Sabtu, 18 Oktober 2025

IMPLIKASI PEMBELAJARAN TERPADU

 

IMPLIKASI PEMBELAJARAN TERPADU

 

KATA PENGANTAR

Segala puji  dan syukur bagi Allah atas segala limpahan Rahmat, Hidayah dan Karunia-Nya, karena penyusun dapat menyelesaikan makalah “Implikasi Pembelajaran Terpadu” ini dengan lancar dan tuntas. Shalawat dan salam senantiasa tercurahkan kepada junjungan besar Nabi Muhammad Saw, para sahabat, keluarga serta umat islam yang senantiasa mengikuti beliau sampai hari kiamat.

Dalam makalah ini akan dibahas, implikasi pembelajaran terpadu terhadap guru, peserta didik, sarana, prasarana, sumber belajar dan media, pengaturan ruang, serta pemilihan metode.  Makalah yang disusun ini tentunya jauh dari kesempurnaan. Untuk itu, kami segenap penyusun menerima saran maupun kritikan dari berbagai pihak, baik dosen, maupun rekan – rekan mahasiswa. Saya segenap penyusun mengucapkan terimakasih kepada berbagai pihak, terutama kepada dosen mata kuliah Perubahan Sosial Budaya. Atas perhatian dan partisipasinya kami ucapkan terima kasih.

 

 

 

 

 

 

 

Medan, 2 April 2018

Penyusun 

 

 

 

Kelompok 3

 

 

 

 

DAFTAR  ISI

 

HALAMAN JUDUL .......................................................................................       i

KATA PENGANTAR ....................................................................................      2

HALAMAN DAFTAR ISI .............................................................................      3

BAB I    :   PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang............................................................................................      4

1.2. Rumusan Masalah.......................................................................................      4

 1.3. Tujuan Pembahasan ....................................................................................      4

 

BAB II   :  PEMBAHASAN

2.1 Definisi Pembelajaran Terpadu...................................................................      5

2.2 Implikasi Pembelajaran Terpadu ..................................................................      5

2.2.1 Implikasi Terhadap Guru.......................................................................      5

2.2.2 Implikasi Terhadap Peserta Didik.........................................................      7

2.2.3 Implilasi Terhadap Bahan Pembelajaran ..............................................      8

2.2.4 Implikasi Terhadap Sarana, Prasarna, dan Media.................................      9

2.2.5 Implikasi Terhadap Pengaturan Ruangan..............................................      10

2.2.6 Implikasi Terhadap Pemilihan Metode Pembelajaran...........................      11

 

BAB III :  PENUTUP

3.1 Kesimpulan...................................................................................................      13

 

DAFTAR PUSTAKA

 

 

 

 

 

 

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 . Latar Belakang

Sesuatu yang baru atau merupakan inovasi tentu tidak mudah untuk dilaksanakan, karena memerlukan penyesuaian diri dan kemauan untuk beradaptasi. Begitu pula dengan pembelajaran terpadu. Pembelajaran terpadu biasa dilakukan jenjang pendidikan usia dini, namun tidak menutup kemungkinan untuk diterapkan di jenjang pendidikan yang lebih tinggi, yaitu jenjang SMP/MTs dan SMA/MA. Hasil uji coba menunjukkan bahwa pembelajaran terpadu dapat dilaksanakan pada jenjang tersebut. Pembelajaran terpadu merupakan gabungan antara berbagai bidang kajian, maka dalam pelaksanaannya tidak lagi terpisah-pisah melainkan menjadi satu kesatuan, implikasi yang terjadi adalah: guru, peserta didik, sarana, prasarana, sumber belajar dan media, pengaturan ruang, serta pemilihan metode.

1.2 Rumusan Masalah

      A.     Bagaimana Implikasi terhadap guru dan peserta didik?

       B.     Bagaimana Implikasi terhadap sarana, dan Prasarana?

       C.     Apa Implikasi terhadap sumber belajar dan media?

      D.     Apa saja Implikasi terhadap pengaturan ruang?

       E.     Apa saja Implikasi terhadap pemilihan metode?

1.3. Tujuan

      A.     Untuk mengetahui tentang pengertian Implikasi pembelajaran terpadu.

       B.     Untuk mengetahui tentang Implikasi terhadap guru dan peserta didik.

       C.     Untuk mengetahui tentang sarana, dan Prasarana.

       D.     Untuk mengetahui tentang Implikasi terhadap sumber belajar dan media.

        E.     Untuk mengetahui tentang Implikasi terhadap pengaturan ruang.

        F.     Untuk mengetahui tentang Implikasi terhadap pemilihan metode.

 

 

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Definisi Pembelajaran Terpadu

Menurut Resmini, Novi, dkk, Pembelajaran terpadu merupakan suatu pendekatan dalam pembelajaran yang secara sengaja mengaitkan beberapa aspek baik dalam intra mata pelajaran maupun antar mata pelajaran. Dengan adanya pemaduan itu siswa akan memeroleh pengetahuan dan keterampilan secara utuh sehingga pembelajaran menjadi bermakna bagi siswa.

Bermakna di sini memberikan arti bahwa pada pembelajaran terpadu siswa akan dapat memahami konsep-konsep yang mereka pelajari melalui pengalaman langsung dan nyata yang menghubungkan antar konsep dalam intra mata pelajaran maupun antar mata pelajaran.

2.2 Implikasi Pembelajaran Terpadu

            Dalam implementasi pembelajaran terpadu mempunyai berbagai implikasi terhadap beberapa hal mencakup guru, peserta didik, sarana, prasarana, sumber belajar dan media, pengaturan ruang dan pemilihan metode (Rusydi dan Abdillah, 2018: 20).

2.2.1 Implikasi Terhadap Guru

Pembelajaran terpadu merupakan pendekatan yang harus digunakan dalam pelaksanaan pembelajaran di SD/MI. Oleh karena itu, guru perlu mempelajarinya terlebih dahulu sehingga memperoleh pemahaman baik secara konseptual maupun praktikal.

Pembelajaran terpadu memerlukan guru yang kreatif baik dalam menyiapkan kegiatan/pengalaman belajar bagi anak, juga dalam memilih kompetensi dari berbagai mata pelajaran dan mengaturnya agar pembelajaran menjadi lebih bermakna, menarik, menyenangkan dan utuh. (Sudrajat, 2008:5)

            Menurut Rusydi dan Abdillah dalam buku Pembelajaran Terpadu criteria gutu yang dibutuhkan dalam pembelajaranterpadu ada 4, yaitu:

a. Guru yang kreatif.

            Guru yang kreatif artinya guru yang mampu menjabarkan pembelajaran dalam berbagai bentuk, apakah belajar di dalam kelas, di luar kelas, maupun ditempat lain yang memang dibutuhkan dalam mencapai tujuan pembelajaran.

b. Guru yang adaptif.

            Artinya guru yang dapat mengadaptasi sebagai model pembelajaran dan menyesuaikannya dengan keadaan peserta didik, keadaan sarana dan fasilitas yang tersedia. Melalui cara tersebut, pembelajaran akan terus berlangsung dengan tidak menjadikan alasan kekurangan akan sarana, fasilitas maupun sumber belajar.

c. Guru yang akomodatif.

Artinya guru  yang mampu mengayomi peserta didik dari segala macam karakter dan kemampuan. Kemampuan guru menerima perbedaan yang heterogen, peserta didik dengan segala tingkah lakunya akan menuntut guru yang sabar, ulet dan mampu mengembangkan segala potensi yang dimiliki peserta didik.

d. Di samping kemampuan di atas, tentunya guru dengan kualifikasi standar tetap menjadi criteria utama, seperti guru yang memili wawasan kependidilkan, psikologi peserta didik, pembelajaram yang lain sebagainya.

 

            Menurut Trianto yang terdapat dalam buku Rusydi dan Abdillah terdapat dua cara dalam pelaksanaan pembelajaran terpadu dalam hal keterkaitan dengan guru. Dalam hal ini yang dimaksud adalah team teaching dan guru tunggal.

1. Team Teachimg

   Adalah pembelajaran yang dilakukan oleh lebih dari seorang guru. Untuk melaksanakan pembelajran terpadu dengan menggunakan metode team teaching maka beberapa hal yang harus dilakukan guru adalah:

1). Melakukan penelaahan untuk memastikan beeberapa kompetensi dasar dan standar kompetensi yang harus dicapai dalam satu topik pembelajaran.

2) Setiap guru bertanggung jawab atas tercapainya kompetensi dasar yang termasuk dalam standar kompetensi yang dikuasaunya.

3) Dengan scenario pembelajaran dengan melibatkan semua guru yang termasuk ke dalam topik yang bersangkutan, sehingga setiap anggota memahami apa yang harus dikerjakan dalam pembelajaran tersebut.

4) Sebaiknya dilakukan stimulasi terlebih dahulu jika pembelajaran dengan sistem ini merupakan hal yang baru, sehingga tidak terjadi kekakuan di dalam kelas.

5) Evalusi dan remedial menjadi tanggung jawab masing-masing guru sesuai dengan standar kompetensi dasar, sehingga akumulasi nilai

2. Guru Tunggal

Pembelajaran dengan seorang guru merupakan hal yang ideal dilakukan. Hal ini disebabkan: (1) bidang kajian menjadi satu mata pelajaran, (2) guru dapat merancang skenario pembelajaran sesuai dengan topik yang ia kembangkan tanpa konsolidasi terlebih dahulu dengan guru yang lain, dan (3) oleh karena tanggung jawab dipikul oleh seorang diri, maka potensi untuk saling mengandalkan tidak akan muncul.

Namun demikian, terdapat beberapa kelemahan dalam pembelajaran terpadu yang dilakukan oleh guru tunggal, yakni: (1) oleh karena mata pelajaran terpadu merupakan hal yang baru, sedangkan guru-guru yang tersedia merupakan guru bidang studi sehingga sangat sulit untuk melakukan penggabungan terhadap berbagai bidang studi tersebut, (2) seorang guru bidang studi tertentu tidak menguasai secara mendalam tentang bidang studi lainnya sehingga dalam pembelajaran terpadu akan didominasi oleh bidang studi yang dikuasainya saja, serta (3) jika skenario pembelajaran tidak menggunakan metode yang inovatif maka pencapaian Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar tidak akan tercapai karena akan menjadi sebuah narasi yang kering tanpa makna (Blogspot Rudy).

 

2.2.2 Implikasi Terhadap Peserta Didik

            Menurut Sudrajat ada dua implikasi pembelajaran terpadu terhadap peserta didik, (a) Siswa harus siap mengikuti kegiatan pembelajaran yang dalam pelaksanaannya; dimungkinkan untuk bekerja baik secara individual, pasangan, kelompok kecil ataupun klasikal, (b) Siswa harus siap mengikuti kegiatan pembelajaran yang bervariasi secara aktif misalnya melakukan diskusi kelompok, mengadakan penelitian sederhana, dan pemecahan masalah.

            Pembelajaran terpadu memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk melakukan hal hal sebagai berikut:

a. kegiatan peserta didik akan seimbang, antara pengalaman kognitif, afektif, dan psikomotorik.

b. Kegiatan dan pengalaman peserta didik tidak hanya di dalam kelas, tetapi juga dapat dilakukan di luar kelas.

c. Kegiatan peserta didik tidak banyak melakukan pembelajaran dengan sendiri atau belajar individual akan tetapi bervariasiamnatar belajar sendiri, belajar berpangan atau berkelompok (Rusydi dan Abdillah. 2018: 24).

2.2.3 Implikasi Terhadap Bahan Pembelajaran

Menurut Blogspot Rudy, Bahan ajar memiliki peran yang penting dalam pembelajaran termasuk dalam pembelajaran terpadu. Oleh karena pembelajaran terpadu pada dasarnya merupakan perpaduan dari berbagai disiplin ilmu.

Sumber belajar utama yang dapat digunakan dalam pembelajaran terpadu dapat berbentuk teks tertulis seperti buku, majalah, brosur, surat kabar, poster dan informasi lepas, atau berupa lingkungan sekitar seperti: lingkungan alam, lingkungan sosial sehari-hari. Seorang guru yang akan menyusun materi perlu mengumpulkan dan mempersiapkan bahan kepustakaan atau rujukan (buku dan pedoman yang berkaitan dan sesuai) untuk menyusun dan mengembangkan silabus. Pencarian informasi ini, sebenarnya dapat pula memanfaatkan perangkat teknologi informasi mutakhir seperti multimedia dan internet. Aktivitas peserta didik dalam penugasan dapat menjadi nilai tambah yang menguntungkan.

Bahan yang akan digunakan dapat berbentuk buku sumber utama maupun buku penunjang lainnya. Di samping itu, bahan bacaan penunjang seperti jurnal, hasil penelitian, majalah, koran, brosur, serta alat pembelajaran yang terkait dengan indikator dan Kompetensi Dasar ditetapkan. Sebagai bahan penunjang, dapat juga digunakan disket, kaset, atau CD yang berkaitan dengan bahan yang akan dipadukan. Guru, dalam hal ini, dituntut untuk rajin dan kreatif mencari dan mengumpulkan bahan-bahan yang diperlukan dalam pembelajaran. Keberhasilan seorang guru dalam melaksanakan pembelajaran terpadu tergantung pada wawasan, pengetahuan, pemahaman, dan tingkat kreativitasnya dalam mengelola bahan ajar. Semakin lengkap bahan yang terkumpulkan dan semakin luas wawasan dan pemahaman guru terhadap materi tersebut maka berkecenderungan akan semakin baik pembelajaran yang dilaksanakan.

Bahan yang sudah terkumpul selanjutnya dipilah, dikelompokkan, dan disusun ke dalam indikator dari Kompetensi Dasar. Setelah bahan-bahan yang diperlukan terkumpul secara memadai, seorang guru selanjutnya perlu mempelajari secara cermat dan mendalam tentang isi bahan ajar yang berkaitan dengan langkah kegiatan berikutnya.

2.2.4 Implikasi Terhadap Sarana, Prasarana, dan Media

Sarana adalah alat yang secara langsung dapat mendudkung tercapainya tujuan pendidikan, misalnya ruang, buku, perpustakaan, laboraturium dan sebagainya sedangkan prasarana adalah alat yang secara tidak langsung dapat mendukung tercapainya tujuab seperti lokasi/tempat, lapangan olahraga, uang dan sebagainya. (Rusydi dan Abdillah, 2018:26).

Pembelajaran tematik pada hakekatnya menekankan pada siswa baik secara individual maupun kelompok untuk aktif mencari, menggali dan menemukan konsep serta prinsip-prinsip secara holistik dan otentik. Oleh karena itu, dalam pelaksanaannya memerlukan berbagai sarana dan prasarana belajar.

Pembelajaran ini perlu memanfaatkan berbagai sumber belajar baik yang sifatnya didisain secara khusus untuk keperluan pelaksanaan pembelajaran (by design), maupun sumber belajar yang tersedia di lingkungan yang dapat dimanfaatkan (by utilization). Agar berbagai sumber belajar ini dapat dikelola dengan baik, masing-masing sekolah atau rayon sekolah, dapat mendirikan suatu pusat sumber belajar (learning resources center) yang merupakan suatu tempat yang dirancang secara khusus untuk melaksanakan aktivitas terorganisir dalam mendisain, mengembangkan, memanfaatkan, mengelola, mengevaluasi, dan meneliti berbagai sumber yang dapat digunakan untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi penerapan pembelajaran tematik.

Pembelajaran yang bervariasi, dengan menggunakan berbagai media akan membantu siswa dalam memahami konsep-konsep yang abstrak, dan media tersebut dapat digunakan dalam kegiatan belajar sebagai pengganti dari objek-objek yang terlalu berbahaya atau sukar didapat, obyek yang terlalu besar atau terlalu kecil. Penggunaan media ini dapat divariasikan ke dalam penggunaan media visual, media audio, dan media audio-visual. (Blogspot Ide Guru)

Menurut Sudrajat: (a) Pembelajaran tematik pada hakekatnya menekankan pada siswa baik secara individual maupun kelompok untuk aktif mencari, menggali dan menemukan konsep serta prinsip-prinsip secara holistik dan otentik. Oleh karena itu, dalam pelaksanaannya memerlukan berbagai sarana dan prasarana belajar. (b) Pembelajaran ini perlu memanfaatkan berbagai sumber belajar baik yang sifatnya didesain secara khusus untuk keperluan pelaksanaan pembelajaran (by design), maupun sumber belajar yang tersedia di lingkungan yang dapat dimanfaatkan (by utilization). (c) Pembelajaran ini juga perlu mengoptimalkan penggunaan media pembelajaran yang bervariasi sehingga akan membantu siswa dalam memahami konsep-konsep yang abstrak.(d) Penerapan pembelajaran tematik di sekolah dasar masih dapat menggunakan buku ajar yang sudah ada saat ini untuk masing-masing mata pelajaran dan dimungkinkan pula untuk menggunakan buku suplemen khusus yang memuat bahan ajar yang terintegrasi.

2.2.5 Implikasi Terhadap Pengaturan Ruangan

Dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran tematik, perlu dilakukan pengaturan ruang kelas agar terjadi pembelajaran yang aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan (PAKEM). Pengaturan ruang kelas tersebut meliputi pengaturan meja, kursi, lemari, perabotan kelas, alat, media, atau sumber belajar lainnya yang ada di kelas, diatur dengan fleksibel atau mudah diubah-ubah disesuaikan dengan tuntutan strategi pembelajaran yang akan digunakan.

Pelaksanaan kegiatan pembelajaran tematik perlu melakukan pengaturan ruang agar suasana belajar menyenangkan. Pengaturan ruang tersebut meliputi:

a. Ruang perlu ditata disesuaikan dengan tema yang sedang dilaksanakan.

b. Susunan bangku peserta didik dapat berubah-ubah disesuaikan dengan keperluan pembelajaran yang sedang berlangsung, peserta didik tidak selalu duduk di kursi tetapi dapat duduk di tikar/karpet, kegiatan hendaknya bervariasi dan dapat dilaksanakan baik di dalam kelas maupun di luar kelas.

c. Dinding kelas dapat dimanfaatkan untuk memajang hasil karya peserta didik dan dimanfaatkan sebagai sumber belajar, alat, sarana dan sumber belajar hendaknya dikelola sehingga memudahkan peserta didik untuk menggunakan dan menyimpannya kembali.

d. Pengelompokan peserta didik dapat dilakukan secara individual, beruda secara berpangan, kelompok kecil tiga orang, atau kelompok besar. Semuanya dikembangkan dengan tujuan agar peserta didik dapat berkembang karena perubahan pengelompokkan.

2.2.6 Implikasi Terhadap Pemilihan Metode Pembelajaran

            Dalam pendidikan dan pembelajaran kata metode digunakan untuk menunjukkan serangkaian kegiatan guru yang terarah yang menyebabkan peserta didik belajar. Metode dapat pula dianggap sebagai cara atau sebagai alat yang menjadikannya mengajar menjadi efektif.

            Metode pembelajaran adalah cara-cara yang diambil oleh guru dalam menyajikan materi ajar kepada peserta didik-peserta didik. Cara-cara yang diambil tersebut dengan menggunakan caa yang terbaik untuk mencapai tujuan pembelajaran efektif.

Pemilihan metode yang diterapkan dalam pembelajaran hendaknya mempertimbangkan beberapa hal berikut:

a. Apakah guru menguasai metode yang akan digunakan, paling tidak tahu bagaimana melakukannya walaupun menggunakan buku manual.

b. Apakah metode tersebut dapat dilakukan di sekolah, misalnya pertimbangan waktu, biaya, keterlibatan berbagai pihak.

c. Apakah metode itu memang mendukung ketercapaian tujuan pembelajaran.

d. Apakah metode tersebut lebih efektif dibandingkan dengan metode yang lain yang mungkin lebih simple dan mudah dilakukakan. Tidak ada metode yang paling baik, yang paling baik adalah yang dapat dilakukakan oleh guru dan dapat mencapai tujuan pembelajaran yang diinginkan (Rusydi dan Abdillah, 2018: 32-34).

Menurut Sudrajat implikasinya ialah sesuai dengan karakteristik pembelajaran tematik, maka dalam pembelajaran yang dilakukan perlu disiapkan berbagai variasi kegiatan dengan menggunakan multi metode. Misalnya percobaan, bermain peran, tanya jawab, demonstrasi, bercakap-cakap

 

                                                                             BAB III

PENUTUP

 

3.1 Kesimpulan

Pembelajaran terpadu merupakan gabungan antara berbagai bidang kajian, maka dalam pelaksanaannya tidak lagi terpisah-pisah melainkan menjadi satu kesatuan, implikasi yang terjadi adalah: guru, peserta didik, sarana, prasarana, sumber belajar dan media, pengaturan ruang, serta pemilihan metode.

Pembelajaran tematik memerlukan guru yang kreatif baik dalam menyiapkan kegiatan/pengalaman belajar bagi anak, juga dalam memilih kompetensi dari berbagai mata pelajaran dan mengaturnya agar pembelajaran menjadi lebih bermakna, menarik, menyenangkan dan utuh.

Siswa harus siap mengikuti kegiatan pembelajaran yang dalam pelaksanaannya dimungkinkan untuk bekerja baik secara individual, pasangan, kelompok kecil ataupun klasikal.

Penerapan pembelajaran tematik di sekolah dasar masih dapat menggunakan buku ajar yang sudah ada saat ini untuk masing-masing mata pelajaran.

Pengaturan ruang kelas tersebut meliputi pengaturan meja, kursi, lemari, perabotan kelas, alat, media, atau sumber belajar lainnya yang ada di kelas, diatur dengan fleksibel atau mudah diubah-ubah disesuaikan dengan tuntutan strategi pembelajaran yang akan digunakan. Begitu pula dengan implikasi lainnya yang sangat penting dalam pembelajaran terpadu.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

DAFTAR PUSTAKA

Resmini, Novi, dkk. 1996. Penentuan Unit Tema dalam Pembelajaran Terpadu. Malang: IKIP Malang

Sudrajat. 2008. Pembelajaran Tematik. Jakarta: Bumi Aksara.

Rusydi dan Abdillah. 2018. Pembelajaran Terpadu. Medan: LPPPI.

https://ideguru.wordpress.com/2010/04/06/implikasi-pembelajaran-tematik/ (Diakses 29 Maret 2018 13:26)

http://rudy-unesa.blogspot.co.id/2011/01/implikasi-pembelajaran-terpadu.html?m=1 (Diakses 29 Maret 2018 13:40)

 

 

Senin, 13 Oktober 2025

MAKALA FILSAFAT AL-QUR’AN

FILSAFAT AL-QUR’AN

(MAKALAH INI DISUSUN UNTUK MEMENUHI TUGAS AL-QURAN)

Dosen Pengampu : Dra. Asnil Aidah Ritonga M.A


 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial (2)

Fakultas Ilmu Tarbiyah & Keguruan

Universitas Islam Negeri Sumatera Utara

Medan

2016

 

 

PEMBAHASAN

 

A.    QUR`AN DAN ILMU PENGETAHUAN

              Ilmu pengetahuan selalu memperbaharui diri seiring dengan perkembangan zaman, dan itu berlangsung menurut hukum kemajuan. Hingga sekarang ini, ilmu masih dalam keadaan antara kurang dan lengkap, antara samar dan terang, antara terpencar dan terkumpul, antara keliru dan mendekati kebenaran. Pada mula nya ilmu bersifat perkiraan, kemudian meningkat menjadi meyakinkan. Tidak jarang pula kaidah-kaidah ilmiah yang pada mulanya dianggap kokoh, kemudian ternyata menjadi goyah, yang pada mulanya di anggap mantap, kemudian menjadi goncang. Dari berbagai kitab aqidah (agama), orang tidak diminta menerapkan masalah-masalah ilmu pengetahuan setiap masalah tersebut timbul didalam suatu generasi. Para penganut aqidah itupun tidak di minta merinci ilmu dari kitab-kitab nya, seperti yang biasa dilakukan di tempat eksperimen dan kamar studi. Sebab, perincian ilmu pengetahuan tergantung pada upaya manusia yang di sesuaikan menurut kebutuhan dan kondisi zamannya. Sesudah abad-abad pertengahan, banyak orang yang berbuat kekeliruan dengan mengingkari. Perputaran bola bumi dan  kekeliruan dengan mengingkari perputaran bola bumi dan peredarannya mengelilingi matahari. Sikap itu didasarkan pada pengertian yang mereka tarik dari ayat ayat Kitab suci. Kekeliruan yang sama di buat pula oleh orang-dari zaman berikutnya. Mereka menafsirkan tujuh petala langit dengan tujuh planet didalam tata surya. Terhadap jumlah planet bukan tujuh, melainkan sepuluh. Terhadap tujuh buah planet itu pun – jika kesimpulan mereka itu benar – masih membutuhkan penafsiran leebih jauh[1]      

    Jadi, al-Qur`anul-Karim adalah sejalan dengan ilmu pegetahuan, atau sesuai dengan semua [2]cabang ilmu alam, dalam pengertian yang meluruskan aqidah. Qur`an tidak menhendaki kemungkinan adanya pertentangan dan keraguan ketika terjadinya perubahan kaidah kaidah itu mengikuti hasil penemuan baru yang merobohkan pemikiran lama, atau sewaktu bukti-bukti yang meyakinkan menghapus dugaan dugaan yang diragukan[3]

        B.     SEBAB MUSABAB DAN PENCIPTAAN

        Semua orang sepakat bahwa setiap peristiwa yang terjadi pasti disertai sebab musabab. Ini pendapat semua ahli ilmu dan filsafat. Ini juga anggapan kaum awam pada umumnya.

        Sebab musabab memang ada. Mngenai hal ini tak ada yang berbeda pendapat. Kalau pun ada, perbedaan yang terbesar ialah mengenai: Apakah sebab itu, dan bagaimana ia bekerja? Apakah sebab musabab yang bekerja sebagai faktor itu suatu unsur yang mandiri di alam wujud ini. Dan apakah peristiwa yang ditimbulkan oleh faktor tersebut merupakan unsur lain yang berbeda dengan sebab musabab, baik dalam hal hakikatnya maupun kekuatannya? Apakah sebab musabab itu merupakan suatu kekuatan yang berpindah-pindah diantara segala sesuatu dan diantara segala peristiwa? Ataukah sebab musabab merupakan kekuatan khusus yang ada pada tiap sesuatu dan tiap peristiwa?[4]

    Segala sesuatu pasti mempunyai sebab musabab, dan seperti telah di kemukakan tak ada perbedaan pendapat mengenai hal itu.

         Akan tetapi apakah sebab itu?
         “Sebab”-kah yang mengadakan sesuatu dan yang menciptakannya; sehingga tanpa adanya 
sebab, sesuatu tidak akan tercipta? Apakah “sebab” merupakan keajadian yang mendahului sesuatu, atau menyertai dan selalu bersama sema dengan terjadinya sesuatu?

       Jika ada anggapan bahwa “Sebab” itulah yang mengadakan sesuatu, anggapan seperti itu tidak mungkin dapat di terima oleh akal. Ia bahkan menghadapi tentangan keras, malahan lebih keras daripada tentangan yang dihadapi oleh masalah-masalah pemikiran lainnya.

      Yang sudah lazim dibenarkan oleh akal pikiran dan telah pula dianggap terpercaya ialah, bahwa sebab musabab pasti mendahului adanya sesuatu, atau menyertai dan bersama sama dengan terjadinya sesuatu.[5]
     

C.    AJARAN-AJARAN AL-QUR`AN TENTANG FILSAFAT

Al-Qur`an. Meskipun kitab-kitab yang di turunkan kepada para nabi tardahulu, terutama kitab-kitab suci orang Nasrani dan Yahudi, di pandang suci oleh orang-orang islam, namun al-Qur`an yang di wahyukan kepadda Muhammad,nabi terakhir adalah kitab suci yang paling utama. Doktrin yang di tunjukkan oleh al-Qur`an bukan sesuatu yang baru, tatapi serupa dengan kitab-kitab suci para rosulterdahulu, al-Qur`an meletakkan dasar kepercayaan yang sama dengan yang di anut oleh nabi Nuh dan Ibrahim. Ia diwahyukan dengan bahasa Arab untuk menjadi petunjuk bagi manusia, menghapus ketidak jujuran dan menyampaikan berita gembira bagi orang-orang yang benar. Allah tidak pernah menghapuskan wahyu-wahyuNya, tetapi Ia memperkuat, menggantikannya dengan yang serupa atau yang lebih baik sesuai kebutuhan dan tuntutan pada saat itu.

      Al-Qur`an pada dasarnya adalah kitab agama yang bukan filsafat, tetapi iya menggarap persoalan-persoalan yang sama-sama terdapat pada agama dan filsafat. Keduanya harus dapat menjawab persoalan-persoalan yang berkaitan makna ungkapan-ungkapan seperti Tuhan, dunia, ruh individu dan antar-hubungan antara baik dan buruk, kebebasan berkehendak (free will) dan kehidupan setelah mati. Selagi menggarap masalah-masalah ini, ia juga menyoroti konsep konsep seperti “yang tampak” dan “hakikat”, eksistensi dan sifat sifat, asaal-usul dan nasib manusia, benar dan salah, ruang dan waktu, ketetapan dan perubahan, kekekalan dan keabadian[6]     

   Al-Qur`an mengklaim bahwa ia telah memaparkan kebenaran- kebenaran universal yang berkaitan dengan masalah-masalah ini suatu keterangan dengan bahasa (dan terminilogi) yang dengan mudah segera dapat dimengerti oleh orang-orang Arab dengan latar belakang intelektual yang mereka miliki ketika turunnya wahyu. Demikian pula di tempat-tempat lain, dengan waktu dan bahasa yang berbeda, dapat dengan mudah menafsirkannya. Al-Qur`an banyak menggunakan perumpamaan untuk menyampaikan gagasan-gagasan yang bisa di amalkan atas hal-hal esensinya tidak bisa di pahami. Ia adalah kitab tentang kebijakan yang sebagian berkaitan erat dengan prinsip-prinsip dasarnya (ummul kitab) dan menerapkan serta menggambarkannya secara datil, sedang bagian lain berhubungan dengan hal-hal yang dijelaskan secara alegoris (dalam bentuk perlambang)

     Hakikat Paling Sempurna : Tuhan dan Sifat-sifat-Nya. Wujud atau Hakikat yang paling tinggi adalah Allah. Sebagaimana di jelaskan al-Qur`an untuk pemahaman manusia; Allah adalah Dzat yang ada degan sendirinya, melingkupi seluruh alam, abadi dan Hakikat yang Mutlak. Dialah yang terdahulu dan terakhir, dan yang zhahir dan yang bathin. Dia mengatasi (mengungguli) segalanya, sehingga Dia dalam keagungan-Nya yang hakiki tak dapat di ketahui dan dirasakan oleh kita sebagai ciptaan yang terbatas, yakni terbatas karena kita hanya dapat mengetahui apa-apa yang dapat di selidiki melalui akal budi atau lainnya, dan apa-apa yang melekat dalam akal pikiran atau terlintas di dalamnya. Dengan demikian, Allah adalah Dzat yang hidup, ada dengn sendirinya, abado, mempunyai kebebasan penuh untuk berkehendak, Maha Kuasa, Maha Mengetahui, Maha Indah, Maha Adil, Maha Pengasih dan Maha Penyanyang.[7]

       Sebagai Hakikat yang hidup, Allah menghendaki adanya hubungan timbal balik dengan mahkluk-Nya, Ia juga memberikan kemungkinan mahkluk-Nya untuk bersahabat dengan Nya melalui shalat, tafakur, dan pengetahuan mistis. Dia menerangi dengan cahayaNya rumah orang-orang yang tidak pernah lepas ingat kepadaNya, dari mendirikan shalat dan membayar zakat. HidupNya tampak memiliki keabadian aktivitas dan kreativitasNya[8]

              Tuhan dan Dunia. Tuhan Maha Kuasa. Dari Dialah segala sesuatu berasal. Dia pencipta yang memulai proses penciptaan dan menambahkannya sesuai dengan kehendakNya. Mula-mulain Ia menciptakan langit dan bumi, mempertautkan keduanya dalam satu kesatuan benda seberti kabut atau benda keruh semacam kebut, kemudian Ia membelahnya. Langit dan bumi serta segala isinya diciptakanNya selama enam hari. (enam tahap evolusi)[9]

       Allah adalah pemelihara yang sempurna (rabb) semesta alam dan apa-apa yang tersembunyi (ghaib). Ia maha Kuasa atas segala sesuatu dan kepunyaan-Nyalah tentara langit dan bumi. Dialah Tuhan yang  memiliki `arsy yang mulia, Maha Tinggi dan Mulia yang menguasai fajar, yang memiliki jalan tempat naik. Dialah yang membentangkan bumi bagaikan hamparan, menurunkan air dari langit menurut ukuran untuk menghidupkan kembali bumi yang telah mati dengan buah buah-buahan, biji-bijian dan tetumbuhan, dan Ia telah menciptakan tumbuh-tumbuhan berpasang-pasang yang berpisah satu dengan lainnya, dan pasang-pasangan dari segala sesuatu. Ia menjadikan langit sebagai atap yang baik dan sempurna dan malam yang gelap gulita dan megah. Dia ciptakan pada hamparan bumi ke lembaban, padang rumput dan gunung-gunung, mata air, sugai-sungai dan lautan, kapal-kapal serta ternak, mutiara dan batu permata, matahari dan bayang-bayangnya, angin dan hujan, malam dan siang serta segala sesuatu yang kita tidak mengetahuinya. 

       Kepunyaan Allah apa yang terdapat dilangit dan bumi serta segala sesuatu yang di antara keduanya. Demikian pula Ia menguasai Barat dan Timur. Oleh karena itu kemana saja kamu menghadap maka disana Dia, karena Dia melingkupi semuanya. Ia tiada di hampiri rasa kantuk dan tidak tidur, singgasana-Nya meliputi langit dan bumi semuanya. Dan Dia tidak merasa lelah untuk menjaga dan memelihara ciptaan-Nya, karena Ia maha tinggi dan Maha Agung, Agung dalam kekuasaan dan kebijakan.[10]

       D.     FILSAFAT SAINS DALAM AL QUR`AN

A.     Tugas dan Filsafat Sains Islam

     Dominasi Barat atas dunia Islam, mendorong umat islam mengadopsi konsep-konsep Barat secara buta[11], Hal ini mengakibatkan kerancuan umat Islam dan menjauhkannya dari paham tauhid yang murni dan menyesatkan dari jalan yang lurus. Selain itu juga dapat menghilangkan jati diri, merendahkan harkat dan martabat, serta meruntuhkan jatih diri, kredibilitas moralnya. Oleh karena itu, suatu upaya intensif untuk memformulasikan filsafat sains yang berlandaskan Al Qur`an amat penting bahkan terasa mendesak atau krusial untuk membangun kesadaran epistrmologis bagi saintis muslim modern. Begitu juga melalui filsafat sains yang berpedoman pada al Qur`an dapat membantu para praktisi saintis muslim untuk mengembangkan sains Islam. Tanpa kesadaran epistmologis ini pembahasan tentang sains islam hanya akan berkutat pada tataran data dan fakta yang dangkal, kurang memiliki makna yang lebih mendalam, hanya karena berada pada level feriferial tidak menembus pada akar atau jantung masalah, sehingga terkesan absurd.

     Dewasa ini, para ilmuwan muslim mengembangkan sains modern melalui penemuan-penemuannya yang digunakan untuk meringankan penderitaan manusia dan memberikan kehidupan yang lebih mudah dan nyaman, namun tanpa mengenali landasan filosofinya. Mereka menyadari bahwa sains yang dikerjakan di laboratorium atau yang di tulis dalam buku-buku teks guru besar mereka di peroleh melalui pendidikan modern ala Barat. Kebanyakan propesor disana beranggapan bahwa tujuan dari sains itu adalah untuk menjelaskan ragam fenomena alam, dan digunakan utnuk kehidupan yang lebih baik, namun mereka kurang menyadari landasan ontologis, epistemologis, dan aksiologisnya, sehingga sains modern itu di terima apa adanya dan dianggap benar begitu saja (taken for granted).[12] Masalahnya kemudian bertambah kompleks ketika saintis muslim secara rigid menganggap sains sebagai disiplin ilmu yang independen memiliki tujuan dan metodologi yang spesifik seta terpisah secara keseluruhan dengan disiplin ilmu yang lain. Atas dasar itu pembahasan tetanng sains tidak boleh di campuradukkan dengan filsafat baik pada asppek antologi, epistemilogi maupun aksiloginya, dan apalagi di kaburkan dengan kitab suci. Hal ini, berdampak pada fragmentasi dan kompartementasi secara ketat dalam disiplin-disiplin ilmu modern. Padahal ilmu pengetahuan dalam pandangan al Qur`an merupakan entitas yang utuh, sehingga fragmentasi dan kompartementasi tidak dapat di benarkan. Lebih dari itu, islam memandang bahwa ilmu disusun bukan hanya sekedar untuk mencapai tujuannya sendiri, tetapi seharusnya ilmu dipahami sebagai instrument untuk mencapai tujuan yang lebih tinggi.

     Masih banyak para teoritisi dan praktisi muslim yang masih mempertahankan pandangan yang usang bahwa sains modern merupakan value-free, padahal sains modern sarat dengan muatan nilai pragmatis, positivistis, dan materialistis Barat, sehingga menjadi value-laden. Sains modern memang memiliki kontribusi positif dalam penigkatan fasilitas hidup masyarakat, tetapi ia juga menyisakan dampak negative yang tidak sederhana. Kontribusi positif dan dampak negatif tersebut tidak terbatas pada tataran teoritis, sains modern itu sendiri juga sarat dengan muatan elemen-elemen positif dan negatif. Elemen tersebut bisa merupakan faktor ideologis, sosial, cultural maupun moral. Oleh karenanya, sains modern tidak dapat dikatakan sebagai value-free tetapi lebih tepat value-laden. Atas dasar itu, sains modern tidak dapat dikatakan bersifat universal tetapi lebih bersifat western sentries.

     Tugas filsafat sains islam adalah membedah penyakit-penyakit pemikiran dalam sains Barat, dengan mempertanyakan secara kritis dan mendasar terhadap pandangan[13] dan asumsi-asumsi dasarnya, mengidentifikasi aspek-aspek positif dan negatifnya, serta mengkomparasikan dengan pandangan Islam agar dapat ditarik secara jelas dan tegas garis pemisah antara persamaan dab perbedaannya dengan pandangan islam. Pada saat yang sama, filsafat sains islam juga menghendaki dilakukannya peggalian terhadap prinsip-prinsip dasar ajaran islam agar dapat dijadikan sebagai landasan pengebangan sains. Jika hal tersebut sudah dilakukan, maka upaya mengintegrasikan sains Barat kedalam islam—dengan mengeliminasi aspek-aspek yang bertentangan dengan islam—menjadi lebih bermakna. Jika tidak, maka integrasi alternative dari sains Barat yang telah berada di ambang krisis dan tidak dapat memecahkan problem masyarakatnya sendirin alih-alih umat islam.[14]

 E.     AL QUR`AN DAN MASYARAKAT DAKWAH

A.             Filsafat Ketuhanan dan Fisika

    Sejak dahulu sampai sekarang, para filosof dan ahli pikir telah sangat letih berfikir dan membahas tenteng “Prinsip Pertama” bagi alam samawi dan bumi ini: bagaimana alam semesta ini terjadi dari-Nya sekiranya wujudnya memang berasal dari-Nya. Dalam masalah ini, mereka sangat berbeda pendapat dan sampai sekarang masih demikian.

          Akan tetapi, al-Qur`an telah member kata putus dalam masalah ini dan telah membuktikan

kebenaran yang dibawanya pada setiap masalah itu dengan dalil-dalil yang logis dan rasional serta intuitif yang di akui oleh akal dan hati dalam waktu yang sama. Dar itu, perhatian umat Islam pada tahap awal dari sejarah Islam adalah tertuju pada memahami isi al-Qur`an dalam masalah-masalah tersebut setelah mereka beriman lebih dulu kepadanya berdasarkan ilmu dan penalaran, yaitu melalui dalil-dalil kosmologi yang telah dialihkan perhatian mereka kepadanya oleh wahyu untuk berpikir dan menggunakan rasio.

Tidak mudah menghimpun ayat-ayat al Qur`an yang menunjukkan bahwa Allah sendiri yang menciptakan alam semesta, manusia dan segala yang melata di atas bumi serta yang terkandung di dalamnya. Allah telah menjadikan semua itu dari tidak ada dan meletakkannya dalam suatu sistem yang indah lagi rapi agar dapat menjadikan sasaran pemikiran akal, sehingga darinya dapat disimpulkan adanya Pencipta Yang Maha Esa secara pasti, dan juga agar kehidupan manusia di dalamnya menjadi mudah dan gampang.[15]

            Dari itu, dapatlah kita mengerti metode al-Qur`an dalam membentangkan hakikat-hakikat falsafi, dan dalam membuat dalilnya dengan berbicara kepada indra, hati dan akal secara serentak, sehingga setiap orang yang mau berfikir dengan wajar dalam bertadabbur ayat-ayat al-Qur`an dalam masalah ini akan sampai kepada imam bahwa alam semesta ini adalah ciptaan Yang Maha Esa, Maha Kuasa, Maha Bijaksana.[16]

Bukanlah disini tempatnya merincikan solusi-solusi yang hak yang dibawa al-Qur`an terhadap problema-problema yang telah dan masih membingungkan para filosof dan ahli pikir dalam filsafat ketuhanan dan filsafat alam. Cukuplah sekedarnya kami singgung disini bahwa al-Qur`an mengandung dalam ajarannya pokok-pokok dua filsafat tersebut, yakni alam semesta ini tidak lah terjadi dengan sendirinya seperti yang dikatakan oleh kaum ateis dan naturalis. Alam ini dijadikan dari tidak ada Oleh Allah Yang Maha Esa, tidak ada serikat dan pembantu bagi-Nya. Inilah yang merupakan faktor kuat yang kemudiannya telah memalingkan perhatian pemikir islam terhadap filsafat dalam berbagai sisinya.[17]

            Demikian al-Qur`an menyelesaikan persoalan ketuhanan dan alam ciptaan. Jadi, Allah bukanlah “Penggerak Pertama” seperti yang dikatakan oleh Aristoteles, dan bukan pula hanya “pembuat” yang telah selesai membuat lalu dibiarkannya tanpa perhatian dan pemeliharaan atau tanpa pengetahuan yang lengkap terhadap apa yang telah terjadi darinya.

Sesungguhya ilmu Allah menjagkau segala sesuatu yang di langit dan yang di bumi. Dia Maha Mengetahui apa yang terlintas dalam hati, Mengetahui usaha segala mahkluk; mengetahui apa yang di darat dan apa yang di lautan; mengetahui daun daun yang berguguran di malam gelap gulita dan lain-lain sebagainya seperti firman-Nya dalam surat al-An`am; 3, 59, Surat Hud; 5-6 dan Surat al-Mulk: 13-14.[18]

B.     Filsafat Manusia dan Sosial

 Disamping ini semua, al-Qur`an juga mengandung ajaran tentang filsafat manusia dalam pelbagai limgkungan dan situasi, baik dia sebagai invidu , anggota keluarga, anggota dalam masyarakat besar atau kecil, warga dari suatu bangsa atau Negara ataupun anggota dari masyarakat internasional. Al-Qur`an meremehkan segi-segi tersebut, sehingga ia merupakan Pembina dasar-dasar umum yang menjadi landasan bagi tegaknya masyarakat sejahtera yang diidamkan.

Allah telah melimpahkan kemuliaan yang sempurna bagi manusia dengan menghilangkan kekuasan para pendeta dan tokoh-tokoh agama, sehingga tidak ada lagi perantara atau pemberi syafa`at antara Allah dengan manusia. Jadi, tidak ada pendeta rahib yang memberi ampun bagi insane yang berdosa.[19]

 F.      ILMU DAN FILSAFAT

Sesungguhnya, selama berabad-abad yang lalu ilmu dan filsafat itu menyatu. Dalam perjalanan waktu, pengetahuan menjadi demikian luasnya sehingga amatlah sulit untuk menyatukannya. Filsafat menjadi terpisah dari Ilmu dan Ilmu itu sendiri terpisah manjadi sejumlah ilmu mandiri. Bahkan filsafat menjadi terpecah menjadi sejumlah kajian tertentu. Pembedaan, pembagian dan pemilahan ilmu kini kita dapat menyaksikan ilmu-ilmu seperti Filsafat Agama. Oleh kareana itu, amatlah perlu untuk mendefenisikan apa yang sebenarnya di maksud dengan filsafat dalam buku ini dan filsafat secara umum pada masa kini.

G.    BIDANG KAJIAN FILSAFAT ITU SANGAT LUAS

Filsafat, sebagaimana telah kita nyatakan dalam pembukaan buku ini, sebenarnya sulit karena ia memasalahkan unsure unsur dalam ruang atau bentangan ruang dan waktu matematika memahami fungsinya karena ia memasalahkan dalam buku ini belum lagi menyadari batas-batasnya. Ia hendak mencakup semua[20]cabang ilmu lainnya dengan harapan dapat memahami dasar semuanya, naun ia sendiri belum menemukan dasar nya sendiri, dan bahkan mungkin tidak akan menemukannya. Di sinilah letak kesulitannya serta keragamannya. Filsafat adalah cabang ilmu yang paling penting, dan semua perkembangan manusia dan ilmunya pasti terkait dengan perkembangan filsafat. Sama seperti kehendak manusia untuk menguasai semua tindakannya, maka demikian pula filsafat kebudayaan hendak menguasai semua arah perkembangannya. Suatu peradaban tanpa bimbingan filsafat sama saja seperti sebuah kapal tanpa kompas.

Lalu Apakah Filsafat Itu? 

Apakah tujuannya? Apakah fuungsinya? Apa saja permasalahannya? Bagaimana metodenya? Ini semua merupakan pertanyaan-petanyaan penting, dan kendati jawabannya sulit, kita harus berusaha meninjaunya secara ringkas sebelum mulai masuk kedalam perinciannya, dengan demikian kita mempunyai bayangan apa yang di permasalahkan dalam bahasa kita. Defenisi dibawah ini bukanlah dari penulis, tapi pekerjaan member acuan kepada setiap penulis dan mengutip setiap bab dan ayatnya syngguh bertele-tele[21] padahal banyak sekali persamaanya, sehingga akan menyesatkan jika harus mengenali satu penulis tertentu dengan defenisinya atau deskripsinya mengenai filsafat. Tujuan utama kajian filsafat adalah untuk memastikan sifat kenyataan yang paling mutlak.

Sedangkan kenyataan adalah dasar keberadaan, tetapi kenyataan itu merupakan kualitas yang tidak dapat di defenisikan. Dia adalah keberadaan atau kehadiran andai kata kita dapat mendefenisikan Kenyataan, maka tidak lah perlu ada filsafat. Filsafat adalah sebuah kajian sistematik mengenai sifat kenyataan Dean Inge mengatakan: “saya sulit membedakan antara filsafat dan agama” L.T. Hobhouse berpendapat bahwa, “filsafat adalah suatu usaha rasional untuk menerjemahkan kenyataan secara keseluruhan”.[22] 

Perbedaan antara Ilmu dan Filsafat

 Ilmu membatasi dirinya kepada kajian sejumlah aspek kenyataan tertentu, sedangkan filsafat menyibukkan dirinya dengan sifat mutlak dari kenyataan. Beberapa concoh akan menjelaskan apa yang di maksud dengan perbedaan itu.

 Matematika dalah salah satu ilmu pasti yang mengkaji abstraksi ruang dan angka. Baik matemayika euklides maupun lainnya merumuskan gagasan-gagasan atau konsep-konsepnya kedalam bahasa lambing dan angka untuk menyajikan konsep-konsep itu. Setelah itu dapatlah diikuti secara deduktif onsepnya dan menetapkan sebuah sistem pengukuran tertentun yang berkenan dengan angka-angka dan keruangannya, yang semuanya berguna dalam kehidupan kita dan peelitian ilmu lainnya. Kita menjadi sadar akan sifat kenyataan dari ruang dan angka degan cara penyajian demikian.[23]

 

 

 


 

 

 

DAFTAR PUSTAKA

1.     Abbas Mahmud Al Aqqad, Filsafat Qur`An, (Jakarta): Pustaka Firdaus, Agustus-1986

2.     M.M SYARIF, Esensi Al-Qur`an, Filsafat,(Bandung): Mizan anggota IKAPI-1997

3.     Drs. H. M. Hadi Masruri, Lc., MA, H, Imron Rossidy, M. Th., M.Ed. Filsafat Sains Dalam Al Qur an (Malang): UIN-Malang Press Jalan Gajayana 50 Malang-2007

4.     Prof.Dr.M.Yusuf Musa, Al Qur`an dan Filsafat(Jakarta), PT Bulan bintang-1998

5.     Al-Haj Hafiz Ghulam Sarwar, (Jakarta), Pustaka Firdaus-1993



[1] Abbas Mahmud Al Aqqad, Filsafat Qur`An, (Jakarta): Pustaka Firdaus, Agustus-1986(hal 11)

 

[3] Abbas Mahmud Al Aqqad, Filsafat Qur`An, (Jakarta): Pustaka Firdaus, Agustus-1986(hal 16)

[4] [4] Abbas Mahmud Al Aqqad, Filsafat Qur`An, (Jakarta): Pustaka Firdaus, Agustus-1986(hal 17)

[5] Abbas Mahmud Al Aqqad, Filsafat Qur`An, (Jakarta): Pustaka Firdaus, Agustus-1986(hal 19)

 

[6] M.M SYARIF, Esensi Al-Qur`an, Filsafat,(Bandung): Mizan anggota IKAPI-1997(hal 5)

[7] [7] M.M SYARIF, Esensi Al-Qur`an, Filsafat,(Bandung): Mizan anggota IKAPI-1997(hal 6)

                                          

[8] M.M SYARIF, Esensi Al-Qur`an, Filsafat,(Bandung): Mizan anggota IKAPI-1997(hal 7)

 

[9] M.M SYARIF, Esensi Al-Qur`an, Filsafat,(Bandung): Mizan anggota IKAPI-1997(hal 8)

[10] M.M SYARIF, Esensi Al-Qur`an, Filsafat,(Bandung): Mizan anggota IKAPI-1997(hal 10)

 

[11] Drs. H. M. Hadi Masruri, Lc., MA, H, Imron Rossidy, M. Th., M.Ed. Filsafat Sains Dalam Al Qur an (Malang): UIN-Malang Press Jalan Gajayana 50 Malang-2007(hal6)

 

[12] Drs. H. M. Hadi Masruri, Lc., MA, H, Imron Rossidy, M. Th., M.Ed. Filsafat Sains Dalam Al Qur an (Malang): UIN-Malang Press Jalan Gajayana 50 Malang-2007(hal6)

[13] Drs. H. M. Hadi Masruri, Lc., MA, H, Imron Rossidy, M. Th., M.Ed. Filsafat Sains Dalam Al Qur an (Malang): UIN-Malang Press Jalan Gajayana 50 Malang-2007(hal7)

 

[14] Drs. H. M. Hadi Masruri, Lc., MA, H, Imron Rossidy, M. Th., M.Ed. Filsafat Sains Dalam Al Qur an (Malang): UIN-Malang Press Jalan Gajayana 50 Malang-2007(hal8)

 

[15] Prof.Dr.M.Yusuf Musa, Al Qur`an dan Filsafat(Jakarta), PT Bulan bintang-1998(hal 11)

[16]  Prof.Dr.M.Yusuf Musa, Al Qur`an dan Filsafat(Jakarta), PT Bulan bintang-1998(hal 12)

 

[17]  Prof.Dr.M.Yusuf Musa, Al Qur`an dan Filsafat(Jakarta), PT Bulan bintang-1998(hal 13)

 

[18] Prof.Dr.M.Yusuf Musa, Al Qur`an dan Filsafat(Jakarta), PT Bulan bintang-1998(hal 18)

[19] .Dr.M.Yusuf Musa, Al Qur`an dan Filsafat(Jakarta), PT Bulan bintang-1998(hal 22)

[20] Al-Haj Hafiz Ghulam Sarwar, (Jakarta), Pustaka Firdaus-1993(hal 9)

[21] Al-Haj Hafiz Ghulam Sarwar, (Jakarta), Pustaka Firdaus-1993(hal 10)

[22] Al-Haj Hafiz Ghulam Sarwar, (Jakarta), Pustaka Firdaus-1993(hal 11)

[23] Al-Haj Hafiz Ghulam Sarwar, (Jakarta), Pustaka Firdaus-1993(hal 12)