Sabtu, 02 Juni 2018

PRINSIP-PRINSIP DAN KELEMAHAN SERTA KELEBIHAN PEMBELAJARAN TEPADU


PRINSIP-PRINSIP DAN KELEMAHAN SERTA KELEBIHAN PEMBELAJARAN TEPADU
(Makalah Ini Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Pembelajaran Terpadu)
Dosen Penggampu: Dr. Rusydi Ananda, M.Pd
Disusun Oleh:













 






ELIN SURYANI (0309162022)
SITI RAHMAH (0309162048)
RAUDATUL ZANNAH (0309162022)


Description: djhdcsolk.jpg
 








PEDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SUMATERA UTARA
MEDAN
T.A 2016/2017
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI........................................................................................................... 2
KATA PENGANTAR............................................................................................ 3
BAB I PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang Masalah.............................................................................. 4
1.2  Rumusan Masalah ....................................................................................... 4
1.3  Tujuan Penelitian......................................................................................... 5
1.4  Manfaat Penelitian....................................................................................... 6
BAB II PEMBAHASAN
2.1  Pengertian Prinsip Pembelajaran Terpadu.................................................... 7
2.2  Prinsip Pembelajaran.................................................................................... 7
2.3  Prinsip Pembelajaran Terpadu...................................................................... 11
2.4 Kelebihan Pembelajaran Terpadu................................................................ 14
2.5 Kelemahan Pembelajaran Terpadu............................................................... 16
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan............................................................................................... 17
3.2 Saran ........................................................................................................ 17
BAB IV DAFTAR PUSTAKA.......................................................................... 28












KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr.Wb

Puji syukur senantiasa selalu kita panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan limpahan rahmat, taufik dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini. Shalawat serta salam tak lupa kita curahkan kepada Nabi Muhammad SAW yang telah menunjukkan jalan kebaikan dan kebenaran di dunia dan akhirat kepada umat manusia.

Makalah ini disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Pembelajaran Terpadu dan juga untuk khalayak ramai sebagai bahan penambah ilmu pengetahuan serta informasi yang semoga bermanfaat. Di dalam makalah ini kami menguraikan mengenai prinsip-prinsip dan kelebihan serta kelemahan pembelajaran terpadu dan aspek yang menyertainya.
Dengan adanya makalah ini, penyusun mengucapkan terimakasih kepada
1.     Dr. Rusydi Ananda, M.Pd selaku dosen pembimbing mata kuliah Pmbelajaran Terpadu
2.      Orang tua yang selalu memberikan nasihat dan motivasi agar selalu semangat.
3.      Dan semua pihak yang telah membantu dalam proses penyusunan makalah ini.
        Sudah sepantasnya mereka mendapatkan ucapan terimakasih, dan penyusun mendoakan semoga semua amal baik mereka akan mendapat balasan pahala dari Allah Subhannawataala.
        Peribahasa  “Tidak ada gading yang tak retak”. Dengan hati terbuka penyusun akan menerima kritik dan saran untuk perbaikan atas kekurangan dalam menyusun makalah ini. Semoga makalah ini bermanfaat bagi pembaca. Amin

Wa’alaikumsalam Wr.Wb                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                       Medan, 26 Maret 2018
                                                                                                                      


                                                                                                            Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang

Dewasa ini setiap satuan pendidikan secara bertahap harus melaksanakan pengelolaan penyelenggaraan pendidikan sesuai dengan Peraturan Pemerintah no. 19 tentang Standar Nasional Pendidikan (SNP). SNP adalah kriteria minimal tentang sistem pendidikan di seluruh wilayah hukum Negara Kesatuan Republik Indonesia. PP no. 19 ini memberikan arahan tentang delapan standar nasional pendidikan, yang meliputi: (a) standar isi; (b) standar proses; (c) standar kompetensi lulusan; (d) standar pendidik dan tenaga kependidikan; (e) standar sarana dan prasarana; (f) standar pengelolaan; (g) standar pembiayaan; dan (h) standar penilaian pendidikan.
Peserta didik yang berada pada sekolah dasar kelas satu, dua, dan tiga berada pada rentangan usia dini. Pada usia tersebut seluruh aspek perkembangan kecerdasan seperti IQ, EQ, dan SQ tumbuh dan berkembang sangat luar biasa. Pada umumnya mereka masih melihat segala sesuatu sebagai satu keutuhan (berpikir holistik) dan memahami hubungan antara konsep secara sederhana. Proses pembelajaran masih bergantung kepada objek-objek konkret dan pengalaman yang dialami secara langsung.
Saat ini, pelaksanaan kegiatan pembelajaran di SD  kelas I – III untuk setiap mata pelajaran dilakukan secara terpisah, misalnya IPA  2 jam pelajaran, IPS 2 jam pelajaran, dan Bahasa Indonesia 2 jam pelajaran. Dalam pelaksanaan kegiatannya dilakukan secara murni mata pelajaran yaitu hanya mempelajari materi yang berhubungan dengan mata pelajaran itu. Sesuai dengan tahapan perkembangan anak yang masih melihat segala sesuatu sebagai suatu keutuhan (berpikir holistik), pembelajaran yang menyajikan mata pelajaran secara terpisah akan menyebabkan kurang mengembangkan anak untuk berpikir holistik dan membuat kesulitan bagi peserta didik.
Selain itu, dengan pelaksanaan pembelajaran yang terpisah,  muncul permasalahan pada kelas rendah (I-III) antara lain adalah tingginya angka mengulang kelas dan putus sekolah. Angka mengulang kelas dan angka putus sekolah peserta didik kelas I SD jauh lebih tinggi dibandingkan dengan kelas yang lain. Data tahun 1999/2000 memperlihatkan bahwa angka mengulang kelas satu sebesar 11,6% sementara pada kelas dua 7,51%, kelas tiga 6,13%, kelas empat 4,64%, kelas lima 3,1%, dan kelas enam 0,37%. Pada tahun yang sama angka putus sekolah kelas satu sebesar 4,22%, masih jauh lebih tinggi jika dibandingkan dengan kelas dua 0,83%, kelas tiga 2,27%, kelas empat 2,71%, kelas lima 3,79%, dan kelas enam 1,78%.
Angka nasional tersebut semakin memprihatinkan jika dilihat dari data di masing-masing propinsi terutama yang hanya memiliki sedikit  taman kanak-kanak. Hal itu terjadi terutama di daerah terpencil. Pada saat ini hanya sedikit peserta didik kelas satu sekolah dasar yang mengikuti pendidikan prasekolah sebelumnya. Tahun 1999/2000 tercatat hanya 12,61% atau 1.583.467 peserta didik usia 4-6 tahun yang masuk taman Kanak-kanak, dan kurang dari 5 % peserta didik berada pada  pendidikan prasekolah lain.
Permasalahan tersebut menunjukkan bahwa kesiapan sekolah sebagian besar peserta didik kelas awal sekolah dasar di Indonesia cukup rendah. Sementara itu, hasil penelitian menunjukkan bahwa peserta didik yang telah masuk taman kanak-kanak memiliki kesiapan bersekolah lebih baik dibandingkan dengan peserta didik yang tidak mengikuti pendidikan taman kanak-kanak. Selain itu, perbedaan pendekatan, model, dan prinsip-prinsip pembelajaran antara kelas awal sekolah dasar dengan pendidikan pra-sekolah dapat juga menyebabkan peserta didik yang telah mengikuti pendidikan pra-sekolah pun dapat saja mengulang kelas atau bahkan putus sekolah.
Atas dasar pemikiran di atas dan dalam rangka implementasi Standar Isi yang termuat dalam Standar Nasional Pendidikan, maka pembelajaran terpadu sangat penting untuk dilaksanakan di tingkat sekolah dasar, agar pembelajaran di kelas tidak monoton, menyenangkan serta bermakna bagi kehidupan peserta didik.
           
B.     Rumusan Masalah
1.      Apakah Pengertian Prinsip Pembelajaran Terpadu
2.      Bagaimanakah Prinsip Pembelajaran
3.      Bagaimanakah Prinsip Pembelajaran Terpadu
4.      Bagaimanakah Kelebihan Pembelajaran Terpadu
5.      Bagaimanakah Kelemahan Pembelajaran Terpadu

C. Tujuan
     Tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk menyelesaikan tugas kelompok dalam mata kuliah belajar dan pembelajaran IPS dan segala aspeknya, seperti :
1.      Mengetahui Pengertian Prinsip Pembelajaran Terpadu
2.      Mengetahui Prinsip Pembelajaran
3.      Mengetahui Prinsip Pembelajaran Terpadu
4.      Mengetahui Kelebihan Pembelajaran Terpadu
5.      Mengetahui Kelemahan Pembelajaran Terpadu
D. Manfaat Penulisan
Manfaat dari penulisan makalah ini adalah menambah pengetahuan kita mengenai Pengertian Prinsip Pembelajaran Terpadu, Prinsip Pembelajaran, Prinsip Pembelajaran Terpadu, Kelebihan Pembelajaran Terpadu dan Kelemahan Pembelajaran Terpadu





























BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Prinsip Pembelajaran Terpadu
Kata prinsip dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia merupakan kebenaran yang menjadi pokok dasar berpikir, berpijak, bertindak, dan sebagainya. Dalam  pengertian lain disebutkan bahwa prinsip adalah kebenaran umum yang sudah terbukti. Sedangkan pembelajaran berasal dari kata dasar ajar, yang memiliki arti sebuah proses, cara, dan perbuatan yang menjadikan orang atau makhluk hidup memiliki pengetahuan. Sedangkan terpadu yaitu kumpulan dari berbagai disiplin ilmu melalui pemaduan isi, keterampilan dan sikap. Dari pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa prinsip  pembelajaran terpadu adalah suatu landasan, konsep dasar, dan sumber yang menjadikan  proses belajar yang terjadi antara pendidik dengan peserta didik lebih dinamis dan terarah sesuai dengan tema yang sudah dipadukan antar berbagai interdisipliner.

2.2 Prinsip Pembelajaran
 1. Perhatian Dan Motivasi
Perhatian dalam pembelajaran mempunyai peranan yang sangat penting. Kenyataan menunjukkan bahwa tanpa perhatian tidak mungkin terjadi pembelajaran baik dari pihak guru sebagai pengajar maupun dari pihak peserta didik yang belajar. Perhatian peserta didik akan timbul apabila bahan pelajaran yang dihadapinya sesuai dengan kebutuhannya, apabila bahan pelajaran itu sebagai sesuatu yang dibutuhkan tentu perhatian untuk mempelajarinya semakin kuat.
Secara psikologis, apabila sudah berkonsentrasi (memusatkan perhatian) pada sesuatu maka segala stimulus yang lainnya tidak diperlukan. Akibat dari keadaan ini kegiatan yang dilakukan tentu akan sangat cermat dan berjalan baik. Bahkan akan lebih mudah masuk ke dalam ingatan, tanggapan yang terang, kokoh dan lebih mudah untuk diproduksikan.
Motivasi juga mempunyai peran penting dalam kegiatan pembelajaran. Seseorang akan berhasil dalam belajar kalau keinginan untuk belajar itu timbul dari dirinya. Motivasi dalam hal ini meliputi dua hal: a) mengetahui apa yang akan dipelajari, b) memahami mengapa hal tersebut patut dipelajari. Kedua hal ini sebagai unsur motivasi yang menjadi dasar permulaan yang baik untuk belajar. Sebab tanpa kedua unsur tersebut kegiatan pembelajaran sulit untuk berhasil.
Seseorang yang mempunyai motivasi yang cukup besar sudah dapat berbuat tanpa motivasi dari luar dirinya. Itulah yang disebut motivasi intrinsic, atau tenaga pendorong yang sesuai dengan perbuatan yang dilakukan. Sebaliknya, bila motivasi intrinsiknya kecil, maka dia perlu motivasi dari luar yang disebut ekstrinsik, atau tenaga pendorong yang ada di luar. Motivasi ekstrinsik ini berasal dari guru, orang tua, teman, buku-buku dan sebagainya.  Kedua motivasi ini dibutuhkan untuk keberhasilan proses pembelajaran, namun yang memegang peranan penting adalah peserta didik itu sendiri yang dapat memotivasi dirinya yang didukung oleh kepawaian seorang guru dalam merancang pembelajaran yang dapat merangsang minat sehingga motivasi peserta didik dapat dibangkitkan.
Motivasi dapat merupakan tujuan dan alat pembelajaran. Sebagai tujuan, motivasi merupakan salah satu tujuan dalam mengajar, sebagai alat, motivasi merupakan salah satu faktor seperti halnya intelegensia dan hasil belajar sebelumnya yang dapat menentukan keberhasilan belajar peserta didik dari segi kognitif, afektif dan psikomotor.
2.      Keaktifan
Mengajar adalah proses membimbing pengalaman belajar. Pengalaman tersebut diperoleh apabila peserta didik mempunyai keaktifan untuk bereaksi terhadap lingkungannya. Apabila seorang anak ingin memecahkan suatu persoalan dia harus dapat berpikir sistematis atau menurut langkah-langkah tertentu, termasuk dia menginginkan suatu keterampilan tentunya harus pula dapat menggerakan otot-ototnya untuk mencapainya.
Termasuk dalam pembelajaran, peserta didik harus selalu aktif. Mulai dari kegiatan fisik yang mudah diamati sampai pada kegiatan psikis yang susah diamati. Dengan demikian belajar yang berhasil harus melalui banyak aktifitas baik fisik maupun psikis. Bukan hanya sekedar menghafal sejumlah rumus-rumus atau informasi taetapi belajar harus berbuat, seperti membaca, mendengar, menulis, berlatih keterampilan-keterampilan, dan sebagainya.
Prinsip aktifitas di atas menurut pandangan psikologis bahwa segala pengetahuan harus diperoleh melalui pengamatan dan pengalaman sendiri. Jiwa memiliki energy sendiri dan dapat menjadi aktif karena didorong oleh kebutuhan-kebutuhan. Sadi, dalam pembelajaran yang mengolah dan merencana adalah peserta didik dengan kemauan, kemampuan, bakat dan latar belakang masing-masing, guru hanya merangsang keaktifan peserta didik dengan menyajikan bahan pelajaran.disengaja  atau sekehendak, hal ini diperlukan motivasi.
3.      Keterlibatan langsung
Prinsip keterlibatan langsung merupakan hal yang penting dalam pembelajaran. Pembelajaran sebagai aktifitas mengajar dan belajar, maka guru harus terlibat langsung begitu juga peserta didik. Prinsip keterlibatan langsung ini mencakup keterlibatan langsung secara fisik maupun non fisik. Prinsip ini diarahkan agar peserta didik merasa dirinya penting dan berharga dalam kelas sehingga dia bisa menikmati jalannya pembelajaran.
Edge Dale dalam Dimyati mengatakan bahwa: “belajar yang baik adalah belajar melalui pengalaman langsung”. Pembelajaran dengan pengalaman ini bukan sekedar duduk dalam kelas ketika guru sedang menjalankan pelajaran, tetapi bagaimana peserta didik terlibat langsung dalam proses pembelajaran tersebut. Kegiatan pembelajaran yang ditetapkan guru berarti pengalaman belajar bagi peserta didik.
4.      Pengulangan
Prinsip pembelajaran yang menekankan pentingnya pengulangan yang barangkali paling tua seperti yang dikemukakan oleh teori psikologi daya. Menurut teori ini bahwa belajar adalah melihat daya-daya yang ada pada manusia yang terdiri dari daya mengamat, menangkap, mengingat, menghayal, merasakan, berpikir dan sebagainya. Daya-daya tersebut akan berkembang.
Teori lain yang menekankan prinsip pengulangan adalah teori koneksionisme. Tokohnya yang terkenal adalah Thorndike dengan teorinya yang terkenal pula yaitu “law of exercise” bahwa belajar ialah pembentukan hubungan antara stimulus dan respon, dan pengulangan terhadap pengalaman-pengalaman itu memperbesar timbulnya respon benar. Selanjutnya teori dari phychology conditioning respons sebagai perkembangan lebih lanjut dari teori konseksionisme yang dimotori oleh Pavlov yang mengemukakan bahwa perilaku individu dapat dikondisikan dan belajar merupakan upaya untuk mengkondisikan suatu perilaku atau respons terhadap sesuatu. Begitu pula mengajar membentuk kebiasaan, mengulang-ulang sesuatu perbuatan sehingga menjadi suatu kebiasaan dan pembiasaan yang sesungguhnya, tetapi dapat juga oleh stimulus penyerta.
Ketiga teori di atas menekankan pentingnya prinsip pengulangan dalam pembelajaran walaupun dengan tujuan yang berbeda. Teori yang pertama menekankan pengulangan untuk melatih daya-daya jiwa, sedangkan teori yang kedua dan ketiga menekankan pengulangan untuk membentuk respons yang benar dan membentuk kebiasaan.
Meskipun ketiga teori ini tidak dapat dipakai untuk menerangkan semua bentuk belajar, tetapi masih dapat digunakan karena pengulangan masih relevan sebagai dasar  pembelajaran. Sebab, dalam pembelajaran masih sangat dibutuhkan pengulangan-pengulangan atau latihan-latihan. Hubungan stimulus dan respons akan bertambah erat kalau sering dipakai dan akan berkurang bahkan hilang sama sekali jika jarang atau tidak pernah digunakan. Oleh karena itu, perlu banyak latihan, pengulangan, dan pembiasaan
5.      Tantangan
Kuantzu dalam Azhar Arsyad mengatakan”if you give a man fish, he will have a single meal. If you teach him how to fish he will eat all his life”. Pernyataan Kuantzu ini senada dengan prinsip pembelajaran yang berupa tantangan, karena peserta didik tidak merasa tertantang bila hanya sekedar disuapi sehingga dirinya tinggal menelan apa yang diberikan oleh guru. Sebab, tanpa tantangan peserta didik merasa masa bodoh dan kurang kreatif sehingga tidak berkesan materi yang diterimanya.
Agar pada diri peserta didik timbul motivasi yang kuat untuk mengatasi hambatan dengan baik, maka materi pembelajaran juga harus menantang sehingga peserta didik bergairah untuk mengatasinya.Hal ini sejalan dengan prinsip pembelajaran dengan salah satu prinsip konsep contextual teaching and learning yaitu inkuiri. Di mana dijelaskan bahwa inkuiri merupakan proses pembelajaran yang berdasarkan pada pencarian dan penemuan melalui proses berpikir secara sistematis. Jadi, peserta didik akan bersungguh-sungguh dalam menemukan masalahnya terlebih dahulu kemudian menemukan sendiri jalan keluarganya.
6.      Balikan dan penguatan
Apabila peserta didik memperoleh nilai yang baik dalam ulangan tentu dia akan belajar bersungguh-sungguh untuk memperoleh nilai yang lebih baik untuk selanjutnya. Karena nilai yang baik itu merupakan penguatan yang positif sebaliknya, bila peserta didik memperoleh nilai yang kurang baik tentu dia merasa takut tidak naik kelas, dia terdorong pula untuk lebih giat. Inilah yang disebut penguatan negatif yang berarti bahwa peserta didik mencoba menghindar dari peristiwa yang tidak menyenangkan.
Format sajian berupa Tanya jawab, eksperimen, diskusi, metode penemuan sebagainya merupakan cara pembelajaran yang memungkinkan terjadinya balikan dan penguatan. Balikan yang diperoleh peserta didik setelah belajar dengan menggunakan metode-metode akan menarik yang membuat peserta didik terdorong untuk belajar lebih bersemangat.[1] Jadi, berdasarkan penjelasan diatas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa prinsip pembelajaran terdiri dari beberapa poin yaitu:
1.      Perhatian Dan Motivasi, 2.  Keaktifan, 3. Keterlibatan langsung, 4. Pengulangan,
5.Tantangan, dan 6. Balikan dan penguatan

2.3 Prinsip Pembelajaran Terpadu
Berikut ini dikemukakan pula prinsip-prinsip dalam pembelajaran terpadu yaitu meliputi : 1) prinsip penggalian tema, 2) prinsip pelaksanaan pembelajaran terpadu, 3) prinsip evaluasi dan 4) prinsip reaksi.
1.      Prinsip penggalian tema antara lain :
a). Tema hendaknya tidak terlalu luas, namun dengan mudah dapat digunakan memadukan banyak bidang studi,
b). Tema harus bermakna artinya bahwa tema yang dipilih untuk dikaji harus memberikan bekal bagi siswa untuk belajar selanjutnya
c). Tema harus disesuaikan dengan tingkat perkembangan psikologis anak.
d). Tema yang dikembangkan harus mampu mewadahi sebagian besar minat anak,
e). Tema yang dipilih hendaknya mempertimbangkan penstiwa-peristiwa otentik yang terjadi dalam rentang waktu belajar,
f) Tema yang dipilih hendaknya mempertimbangkan kurikulum yang berlaku, serta harapan dari masyarakat,
g). Tema yang dipilih hendaknya juga mempertimbangkan ketersediaan sumber belajar.
 2.  Prinsip pengelolaan pembelajaran:
 a) guru hendaknya jangan menjadi “single actor “ yang mendominasi pembicaraan dalam proses belajar mengajar,
b) pemberian tanggung jawab individu dan kelompok harus jelas dalam setiap tugas  yang menuntut adanya kerjasarna kelompok,
c) guru perlu akomodatif terhadap ide-ide yang terkadang sama sekali tidak terpikirkan dalam poses perencanaan.
3. Prinsip evaluatif adalah :
 a). memberi kesempatan kepada siswa untuk melakukan evaluasi diri di samping bentuk evaluasi lainnya,
 b) guru perlu mengajak siswa untuk mengevaluasi perolehan belajar yang telah dicapai berdasarkan kriteria keberhasilan pencapaian tujuan yang telah disepakati dalam kontrak.
   4. Prinsip reaksi
Dampak pengiring yang penting  bagi perilaku secara sadar belum tersentuh oleh guru dalam kegiatan belajar mengajar. Karena itu, guru dituntut agar mampu merencanakan dan melaksanakan pembelajaran sehingga tercapai secara tuntas tujuan-tujuan pembelajaran. Guru harus bereaksi terhadap reaksi siswa dalam semua “event “ yang tidak diarahkan ke aspek yang sempit tetapi ke suatu kesatuan utuh dan bermakna.[2]

Sama halnya dengan Hernawan dan Resmini (2005:1:14) menjelaskan beberapa prinsip yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan pembelajaran terpadu yaitu: 1. Prinsip pada saat penggalian tema-tema, 2. Prinsip pada pelaksanaan pembelajaran dan 3. Prinsip pelaksanaan penilaian.
1.      Prinsip pada saat penggalian tema-tema
Prinsip yang perlu diperhatikan pada saat penggalian tema-tema adalah:
a). Tema hendaknya tidak terlalu luas, namun dengan mudah dapat digunakan memadukan banyak bidang studi,
b). Tema harus bermakna artinya bahwa tema yang dipilih untuk dikaji harus memberikan bekal bagi siswa untuk belajar selanjutnya
c). Tema harus disesuaikan dengan tingkat perkembangan psikologis anak.
d). Tema yang dikembangkan harus mampu mewadahi sebagian besar minat anak,
e). Tema yang dipilih hendaknya mempertimbangkan penstiwa-peristiwa otentik yang terjadi dalam rentang waktu belajar,
f) Tema yang dipilih hendaknya mempertimbangkan kurikulum yang berlaku, serta harapan dari masyarakat,
g). Tema yang dipilih hendaknya juga mempertimbangkan ketersediaan sumber belajar.
 2. Prinsip pada proses pelaksanaan pembelajaran terpadu
a) guru hendaknya jangan menjadi “single actor “ yang mendominasi pembicaraan dalam proses belajar mengajar,
b) pemberian tanggung jawab individu dan kelompok harus jelas dalam setiap tugas  yang menuntut adanya kerjasarna kelompok,
c) guru perlu akomodatif terhadap ide-ide yang terkadang sama sekali tidak terpikirkan dalam poses perencanaan.
3. Prinsip dalam proses penilaian pembelajaran terpadu
a). Memberi kesempatan kepada siswa untuk melakukan evaluasi diri di samping bentuk evaluasi lainnya,
 b). Guru perlu mengajak siswa untuk mengevaluasi perolehan belajar yang telah dicapai berdasarkan kriteria keberhasilan pencapaian tujuan yang telah disepakati dalam kontrak.[3]
Sementara itu prinsip pembelajran terpadu menurut Saud dkk (2006) memaparkan sebagai berikut:
1.      Peserta didik tidak hanya terpakku pada pernyataan atau pokok bahasa tertentu, sangat memungkinkan pembelajaran yang dikembangkan memuat pesan yang “tersembunyi” penuh makna bagi peserta didik.
2.      Perlu dipertimbangkan mana yang perlu didahulukan dalam pemilihan topik atau tema belajar, waktu belajar, serta penilaian kemajuan.
3.      Lingkungan belajar dikelas memberikan kebebasan bagi peserta didik untuk berpikir dan berkreativitas
4.      Masyarakat sekitar membuka dan memberikan wawasan untuk pengembangan pembelajaran di sekolah
5.      Peserta didik memperoleh sikap dan norma dari lingkungan masyarakat termasuk rumah, sekolah dan panutannya, baik verbal maupun nonverbal.[4]
Jadi berdasarkan penjelasan mengenai prinsip-prinsip pembelajaran terpadu dapat disimpulkan bahwa prinsip pembelajaran terdiri dari beberapa hal yaitu
1.      Prinsip penggalian tema
2.      Prinsip pengelolaan pembelajaran
3.      Prinsip evaluasi
4.      Prinsip reaksi
5.      Prinsip proses penilaian pembelajaran terpadu.



2.4 Kelebihan Pembelajaran Terpadu       
Kelebihan pembelajaran terpadu dikemukakan oleh Tim Pengembang PGSD (1996: 7-8). Adapun kelebihannya dijabarkan sebagai berikut.
a. Pengalaman dan kegiatan belajar anak akan selalu relevan dengan tingkat perkembangan anak.
b. Kegiatan dipilih sesuai dengan minat dan kebutuhan belajar anak.
c. Seluruh kegiatan belajar lebih bermakna bagi anak sehingga hasil belajar akan dapat bertahan lebih lama.
d. Menumbuh kembangkan anak dalam berfikir.
e. Menyajikan kegiatan yang bersifat pragmatis sesuai dengan permasalahan yang sering ditemui dalam lingkungan anak.
f. Menumbuh kembangkan keterampilan sosial anak seperti kerja sama, toleransi, komunikasi dan respek terhadap gagasan orang lain.
Kelebihan pembelajaran terpadu juga diungkapkan oleh Trianto (2011: 153) bahwa pembelajaran terpadu memiliki keuntungan yang dapat dicapai sebagai berikut.
a. Siswa mudah memusatkan perhatian pada suatu tema tertentu.
b. Siswa mampu mempelajari pengetahuan dan mengembangkan berbagai kompetensi dasar antar isi mata pelajaran dalam tema yang sama.
c. Pemahaman materi pelajaran lebih mendalam dan berkesan.
d. Kompetensi dasar dapat dikembangkan lebih baik dengan mengkaitkan mata pelajaran lain dengan pengalaman pribadi siswa.
 e. Lebih dapat merasakan manfaat dan makna belajar karena materi disajikan dalam konteks tema yang jelas.
f. Siswa lebih bergairah belajar karena dapat berkomunikasi dalam situasi nyata, untuk   mengembangkan suatu kemampuan dalam satu mata pelajaran sekaligus mempelajari matapelajaran lain.
g. Guru dapat menghemat waktu karena mata pelajaran yang disajikan secara tematik dapat dipersiapkaan sekaligus dan diberikan dalam dua atau tiga pertemuan, waktu selebihnya dapat digunakan untuk kegiatan remedial, pemantapan, atau pengayaan materi. Alasan yang mendasari untuk meggunakan model pembelajaran tematik bahwa dunia anak adalah nyata, proses pemahaman anak terhadap suatu konsep dalam suatu peristiwa atau objek lebih terorganisasi, pembelajaran lebih bermakna, memberi peluang siswa untuk mengembangkan kemampuan diri, meperkuat kemampuan yang diperoleh dan efisiensi waktu. Berdasarkan kajian di atas dapat ditegaskan bahwa pembelajaran tematik dilakukan dengan maksud sebagai upaya untuk memperbaiki dan meningkatkan kualitas pendidikan, terutama untuk mengimbangi padatnya kurikulum serta lebih menekankan partisipasi/keterlibatan siswa dalam belajar
Kelebihan tersebut didasari oleh beberapa alasan.
1.     Materi pelajaran menjadi dekat dengan kehidupan anak sehingga anak dengan mudah memahami sekaligus melakukannya.
2.    Siswa juga dengan mudah dapat mengaitkan hubungan materi pelajaran di mata pelajaran yang satu dengan mata pelajaran lainnya.
3.    Dengan bekerja dalam kelompok, siswa juga dapat mengembangkan kemampuan belajarnya dalam aspek afektif dan psikomotorik, selain aspek kognitif.
4.    Pembelajaran terpadu mengakomodir jenis kecerdasan siswa.
5.    Dengan pendekatan pembelajaran terpadu guru dapat dengan mudah menggunakan belajar siswa aktif sebagai metode pembelajaran.
Dapat disimpulkan bahwa kelebihan pembelajaran terpadu adalah:
1.      Pengalaman dan kegiatan belajar peserta didik akan selalu relevan dengan tingkat perkembangan anak.
2.      Kegiatan yang dipilih dapat disesuaikan dengan minat dan kebutuhan peserta didik.
3.      Seluruh kegiatan belajar lebih bermakna bagi peserta didik sehingga hasil belajar akan dapat bertahan lebih lama.
4.      Pembelajaran terpadu menumbuhkembangkan keterampilan berpikir dan sosial peserta didik.
5.      Pembelajaran terpadu menyajikan kegiatan yang bersifat pragmatis dengan permasalahan yang sering ditemui dalam kehidupan/lingkungan riil peserta didik.
6.      Jika pembelajaran terpadu dirancang bersama, dapat meningkatkan kerja sama antar guru bidang kajian terkait, guru dengan peserta didik, peserta didik dengan peserta didik, peserta didik/guru dengan nara sumber; sehingga belajar lebih menyenangkan, belajar dalam situasi nyata, dan dalam konteks yang lebih bermakna.







2.5 KelemahanPembelajaran Terpadu
Kekurangan model pembelajaran terpadu dikemukakan oleh Tim Pengembang PGSD (1996: 7-8. Kelemahan model pembelajaran terpadu adalah sulit dalam menyeleksi tema, cenderung untuk merumuskan tema yang dangkal dan dalam pembelajaran, guru lebih memusatkan perhatian pada kegiatan dari pada pengembangan konsep.
Sementara itu Puskur, Balitbang Diknas mengidentifikasi beberapa kelemahan pembelajaran terpadu antara lain dapat ditinjau dari beberapa aspek, yaitu sebagai berikut.
1. Aspek Guru
Guru harus berwawasan luas, memiliki kreativitas tinggi, keterampilan metodologis yang handal, rasa percaya diri yang tinggi dan berani mengemas dan mengembangkan materi. Secara akademik, guru dituntut untuk terus menggali informasi ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan materi yang akan diajarkan dan banyak membaca buku agar penguasaan bahan ajar tidak terfokus pada bidang kajian tertentu saja.
2. Aspek Peserta Didik
Pembelajaran terpadu memerlukan bahan bacaan atau sumber informasi yang cukup banyak dan bervariasi, mungkin juga fasilitas internet. Semua ini akan menunjang, memperkaya, dan mempermudah pengembangan wawasan. Bila sarana ini tidak dipenuhi, maka penerapan pembelajaran terpadu juga akan terlambat.
3. Aspek Kurikulum
Kurikulum harus luwes, berorientasi pada pencapaian ketuntasan pemahaman peserta didik (bukan pada pencapaian target penyampaian materi). Guru perlu diberi kewenangan dalam mengembangkan materi, metode, penilaian keberhasilan pembelajaran peserta didik.
4. Aspek Penilaian
Pembelajaran terpadu memerlukan cara penilaian yang menyeluruh (komprehensif), yaitu menetapkan keberhasilan belajar peserta didik dari beberapa bidang kajian terkait yang dipadukan.
5. Aspek Suasana Pembelajaran
Pembelajaran terpadu berkecenderungan mengutamakan salah satu bidang kajian dan ‘tenggelam’nya bidang kajian lain. Dengan kata lain, pada saat mengerjakan sebuah tema, maka guru berkecenderungan menekankan atau mengutamakan substansi gabungan tersebut sesuai dengan pemahaman, selera, dan latar belakang pendidikan guru itu sendiri.
Jadi, kesimpulan yang dapat diambil bahwa kelemahan dalam pembelajaran terpadu disebabkan oleh beberapa aspek yaitu aspek guru, peserta didik, kurikulum, penilaian dan juga aspeksuasana pembelajaran
BAB III
  PENUTUP
1.Kesimpulan
      Pembelajaran terpadu terdiri dari beberapa prinsip yaitu:
1.      Prinsip pada saat penggalian tema-tema
2.      Prinsip pada proses pelaksanaan pembelajaran terpadu
3.      Prinsip dalam proses penilaian pembelajaran terpadu
4.      Prinsip evaluasi
5.      Prinsip reaksi
Selain terdiri dari beberapa prinsip pembelajaran terpadu juga memiliki kelebihan dan kelemahan yaitu:
a.       Kelebihan pembelajaran terpadu
1.      Mendorong guru untuk mengembangkan kreativitas
2.      Memberikan peluang bagi guru untuk mengembangkan situasi pembelajaran yang utuh dan menyeluruh
3.      Mempermudah dan memotivasi peserta didik untuk mengenal, menerima, menyerap dan memahami keterkaitan atau hubungan antara konsep, pengetahuan, nilai dan sikap
b.      Kelemahan pembelajaran terpadu
1.      Dilihat dari aspek guru
2.      Dilihat dari aspek peserta didik
3.      Dilihat dari sarana atau sumber pembelajran
4.      Dilihat dari aspek kurikulum
5.      Dilihat dari aspek penilaian.

3.2 Saran     
Demikian makalah yang telah diselesaikan oleh penulis. Semoga makalah ini bisa bermanfaat bagi semua kalangan khususnya para pendidik serta calon pendidik.Untuk memperbaiki kualitas,maka penulis mengharapkan kritik dan saran agar makalah ini menjadi lebih baik.





DAFTAR PUSTAKA

Tim Pengembang PGSD. 2001. Pembelajaran Terpadu. Bandung: CV. MAULANA.
Trianto. 2007. Model Pembelajaran Terpadu Dalam Teori Dan Praktek. Jakarta: Prestasi Pustaka Publisher
Hernawan Dan Resmini. 2005. Pembelajaran Terpadu. Jakarta: Universitas Terbuka
Ananda Rusydi, Abdillah. 2018. Pembelajaran Terpadu Karakteristik, Landasan, Fungsi, Prinsip Dan Model. Medan: LPPPI



[1] Tim Pengembang PGSD. 2001. Pembelajaran Terpadu. Bandung: CV. MAULANA.
[2] Trianto. 2007. Model Pembelajaran Terpadu Dalam Teori Dan Praktek. Jakarta: Prestasi Pustaka Publisher
[3] Hernawan Dan Resmini. 2005. Pembelajaran Terpadu. Jakarta: Universitas Terbuka
[4]Ananda Rusydi, Abdillah. 2018. Pembelajaran Terpadu Karakteristik, Landasan, Fungsi, Prinsip Dan Model. Medan: LPPPI