.
2.5 KelemahanPembelajaran Terpadu
Kekurangan model pembelajaran terpadu dikemukakan
oleh Tim Pengembang PGSD (1996: 7-8. Kelemahan model pembelajaran
terpadu adalah sulit dalam menyeleksi tema, cenderung untuk merumuskan tema
yang dangkal dan dalam pembelajaran, guru lebih memusatkan perhatian pada
kegiatan dari pada pengembangan konsep.
Sementara
itu Puskur,
Balitbang Diknas mengidentifikasi beberapa
kelemahan pembelajaran terpadu antara lain dapat ditinjau dari beberapa aspek,
yaitu sebagai berikut.
1. Aspek Guru
Guru harus
berwawasan luas, memiliki kreativitas tinggi, keterampilan metodologis yang
handal, rasa percaya diri yang tinggi dan berani mengemas dan mengembangkan
materi. Secara akademik, guru dituntut untuk terus menggali informasi ilmu
pengetahuan yang berkaitan dengan materi yang akan diajarkan dan banyak membaca
buku agar penguasaan bahan ajar tidak terfokus pada bidang kajian tertentu
saja.
2. Aspek Peserta Didik
Pembelajaran
terpadu memerlukan bahan bacaan atau sumber informasi yang cukup banyak dan
bervariasi, mungkin juga fasilitas internet. Semua ini akan menunjang,
memperkaya, dan mempermudah pengembangan wawasan. Bila sarana ini tidak
dipenuhi, maka penerapan pembelajaran terpadu juga akan terlambat.
3. Aspek Kurikulum
Kurikulum harus
luwes, berorientasi pada pencapaian ketuntasan pemahaman peserta didik (bukan
pada pencapaian target penyampaian materi). Guru perlu diberi kewenangan dalam
mengembangkan materi, metode, penilaian keberhasilan pembelajaran peserta
didik.
4. Aspek Penilaian
Pembelajaran
terpadu memerlukan cara penilaian yang menyeluruh (komprehensif), yaitu
menetapkan keberhasilan belajar peserta didik dari beberapa bidang kajian
terkait yang dipadukan.
5. Aspek Suasana Pembelajaran
Pembelajaran
terpadu berkecenderungan mengutamakan salah satu bidang kajian dan
‘tenggelam’nya bidang kajian lain. Dengan kata lain, pada saat mengerjakan
sebuah tema, maka guru berkecenderungan menekankan atau mengutamakan substansi
gabungan tersebut sesuai dengan pemahaman, selera, dan latar belakang
pendidikan guru itu sendiri.
Jadi,
kesimpulan yang dapat diambil bahwa kelemahan dalam pembelajaran terpadu
disebabkan oleh beberapa aspek yaitu aspek guru, peserta didik, kurikulum,
penilaian dan juga aspeksuasana pembelajaran
BAB III
PENUTUP
1.Kesimpulan
Pembelajaran terpadu terdiri dari
beberapa prinsip yaitu:
1. Prinsip pada saat penggalian
tema-tema
2.
Prinsip pada proses pelaksanaan pembelajaran terpadu
3.
Prinsip dalam proses penilaian pembelajaran terpadu
4.
Prinsip evaluasi
5.
Prinsip reaksi
Selain terdiri dari beberapa prinsip pembelajaran terpadu
juga memiliki kelebihan dan kelemahan yaitu:
a.
Kelebihan pembelajaran terpadu
1.
Mendorong guru untuk mengembangkan kreativitas
2.
Memberikan peluang bagi guru untuk mengembangkan situasi
pembelajaran yang utuh dan menyeluruh
3.
Mempermudah dan memotivasi peserta didik untuk mengenal,
menerima, menyerap dan memahami keterkaitan atau hubungan antara konsep,
pengetahuan, nilai dan sikap
b.
Kelemahan pembelajaran terpadu
1.
Dilihat dari aspek guru
2.
Dilihat dari aspek peserta didik
3.
Dilihat dari sarana atau sumber pembelajran
4.
Dilihat dari aspek kurikulum
5.
Dilihat dari aspek penilaian.
3.2 Saran
Demikian makalah yang telah diselesaikan oleh penulis. Semoga makalah
ini bisa bermanfaat bagi semua kalangan khususnya para pendidik serta calon
pendidik.Untuk memperbaiki kualitas,maka penulis mengharapkan kritik dan saran
agar makalah ini menjadi lebih baik.
DAFTAR PUSTAKA
Tim Pengembang PGSD. 2001. Pembelajaran Terpadu. Bandung: CV. MAULANA.
Trianto.
2007. Model Pembelajaran
Terpadu Dalam Teori Dan Praktek. Jakarta: Prestasi Pustaka Publisher
Hernawan Dan
Resmini. 2005. Pembelajaran Terpadu. Jakarta: Universitas Terbuka
Ananda Rusydi, Abdillah. 2018. Pembelajaran
Terpadu Karakteristik, Landasan, Fungsi, Prinsip Dan Model. Medan: LPPPI
[2] Trianto. 2007. Model Pembelajaran Terpadu Dalam
Teori Dan Praktek. Jakarta: Prestasi Pustaka Publisher
[3] Hernawan Dan Resmini. 2005. Pembelajaran
Terpadu. Jakarta: Universitas Terbuka
[4]Ananda Rusydi, Abdillah. 2018. Pembelajaran
Terpadu Karakteristik, Landasan, Fungsi, Prinsip Dan Model. Medan: LPPPI